53.

63 7 2
                                    

Shandimas Erlangga merupakan anak laki-laki tunggal dari pasangan Andi Erlangga seorang pengusaha tambang sekaligus pewaris tunggal dari keluarga Erlangga dan Sella Saqitta seorang perempuan yang bekerja di salah satu club di Jakarta.

Pertemuan Andi dan Sella berawal sejak Andi yang selalu pergi ke club di usia muda nya untuk menghamburkan kekayaan orang tua nya. Jatuh cinta pada salah satu perempuan bartender yang menyajikan minumannya pada malam itu. Kedua nya menikah, dan Sella memutuskan berhenti bekerja untuk fokus mengurus keluarga.

Shandimas yang lahir di akhir bulan November ini tumbuh dengan suasana keluarga yang harmonis dan nyaman. Rumah yang begitu besar terasa sangat hangat sekali, apalagi kedua orang tua nya yang selalu menemaninya.

Bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Pertama elite yang ada di kota Jakarta membuatnya bosan karena ia kesulitan dalam berteman sebelum akhirnya bertemu dengan dua bocah lelaki dari kelas atas alias kakak kelasnya yang mulai mengenalkan hal-hal yang menyenangkan tetapi termasuk hal buruk, mulai dari bolos ke kantin hingga mengerjai guru. Yap! Husein dan Marteen setahun lebih tua dibanding Shandimas.

Husein dan Marteen merupakan teman yang paling menyenangkan bagi Shandimas di masa itu, ketiganya selalu menghabiskan waktu bersama selama tiga tahun lama nya. Hingga di tahun terakhir saat ketiga nya berada di semester lima di Sekolah Menengah Pertama, terjadi keretakan antara Husein dan Shandimas.

Keretakan mulai terjadi ketika murid baru, Bhea yang menjadi incaran Shandimas malah jatuh hati pada Husein sahabatnya sendiri. Shandimas merasa dikhianati oleh Husein yang ternyata juga menaruh rasa pada Bhea, Marteen berulang kali menjelaskan jika Husein sudah berusaha membuang jauh perasaannya demi Shandimas. Namun nampaknya, Shandimas tetap mendiamkan Husein.

Kedua nya mulai mengetahui rahasia yang terjadi antara orang tua nya. Ditambah lagi, orang tua Shandimas yang resmi bercerai saat mereka mulai memasuki Sekolah Menengah Atas. Shandimas menjadi semakin geram dan menyimpan dendam pada Husein karena merasa seluruh rasa sumber rasa senangnya dihancur leburkan oleh Husein.

Berbeda dengan kisah cinta segitiga Husein, Shandimas dan Bhea yang bisa tertutup rapat. Kisah perselingkuhan antara Mama Shandimas dan Papa Husein itu sudah menjadi rahasia umum di antara Wolves dan Locapane. Mama Shandimas yang tak bisa melepas Haydar, dan Haydar yang tak kunjung usai dengan segala tindakan buruknya pada keluarganya.

Saat mendaftar Sekolah Menengah Atas pun Husein memilih untuk berbeda sekolah dengan Marteen dan Shandimas. Namun, Husein dan Marteen tidak naik ke kelas dua membuat keduanya bertemu kembali dengan Shandimas di tahun ketiga.

###

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore, Husein beranjak keluar kamar kos nya untuk mengambil handuk yang terjemur di depan kamar. Dirinya mulai bersiap-siap tanpa ingat jika dirinya sudah beberapa minggu tak masuk sekolah.

Menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhnya, menyisir rambut lurus berwarna hitamnya, dilanjut dengan meraih helm hitam yang ada di meja. Mengunci pintu kamar kos sambil bersiul yang memiliki irama,

"Tumben sore sen" Ujar salah satu penghuni kamar kos sebelah yang sedang merokok di depan kamar.

"Jemput cewe gue" Sahut Husein sambil membuka permen karet.

Penghuni kamar sebelah tertawa kecil melihat tingkah anak remaja satu itu, "Syukur deh, Gue kira lu maho!"

Husein membalasnya dengan tawa kecil lalu beranjak pergi menuruni anak tangga. Membuka gerbang pagar sebagai jalannya ia keluar, langkahnya terhenti saat ia melihat ada seseorang yang berdiri tepat dihadapannya.

Ekspresi wajahnya berubah menjadi tegas dan mengunyah permen karet perlahan. Suasana yang tadinya ceria berubah menjadi masam dan tegang.

"Tau dari mana gue disini?" Ucap Husein yang masih saja menggunakan gaya bahasa yang tak sopan pada lelaki paruh baya itu.

"Papa mau ngomong" Jawabnya dengan pelan.

Haydar datang menghampiri Indekos anak laki-laki nya berharap bisa berbincang sedikit dengan nya.

Husein tertawa remeh, "Papa? Masih gak tau diri banget manggil diri sendiri dengan sebutan itu".

"Sekali ini aja. Papa mau ngomong sama abang" Ujar Haydar memastikan pada anaknya.

Husein mempersilahkan lelaki paruh baya itu memasuki lingkungan indekos nya, lalu duduk di gazebo yang ada di samping parkiran.

Keduanya hanyut dalam kesunyian, Husein menatap ke arah bodyguard Papa nya yang berjaga di depan gerbang pagar kos dengan tatapan tajam.

"Papa mau minta maaf ke abang. Papa tau selama ini Papa bukan figur bapak yang baik buat abang sama adik, apalagi bukan suami yang baik buat Mama. Semenjak abang mulai berontak, Papa hati Papa ngerasa takut dan gak tenang. Papa tau Papa egois, terlalu cinta sama tante Sella-" Ucap Haydar yang terpotong karena Husein yang tiba-tiba berbicara.

Husein menatapnya tajam, "Kenapa baru sadar sekarang? Udah bosen sama si Sella terus sekarang baru mau ngakuin dosa?"

"Dengerin Papa dulu bang. Disini Papa cuma mau abang tau karena adek udah sama sekali gak mau ketemu sama Papa. Papa bakalan ninggalin semua nya. Kamu, Adek, dan Mama, sekaligus tante Sella. Papa tau kalau Papa kembali, itu gak akan ngerubah rasa benci kalian sedikitpun ke Papa. Atau bahkan kalian bisa memaaafkan Papa itu hal yang mustahil" Jelas Haydar dengan suara yang mulai bergetar.

Husein mengalihkan pandangannya menatap ke arah langit berusaha menahan air mata nya agar tak jatuh karena rasa kesal yang mendalam. Bimbang di hati nya sangat terasa, ia tak kuat melihat lelaki yang disebelahnya mulai menangis sambil mengakui dosa-dosa nya.

"Terus lo kesini cuma mau gue kasihani? padahal kita semua yang dari dulu lebih menderita daripada rasa takut lo itu! Gue gak ada waktu buat dengerin ini semua" Ucap Husein lalu beranjak dari duduknya.

Haydar meraih lengan anak laki-laki nya, "Tolong maafin Papa ya bang meskipun Papa tau pasti itu hal tersusah buat abang. Malam ini Papa beresin barang-barang Papa"

Haydar pun juga beranjak dari duduk nya, lalu berjalan meninggalkan anak laki laki nya yang masih berdiri didepan gazebo. Sebelum memasuki mobil, Haydar kembali menoleh ke arah putra nya,

"Pulang kerumah ya bang, Jagain Hunna sama Mama. Mereka butuh abang" Tambah Haydar lalu memasuki mobil Honda CR-V berwarna Hitam dengan nopol B 3 H.

Mobil hitam milik Papa nya sudah melaju meninggalkan lingkungan indekos nya. Husein berjalan ke arah motornya sambil menunduk, tangisnya pecah di atas motornya. Ia meringkuk menutupi wajahnya di atas tangki motor.

"Pasti berat buat lo yang udah nyimpen luka selama itu. Pulang sen. Bokap lo udah ngalahin ego nya demi keluarga." Ucap Wildan, penghuni kamar sebelah.

Husein dengan cepat menghapus air mata nya, menoleh ke arah Wildan sambil tersenyum paksa.

"Aman bang, gue duluan deh bang. Tolong tutupin pagernya yeu" Kata Husein lalu menarik gas nya keluar lingkungan indekos.

Wildan si penghuni kamar sebelah Husein merupakan Mahasiswa tingkat akhir asal Lampung yang menjadi teman cerita Husein sejak Husein menyewa kamar yang tepat disebelahnya. Wildan sudah menganggap Husein bak adik kandungnya sendiri.

.

.

.

.

.

HAI HAI GIMANA CERITA KALI INI??

HAVE A NICE DAY YA KALIAN !!

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang