Usai bermain dirumah Adin, Hunna pergi menuju rumah tepat pada pukul 19.00 bersama kakak laki-laki nya yang tadi tidak mengizinkan kekasihnya untuk mengantarnya pulang kerumah.
Hunna meminta Husein untuk berhenti sejenak mampir ke minimarket yang ada di pinggir jalan. Berjalan mengambil keranjang, lalu pergi mencari beberapa makanan ringan yang selalu menemaninya di jam malam.
"Gak bagus ngemil mulu" Kata Husein memperingati adiknya.
"Gak bagus minum cola mulu" Sahut Hunna yang tak ingin kalah melihat abangnya hendak menegak minuman berkaleng itu.
Sambil berjalan menyusuri setiap koridor, Husein mengikuti Hunna tepat di belakang.
"Ngapa si gue kaga boleh tidur di kosan elu, bang" Tanya Hunna.
"Pake nanya, kosan gue isinya buat kaum yang punya burung doang" Jawab Husein.
Hunna berhenti, lalu menatap sinis ke abangnya, "Yaudah sekarang beli burung, biar gue bisa tidur di kosan elu" Kata Hunna.
Husein membuka matanya dengan lebar mendengar jawaban adik nya yang terdengar sedikit mengesalkan tapi ini sudah takdirnya :").
"Gak gitu ya maksud gue! Lagian emang kenapa sih dirumah?" Tanya Husein dengan nada kesal.
Hunna menghela nafas panjang, "Gue males aja. Gak ada temen." Jawab Hunna seperti sedang menutupi sesuatu.
Husein langsung berdiri tegak melihat ekspresi adiknya yang menjadi sedih, "Ada masalah apaan? Kenapa gak cerita ke gue?" Tanya Husein.
"Kagak ada apa-apa. Beneran." Jawab Hunna meyakinkan kakak nya.
Husein menatap Hunna dengan mengernyitkan dahinya, merasa seperti ada yang tidak beres di rumah. Kedua nya melamun sejenak, Husein masih memikirkan solusi agar adik perempuan nya mau bercerita.
"Ya udah, gue tidur rumah malem ini" Sahut Husein.
Hunna yang mendengar itu sontak terkejut, menoleh ke arah Husein dengan raut wajah tak percaya. Mulutnya terbuka, matanya melebar,
"SERIUS?!" Teriak Hunna yang membuat seluruh perhatian pembeli tertuju padanya.
Husein langsung membungkam mulutnya, dan tersenyum sambil mengatakan maaf pada pengunjung yang datang dan sedang berbelanja.
Hunna merubah ekspresinya menjadi ekspresi yang sangat gembira setelah mendengar ucapan abangnya, kejadian ini seperti tak nyata karena akhirnya Husein menemaninya lagi di rumah yang saat ini menjadi sangat sunyi.
Setelah beres berbelanja makanan ringan, kedua nya sepakat untuk duduk terlebih dahulu di kursi yang disediakan di depan minimarket.
Membuka bungkus permen karet yang baru saja ia beli, adiknya kembali menatap sinis ke arahnya.
"Apaan lagi?" Tanya Husein yang terlihat sudah muak.
Hunna mengangkat bibir kiri atas nya, "Gak capek apa tuh rahang ngunyah permen karet mulu!" Celoteh Hunna.
Husein memutar kedua bola matanya untuk menjawab celotehan adiknya.
Sambil membuka tutup botol minuman, "Gimana nih yang udah jadian sama temen gue" Ujarnya menggoda Husein.
"Mending diem" Jawab Husein dengan singkat.
"Dih, gue mau tanya aja si ini. Kalo misalkan nih ya, ada anak dari club karate yang tiba-tiba dateng ke Adin abis itu nembak si Adin, gimana?" Tanya Hunna yang terus menggoda abangnya.
Husein mendekat ke arah Hunna, "Emang ada yang berani ngambil cewe ketua Wolves?" Bisik Husein dengan wajah datar.
Hunna menutup mulutnya karena terkejut dengan jawaban kakak laki-lakinya yang terlihat sudah benar jatuh hati pada perempuan setengah lelaki yang juga sahabatnya.
"Tapi gue kasian sih sama elu sih, Adin kek nya belum ada ketertarikan sama elu bang" Kata Hunna.
Husein melipat tangan nya di depan dada, "Itu yang gue heran, padahal cewe mana coba yang gak mau sama gue? Udah cakep, jago motoran, jago main bola" Jelas Husein yang memuji dirinya sendiri.
Hunna memutar kedua bola matanya, lalu beranjak berdiri, "Cewe pinter gak ada yang mau sama cowok tukang bolos, dan satu kali gak naik kelas kayak elu" Sahut Hunna lalu pergi berjalan menghampiri motor Husein.
Mata Husein melihat ke arah kanan dan kiri seperti sedang memikirkan ucapan Hunna,
"Lah? Iya yak? Jadi, Adin bego dong?" Ujar Husein yang berbicara sendiri.
###
Mematikan mesin motor didepan gerbang, Hunna turun dan berjalan cepat ke arah pos security yang ada di rumahnya untuk membangunkan Pak Tarman. Mendengar suara kegaduhan yang dibuat oleh Hunna dengan cara membunyikan pagar.
'Ting, ting, ting' Bunyi suara pagar.
Mendengar kegaduhan yang dibuat oleh Hunna, Pak Tarman sontak langsung terkejut dan beranjak dari kursi nya. Berlari pelan ke arah gerbang rumah, melihat dua majikan mudanya pulang bersama pada pukul 20.30.
Sambil membuka kunci gembok pun matanya tak bisa lepas melihat Husein, majikan mudanya yang kembali lagi ke rumah.
"Aden mengantar saja atau menginap?" Tanya Pak Tarman saat melihat Husein memasukkan motor ke halaman rumah.
Husein membuka pelindung kepalanya alias helm, "Nginep pak" Jawabnya sambil tersenyum tipis.
Mendengar hal itu, mata pak Tarman terbelalak, mulutnya menganga lebar. Di ambilnya Handy Talkie atau alat komunikasi HT yang ada di saku celana nya,
"Marni, Mbok Dhe, aden Husein pulang dan menginap" Ujar pak Tarman pada 2 ART yang ada di dalam rumah.
Husein dan Hunna tertawa kecil mendengar hal itu, kedatangan Husein selalu disambut bahagia oleh 2 ART dan security nya. Kepergiannya lima bulan yang lalu membuat semua orang kecuali Papa nya menjadi resah dan selalu mengkhawatirkan keadaannya yang tinggal sendirian.
Saat membuka pintu rumah, terlihat perempuan paruh baya bernama Viveny Asandra berusia 45 tahun berlari menuruni anak tangga dengan cepat. Dengan setelan baju tidur berwarna abu-abu, perempuan yang memiliki nama panggilan Veny itu segera memeluk Husein, putra sulung nya yang sudah lama sekali tak mengunjunginya.
Pelukan hangat itu sangat terasa, 2 menit lamanya pelukan antara ibu dan anak itu berlangsung. Veny menatapi putranya dari ujung kepala hingga kaki dengan senyum haru yang terpasang pada bibirnya.
"Akhirnya, kamu pulang" Kata Veny dengan pandangan haru.
Mbok Dhe dan mbak Marni datang, lalu berhenti dibelakang Mama Husein,
"Den, kamar aden udah Mbok siapin bedcover dan semuanya. Kalau laper, barusan Marni sudah masak sayur kangkung. Meskipun dimasaknya dadakan, tapi kangkung nya Marni selalu mantap" Jelas Mbok Dhe dengan halus.
Husein tertawa kecil lagi, "Ya ampun, kenapa pada repot-repot banget sih" Ujar Husein.
Setelah berbincang beberapa menit di depan pintu rumah, Husein meminta izin pergi ke kamar untuk mandi dan berganti baju. Langkah kaki nya diiringi dengan langkah kaki adiknya yang juga sedang menaiki anak tangga.
Saat memasuki kamar, Husein menatap ke seluruh sudut kamarnya. Merindukan seisi kamarnya yang sudah lama tak dilihat olehnya. Poster-poster pemain sepak bola favoritnya yang masih terpasang meskipun terlihat banyak bekas robekan yang ditambal menggunakan selotip dan kaos-kaos bola masa kecilnya kembali di gantung di dinding oleh Mbok Dhe.
Senyum tipisnya tersirat, "Mama yang nambal poster bola lo yang udah di robek sama Papa. Kamar lo juga selalu dikunci biar Papa gak bisa masuk dan buang-buangin semua koleksi lo" Jelas Hunna pada abangnya.
.
.
.
.
.
Halo! Gimana cerita kali ini? Suka gak?
Jangan lupa vote dan comment ya!
Have a nice day, guys!!

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fiksi Penggemar"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021