18.

344 48 0
                                    

"Gue butuh 2 bulan buat pura-pura depresi biar bisa pindah ke Jakarta lagi." Curhat Dynan kepada Adin yang sibuk mengerjakan tugas di meja belajar.

"Lagian ngapain si lu ngebet pindah kesini? Bukan nya lebih enak di Semarang?" Respon Adin kepada Dynan yang duduk membelakanginya.

Dynan yang sibuk bermain make up pun tak ada henti nya berbicara, "Coy! SMA gue di Semarang tuh sama kayak SMP, isi nya cewe semua! Bisa gila gue lama-lama ngeliat cewe mulu" Gerutu Dynan.

Papa nya mendaftarkannya di Sekolah Menengah Atas yang murid nya berisi perempuan atau lebih tepatnya Sekolah Kecantikan. Dynan tak ada habisnya menceritakan kekesalan nya tentang kedua orang tua nya kepada Adin yang tetap merespon nya meskipun sedang mengerjakan tugas.

"Bukan nya itu hobi lo?" Tanya Adin kembali.

Dynan membanting brush khusus blush on yang ada di tangan nya ke lantai yang berhasil membuat Adin terkejut. Adin menoleh ke belakang melihat Dynan yang sudah menatapnya dengan tajam,

"Heh! Hobi gue emang dandan, tapi ini bukan soal hobi. Ini soal kewarasan hormon, girls! Gue juga pengen punya cowok, lah kalo gue sekolah di sekolahan yang isinya cewek semua mana ada peluang buat punya pacar?!?! Understand?" Oceh Dynan dengan gaya centil nya.

Adin memukul kepala nya dengan sangat keras, "Lo tuh masih bayik! Baru aja SMA udah mikir cowok, nilai masih merah udah mikir gandengan! Gak waras lo" Balas Adin dengan sinis.

Dynan mengejek Adin dengan gerakan wajah dan kembali menatap cermin untuk melanjutkan kegiatan berdandan nya.

Pintu kamar Adin terbuka dengan sangat kencang, siapa lagi kalau bukan Jedden yang selalu memiliki insting untuk menjahili dua saudara perempuannya yang tengah memiliki kesibukkan sendiri-sendiri.

"Cantik-cantik ku! Daripada gabut mending kita nongkis aja begindang?" Ujar Jedden dengan suara yang sangat menggelegar.

Adin dan Dynan menoleh ke arahnya bersamaan dengan tatapan tajam. Tiba-tiba Adin dan Dynan saling bertatapan dan tersenyum licik sambil menoleh ke arah Jedden lagi,

"Apaan? Eh jangan bikin takut ya!" Kata Jedden yang mengubah mimik wajah nya menjadi ketakutan.

Dynan menarik lengan Jedden hingga Jedden terlentang di atas tempat tidur Adin.

Dengan segera, Adin mengambil tali untuk mengikat kaki dan tangan Jedden agar Jedden tak bisa kabur. Setelah itu, Dynan mengeluarkan semua alat make up nya dari dalam pouch. Perasaan Jedden semakin tidak enak dan mencoba melarikan diri berkali-kali, namun gagal karena tangan dan kaki nya yang terikat.

Dynan dan Adin mulai beraksi. Insting jahil kedua perempuan ini tak kalah dengan insting jahil milik Jedden, nyatanya malam itu Jedden sebagai korban jahil.

Seluruh wajahnya penuh dengan make up, Adin dan Dynan berhasil mempercantik Jedden yang memiliki kulit putih bersih dan mulus seperti bubuk beras. Adin memasang wajah takjub melihat hasil kreasi Dynan yang berhasil mempercantik Jedden, menutupi mulutnya dengan ekspresi tak percaya.

Tak melupakan suatu momen, Adin segera mengambil ponsel nya dari kantong celana dan mengabadikan melalui foto selfie. Wajah Jedden terlihat begitu pasrah dengan tingkah jahil kedua saudara perempuan nya.

###

Waktu sudah menunjukkan pukul 07.15 tapi Adin dan Dynan belum juga berangkat menuju ke sekolah. Kaki Adin bergetar terus menerus seperti ingin buru-buru pergi ke sekolah karena ia tidak pernah terlambat.

"Dynan, buruan ah lama lo! 15 menit lagi upacara dimulai, lo tuh murid baru gak ada adab!" Oceh Adin sambil menoyor kepala Dynan.

"Bentar ini kurang lipbalm doang!" Jawab Dynan dengan terburu-buru.

Adin segera menarik lengan nya dengan paksa untuk pergi menuju ke halte bus. Di ruang tamu tidak terlihat adanya Bunda yang biasa nya sudah duduk manis di atas sofa, kamar Jedden pun sudah kosong meskipun terlihat sangat berantakan. Nama nya juga kaum adam.

Dynan masih berusaha menempelkan lipbalm ke bibirnya dengan susah payah, Adin juga sempat menyapa Oma Athi yang kebetulan sedang duduk di teras sambil merajut benang.

"Pagi Oma!" Sapa Adin.

Dynan pun mengikuti Adin, "Pagi juga Oma!" Sapa Dynan sambil mengangkat tangannya.

Setelah itu, "Eh tapi itu oma siapa anjrit?!" Tanya Dynan dengan kebingungan.

Adin tidak menjawab pertanyaan dan tetap menarik tangannya sambil berlari dengan kencang agar cepat sampai ke halte.

Membutuhkan waktu kurang lebih 13 menit untuk sampai di sekolah. Melihat gerbang yang hampir di tutup, Adin menarik lengan Dynan lagi yang hendak mengenakan lipbalm dan berlari dengan kencang menuju ke arah gerbang.

Tersenyum kepada penjaga pintu gerbang yang menatapnya dengan sinis, "Pagi pak, tumben ganteng banget!" Rayu Adin.

Dynan memasang wajah seperti bergidik ngeri, "Dih mana ada cakep?" Ujar Dynan dengan spontan.

Adin mengkepret bibir pucat Dynan sambil menatapnya dengan tajam.

Membuang nafas secara perlahan, lega karena mereka tidak terlambat memasuki area sekolah. Dynan berhenti sejenak dan ini kesempatannya untuk mengenakan lipbalm dengan tenang. Setelah itu, Adin mengajaknya menuju ke ruang Kepala Sekolah untuk mengisi data dan untuk mengetahui informasi kelasnya.

Di sebuah koridor yang dekat dengan ruang Kepala Sekolah, "Lo masuk aja ntar ketemu sama kepala sekolah." Ujar Adin kepada Dynan.

"Eh lo murid baru ya?" Sahut seseorang dengan sangat tiba-tiba.

Dynan menoleh dan melihat Shandi yang berdiri di samping nya dengan seragam rapi dan hoodie hitam yang masih dikenakan. Dynan menutup mulut nya seperti terpesona dnegan Shandi yang tinggi dan juga tampan sedang tersenyum ke arah nya.

Kedua bola mata Adin berputar melihat respon Dynan yang begitu berlebihan dengan terpaksa Adin memukul kepala Dynan untuk fokus pada ucapan Shandi, "Ah iya!" Jawab Dynan dengan lembut.

"Kenalin gue Shandimas Erlangga kelas 3 IPA 2, ketua OSIS juga disini. Jadi lo kalo ada kesulitan bisa minta bantuan ke gue." Jelas Shandi dengan senyum manis nya menjabat tangan Dynan.

Dynan jelas membalas senyum Shandi dengan senyum cantik nya, "Gue Dynanti Anastassia, salam kenal kak." Ujar Dynan dengan sangat lembut.

Karena semakin gemas dengan perilaku Dynan, Adin memunggungi nya dan bertanya kepada Shandi, "Dapet kelas mana dia?" Tanya Adin dengan ketus.

Shandi menatap Adin seperti sumringah, "Ah! Sesuai dari tes pemilihan kelas minggu lalu, dia dapet di kelas 1 IPA 4" Jelas Shandi.

Adin menoleh ke arah Dynan lalu memelototi nya, "Lo ngerjain tes sambil boker kah?!?!" Teriak Adin kepada Dynan yang terus-menerus menatap Shandi.

Jurusan IPA yang ada di Rotert Highschool hanya menyediakan 5 kelas yang artinya Dynan masuk di kelas akhir. Adin seperti tidak mempercayai takdir ini, karena yang ia tahu Dynan juga memiliki prestasi yang sangat tinggi di SD maupun SMP.

Dipitingnya leher Dynan sama Adin dan dibawa nya Dynan menuju ke kelas nya, "Bisa-bisa nya lo anjlok!" Oceh Adin yang sudah seperti ibu tiri Dynan.

Dynan berkali-kali merengek memohon untuk dilepaskan dari pitingan tersebut. Namun, Adin tetap tidak menggubrisnya.

.

.

.

.

Hai guis!! Besok akan ada Cast Unlocked part 3!!!

Thx u udah baca sampai bawah!

Have a nice day ya <3

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang