Malam itu, usai bertengkar dengan adik laki-laki nya, Levi pergi ke basecamp sendirian tanpa mengabari satupun anggotan Wolves.
"Lah ngapain balik lu?" Ujar Jifran yang menyambutnya saat memasuki basecamp.
"Biasa lah" Jawab Levi sambil mengacak-acak rambutnya.
Beberapa anggota Wolves memang sering menginap di basecamp terlebih lagi Hyrtha yang baru saja terluka memutuskan untuk beristirahat di basecamp di temani oleh Jifran, Yesa, dan Fero.
Berbeda dengan Levi satu-satunya saudara laki-laki yang ia punya, Regi sudah hampir satu jam lebih merenungi ucapan kakaknya saat duduk dikursi gaming nya dan menatap layar komputernya yang menyala. Keluarga Levi dan Regi yang berdarah Batak itu memang sangat menjaga keharmonisan, tak salah jika kedua anak laki-laki ini merasa sangat kehilangan ketika ditinggal pergi oleh Mamak nya.
Mamak Levi meninggal tepat dua tahun yang lalu karena kecelakaan pesawat saat hendak pulang ke Medan untuk menjenguk sang nenek. Jenazahnya masih belum ditemukan hingga saat ini, kabar duka itu membuat luka besar pada kedua putra Sitanggang.
Terlebih lagi Regi yang sebelumnya sangat dekat dengan sang Mamak merasakan kehilangan yang mendalam. Pribadi nya berubah menjadi pendiam, tak sopan, dan seperti ingin mencari jati diri sendiri dengan mengikuti geng motor.
Berbeda dengan Levi yang sudah sejak kecil terkenal pemberani, pembangkang, namun tetap patuh pada Mamak dan Papa nya. Saat memasuki Sekolah Menengah Atas, Levi sebagai kakak hanya berpesan kepada adik laki-laki nya yang saat itu ketahuan bergabung bersama geng motor berisi siswa dari sekolahnya, Locapone.
"Unang ihut laok ardoan Locapone dan Wolves. Kau paham? (Jangan ikut campur urusan Locapone dan Wolves)" Peringatan dari Levi pada adiknya.
Regi melangkahkan kaki dan mendekatkan bibir ke telinga kakaknya, "Unang ihut laok ardoan ngolu au! (Jangan ikut campur urusan hidupku)" Bisik Regi lalu meninggalkan kakaknya.
"Ku bunuh kalau kau berani macam-macam, Regi!" Teriak Levi pada adiknya yang mulai tak patuh pada ucapannya.
Kala itu suasana rumah yang sudah berubah semenjak kepergian sang Mamak. Mulai dari Levi yang menjadi jarang sekali pulang ke rumah, dan juga Regi yang tiba-tiba menjadi diam dan berandalan.
Suasana dirumah menjadi sangat keruh ketika Papa kedua laki-laki itu menikahi janda yang bekerja di kantor perusahaannya.
Melihat kedua putra nya yang sudah tak bisa diajak diskusi mengenai restu, Jeremi memutuskan menikah tanpa restu dari kedua anaknya usai dua tahun ditinggal oleh sang istri.
###
Tepat pukul delapan pagi di hari Minggu yang cerah, Husein menuruni anak tangga dengan setelan hitam mulai dari celana jeans hitam, atasan garis hitam putih yang dibalut dengan jaket jeans hitam.
Venny orang pertama yang menyapanya di pagi hari ini dari meja makan. Husein menghampiri Mama nya yang terlihat sedang sarapan dengan pakaian rapi seperti hendak pergi berangkat bekerja.
"Hari ini kerja mam?" Tanya Husein sambil berjalan menghampiri Mama nya yang duduk di meja makan.
Venny mengangkat bibirnya membentuk senyuman, "Iya biar nggak makin stres di rumah, kamu mau kemana sepagi ini? Kalo latihan ngga mungkin karna setelan kamu beda nih" Ujar Venny.
Husein segera kabur membawa selembar roti yang sudah diolesi dengan selai kacang menghindari pertanyaan sang Mama yang membombardirnya di pagi hari.
Memasuki garasi menemui motor kesayangannya, Jaker yang sudah menemani nya bertahun-tahun. Berpapasan dengan sopir pribadi Mama nya, Joko namun karena Husein namanya diganti menjadi Pak Jo agar telihat sedikit keren dan mengikuti zaman.
"Buset Pak Jo, udah rapi aja nih! Mau nge gebet karyawan kantor nya Mamah ya?" Ujar Husein sambil memasang helm.
"Aduh justru saya yang curiga ke si aden pagi begini udah kasep pisan, pasti mau ngapel ya?" Goda Pak Jo pada majikannya.
Husein menepuk dahi nya, "Anjrit kena euy! Hahaha kali ini bener, saya pamit berangkat ngapel dulu Komandan Jo" Jawab Husein sambil memeragakan gaya hormat.
"Hati-hati di jalan Prajurit Husein!" Balas Pak Jo dengan memeragakan gaya hormat juga.
Tak lupa menyapa penjaga gerbang rumahnya lalu Husein menarik gas motornya dengan sempurna menuju rumah Adin.
Adin yang baru saja terbangun dari tidurnya karena terganggu dengan Dynan yang sudah hampir lima kali mondar mandir di dalam kamar hanya untuk mencari setelan yang cocok untuk jogging dadakan dengan kekasihnya, Harrel.
Sudah lama tak mendengar kabar Harrel, Adin baru tau tadi malam jika Harrel sudah bukan anggota Locapone setelah peristiwa Adin disekap. Harrel memilih jatuh cinta sungguhan pada Dynan dan meninggalkan geng motornya.
Dynan yang sudah siap dengan setelan olahraga nya pagi ini berdiri di depan kaca sambil merapikan pakaiannya yang hampir seribu kali ia pandangi.
"Lo ngapa ribet banget si jogging doang kek mau ke kondangan tau gak?" Oceh Adin yang baru saja terduduk dengan mata sayup sayup.
Dynan tak menggubrisnya dan langsung keluar kamar tanpa pamitan. Usai mengumpati saudara sepupunya, Adin kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Tiba-tiba Dynan kembali memasuki kamar, membuka pintu dengan sangat kencang membuat Adin spontan terduduk kembali karena terkejut. Bibir nya sudah bergetar tak bisa menahan lagi rasa ingin mengumpat.
"Gawat! Di depan ada cowo lo, Kak Husein!" Kata Dynan dengan mimik wajah serius.
Mata Adin ikut terbuka lebar usai mendengar pernyataan dari Dynan. Jantungnya langsung berdetak tak karuan, menatap dirinya ke cermin, wajah bantal dengan rambut yang tak karuan.
"Aduhh ngapain si tuh anak pagi banget mana gak bilang bilang lagi" Gerutu Adin sambil mengikat rambutnya lalu tergopoh-gopoh keluar kamar menuju kamar mandi untuk cuci muka.
Usai sepuluh menit mencuci muka dan bersiap-siap. Adin keluar hanya menggunakan celana training hitam, serta kaos putih yang dibalut dengan jaket hitam ditambah dengan rambut hitam panjangnya yang hanya dicepol asal-asalan.
Dynan menatap saudara sepupunya atas hingga bawah, tak butuh waktu lama Adin langsung menghampiri kekasihnya yang ternyata sudah mengirim kabar jika sejak semalam namun tak dibaca karena ia sibuk menonton drama Korea.
"Good Morning Sunshine, Gimana tidur mu? Nyenyak kan?" Sapa Harrel pada kekasih pujaan hatinya sambil memberikan pelukan pagi.
Husein dan Adin menatap kedua nya dengan bombastic side eye hingga kedua nya berpamitan untuk pergi.
"Kamu juga mau dikasih ucapan 'morning' kek gitu?" Goda Husein pada kekasihnya.
Adin langsung merubah raut wajahnya, "Ogah ya! Lebay! Lagian kamu kenapa tiba-tiba dateng sepagi ini?" Jawab Adin.
Husein mendekatkan bibirnya pada telinga Adin,
"Gak tau, tiba-tiba kangen" Ucap Husein lalu memberi satu kecupan pada pipi kekasihnya.
Adin melebarkan kedua matanya karena terkejut dengan tingkah usil Husein di pagi ini.
"IHH GELI BANGETT!!" Sahut Adin dengan raut wajah marah.
"Ada ya cewe dikasih morning kiss malah tantrum" Ujar Husein sambil tertawa.
Sepasang kekasih itu kini sedang berbincang sambil tertawa serasa dunia hanya milik berdua. Kedua nya seperti melepas rindu usai Husein yang sedang berduka lalu fokus kembali pada Wolves dan klub sepak bola nya begitupula dengan Adin yang sibuk mengikuti olimpiade akademik, turnamen karate dan mengajar di lembaga bimbingan belajar.
Tak terasa hubungan kedua nya sudah berjalan hampir enam bulan lamanya, dua bulan lagi kedua nya harus berpisah karena Husein yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi olahraga impiannya untuk mencapai impiannya sebagai pemain sepak bola.
.
.
.
.
.
HALO HALO!! GIMANA CERITA KALI INI?
HAVE A NICE DAY KALIANNN!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fanfiction"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021