28.

310 44 2
                                    

"Ngapain ngajak gue kesini?" Tanya Adin menoleh ke arah Husein yang duduk di sebelahnya sedang memejamkan mata.

Husein tersenyum tipis, "Lihat terangnya bulan." Jawab Husein dengan singkat.

Adin mengernyitkan kedua dahi nya, "Dih! gak jelas." Sahut Adin lalu memalingkan wajahnya.

Husein beranjak berdiri dan berlari ke arah pasar malam yang dekat lokasi mereka. Adin semakin kebingungan melihat perilaku Husein yang sangat berbeda. Menatap layar ponselnya dan membaca pesan-pesan yang berunsur kata kasar dari Bunda nya yang sedang mencaci nya.

Air mata itu mengalir dengan sendiri, terlalu rapuh dirinya untuk membaca semua isi pesan itu. Dinyalakan nya mode senyap pada ponsel nya agar tak terdengar notifikasi pesan dari Bunda nya. Matanya beralih menatap bulan yang berbentuk lingkaran sempurna sedang memancarkan sinar terang di gelapnya malam.

Mata nya berkaca-kaca, menceritakan seluruh sakit hatinya pada bulan yang di tatapinya. Husein dari kejauhan sambil memegang dua gelas es susu ditangannya menatap Adin yang sedang menatapi bulan terus-menerus lalu tertunduk menanamkan wajahnya di antara kedua lututnya.

Adin merasakan kedatangan Husein, untuk menutupi rasa malunya ia bergeser sedikit ke arah kiri dan berbalik badan.

"Boleh minta tolong? Jangan liat ke arah gue ya?" Ucap Adin dengan lirih ke arah Husein.

Husein menanggapinya dengan deheman. Adin segera mengusap seluruh air matanya dan hidungnya, lalu menutupi samping kanan wajahnya dengan rambut hitam panjangnya.

"Gila! Serem anjir" Ujar Husein yang terkejut melihat tingkah Adin yang menutupi sebagian wajahnya dengan rambut.

"Udah diem gak usah komen!" Oceh Adin yang membuat Husein tertawa kecil.

"Nih es susu kali aja mau" Kata Husein sambil menyodorkan segelas es susu ke arah Adin.

Adin mengintip sedikit ke sebelah kanan, "MAU BANGET LAH!" Sahutnya dengan antusias.

Tangan Adin dengan cepat langsung merampas segelas es susu yang disamping nya, di teguknya es susu tersebut dengan cepat. Kedua nya terhanyut dalam keheningan lagi, Husein yang tak suka bicara dengan perempuan itu kali ini sedang bingung memikirkan topik pembicaraan.

Adin yang masih menatap bulan sambil meminum es susu nya pun tak kepikiran akan mengobrol dengan Husein yang terkenal suka diam alias es batu kalau di dekat perempuan. Tetapi, karena tidak kuat dengan keheningan ini, akhirnya ia membuka obrolan.

"Ngapain kerumah gue tadi?" Tanya Adin yang masih saja tak berani menoleh ke arah Husein.

Husein menatap ke arahnya, "Gue gak suka ngobrol tanpa kontak mata. Gak sopan." Sahut Husein.

Karena kesal dengan ucapan Husein, Adin menyingkirkan rambutnya dan melihatkan wajah bagian kanan nya dan menatap Husein dengan tajam.

"Puas?" Tanya Adin dengan nada kesal.

Husein menatap Adin yang juga sedang menatapnya dengan tatapan kesal. Lalu, lelaki berumur 18 tahun ini memalingkan wajahnya lagi, lalu menyodorkan obat salep ke arah Adin,

"Sudut bibir sama pelipis ada luka, oles pake ini" Ucap Husein tanpa menatap Adin agar Adin tak merasa malu.

Adin yang sudah merasakan malu pun menepis lengan Husein hingga obat salep itu terlempar ke tanah, "Gak perlu. Gue gak butuh itu." Jawab Adin dengan menahan isakan tangis nya lagi.

Melihat respon Adin seperti itu, Husein pun memberanikan diri. Ia memungut obat salep yang tadi terlempar ke tanah, lalu menarik lengan Adin agar berputar ke depan nya. Husein pun mengoleskan obat salep itu ke sudut bibir dan pelipis Adin yang terluka setelah bertengkar dengan Bunda nya.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang