54.

44 7 1
                                    

Tatapan nya kosong saat menunggangi kuda besi nya, tangan nya seakan-akan autopilot menarik gas. Pikiran nya kalut tak karuan memikirkan ucapan Papa nya sendiri yang berhasil membuatnya gusar lagi.

Entah ia harus marah atau iba mendengar semua ucapan pengakuan dosa dari mulut yang dulunya sering sekali mengeluarkan omongan kasar hingga membuat sakit hati.

Berhenti cukup lama di lampu merah tepat di belakang mobil angkutan umum, Husein tak sabar hingga beberapa kali menekan klakson nya.

"Woi sabar mas! Mata lo liat tuh ada kecelakaan didepan!" Teriak Supir Angkutan Umum itu.

Husein mengumpat lalu mencoba menyalip dari sebelah kanan, ia menarik gas pelan saat melewati beberapa kerumunan polisi dan warga yang berada di tengah jalan.

Melihat truk pengangkut alat berat yang menabrak pohon hingga menembus trotoar, lalu matanya beralih ke arah mobil Honda CR-V Hitam yang terbalik di seberang nya.

Mata Husein dibuat mendelik saat melihat nopol mobil hitam yang terbalik itu "B 3 H". Mobil yang terbalik jelas sekali jika itu milik Haydar Syailendra, Papa Husein yang tadi sore baru saja menghampirinya untuk mengucapkan maaf kepadanya.

Husein menyalakan sen kiri nya dan berhenti di bahu jalan, berlari sambil melepas pelindung kepala nya.

Berlari menghampiri mobil yang terbalik yang sudah dikerumuni oleh beberapa warga. Husein mencari sosok yang dicarinya,

"Pa?! Papa?!" Teriak Husein di dekat mobil itu.

Warga mulai membuka jalan untuk laki-laki berusia delapan belas tahun ini. Tak sedikit juga yang mulai saling berbisik melihat keberadaan Husein yang berteriak memanggil sebutan "Papa" di sekitar mobil hitam itu.

Polisi menarik Husein yang berjongkok didepan pintu mobil untuk dilakukan evakuasi korban. Haydar ditemukan di jok belakang mobil dengan cedera yang sangat parah, Husein melihat sendiri tubuh Papa nya yang dikeluarkan dari mobil dengan susah payah.

Hati nya remuk berkeping-keping melihat orang yang ia rasa paling ia benci terluka separah itu. Tubuh Haydar dimasukkan ke dalam ambulans,

"Mas bisa ikut mendampingi didalam ambulans" Ucap seorang petugas polisi.

Husein menaiki ambulans, duduk tepat disamping tubuh Papa nya yang penuh dengan luka terutama di bagian kepala yang terus menerus mengucurkan darah segar.

"Pak tolong cepetan pak!" Teriak Husein pada Supir Ambulans.

Bunyi detak jantung Haydar mulai melemah, Husein tak ada henti nya meneriaki petugas ambulans yang membantu memberikan pertolongan.

Mobil ambulans tepat berhenti didepan IGD, dan monitor detak jantung pun sudah menandakan jika jantung Haydar sudah tak berdetak lagi. Petugas Ambulans menggelengkan kepala pada dokter yang menyambut di IGD,

Husein menarik baju petugas ambulans itu, "Enggak pak, Papa saya masih bisa selamat" Ucap Husein.

Tubuh Haydar dibawa ke dalam kamar IGD untuk diperiksa kembali sesuai dengan permintaan Husein. Kaki Husein terus bergetar tak henti menunggu kabar dari dokter.

Salah satu perawat keluar dari ruangan membawa kabar buruk.

"Maaf mas, bapak tidak tertolong. Luka di kepala nya cukup parah dan kehilangan banyak darah" Ucap sang perawat pada Husein.

Tubuhnya lemas, Husein seketika berlutut mendengar kabar buruk itu. Peristiwa ini bukanlah peristiwa yang ia bayangkan meskipun rasa benci nya sangat besar pada Papa nya.

Kehilangan Papa bukanlah kunci jawaban dari rasa sakit hati nya. Ia hanya ingin Haydar berubah menjadi lebih baik, bukan meninggalkan dunia ini secepat itu.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang