Ponsel Husein terus saja berdering, kali ini sudah sekitar 5 kali membuat saku celana nya bergetar. Karena tak tahan lagi dengan getaran dering ponselnya, Husein merogoh saku celana sebelah kanan nya. Terlihat nama Hyrtha dan Hunna yang meneleponi nya berulah kali tak ada henti.
Husein yang sedang menemani Jedden untuk menghampiri Harrel yang berada di bar milik keluarga Harrel. Husein memberhentikan kegiatan bermain billiard nya, dan mengangkat telepon dari Hyrtha.
Suara Hyrtha terdengar seperti tersengal-sengal dan berbisik, mendengar Hyrtha yang sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja, Husein memanggil Jedden yang belum usai memberi pelajaran pada Harrel yang telah menyakiti adik sepupunya.
Harrel terlihat sudah lemas tersungkur di bawah kursi minibar dengan wajah lebam hasil karya Jedden,
"Cabut ke Loca!" Sahut Husein memberi tahu Jedden.
Jedden menarik kerah jaket Harrel untuk mengajak nya juga pergi ke markas Locapone.
Sementara Hyrtha, ia masih bersembunyi dibalik pilar besar yang ada di lantai 2 gedung kecil bekas pabrik plastik itu. Matanya bersembunyi menatap ke arah jendela ruangan yang terlihat Adin sedang di dudukkan dengan tangan diikat.
Tangan nya bergetar saat berulang kali mencoba menghubungi semua teman satu gank nya, mengumpat berkali-kali saat telepon nya sudah 3 kali di tolak oleh Fero.
"Anjing si Fero!" Umpatnya sambil berbisik.
Tak lama setelah ia mematikan telepon dari Husein, topi hoodie nya ditarik paksa oleh dua penjaga yang memergoki nya. Hyrtha terkejut bukan main karena tercekik pada lehernya, mencoba melawan namun nampaknya tenaganya tak sekuat dua penjaga itu.
Hyrtha di seret secara paksa hingga hampir pingsan karena tercekik, dan dilemparkannya masuk kedalam ruangan markas Locapone. Badan nya tersungkur ke lantai, pernapasan nya kembali lega meskipun diawali dengan batuk berkali-kali.
Kedatangannya menarik perhatian semua anggota Locapone yang saat itu sibuk mendengarkan Shandimas. Frido, si tukang eksekusi kembali menghampiri mangsa kedua nya. Senyum liciknya terlihat jelas pada bibirnya, Hyrtha yang baru saja mendapatkan kesempatan bernapas, kembali dibuat terkejut lagi saat Frido yang tiba-tiba menarik hoodienya seperti memaksanya berdiri.
Semakin geram dengan sikap anggota Locapone, Hyrtha yang sedari tadi mencoba tak melawan pun mulai memasang wajah garangnya. Rahangnya menjadi rapat, ia mulai meregangkan lehernya, melemparkan smirk ke arah Frido yang berdiri di depannya.
"Elo kalo cuma jago kandang mending jadi penjaga perpus aja deh" Ujar Hyrtha dengan wajah meremehkan ke arah Frido.
Adin mulai membuka sedikit demi sedikit mata nya, terasa perih pada sudut bibirnya, dan juga kepala yang terasa sangat berat. Tangan nya diikat menggunakan tali dengan sangat erat hingga membuatnya merasa kesakitan saat berusaha melepaskannya.
Shandimas yang menyadari jika Adin sudah tersadar langsung beranjak dari tempat duduk nya, berjalan menghampiri Adin yang masih belum sadar sepenuhnya. Diangkatnya dagu lancip gadis yang menjadi wanita idamannya sejak memasuki Rotert,
"Hai cantik, gimana? udah mendingan?" Tanya Shandimas pada Adin dengan sangat dekat.
Melihat sikap Shandimas yang sangat berbeda membuat Adin menatapnya dengan tatapan jijik, lalu Adin langsung mengalihkan pandangan dengan kasar. Shandimas terlihat kesal melihat respon Adin yang semakin ketus pada nya, ia menarik kembali dagu Adin secara paksa,
"Hei, kok masih aja ketus sih?" Bisik Shandimas.
Adin memelototi nya, "Dari awal gue ngeliat lo, gue udah jijik. Tampang-tampang bajingan yang udah keliatan dan makin kesini makin keliatan bangsatnya!" Jawab Adin penuh dengan penekanan.
Shandimas melempar kasar dagu Adin ke samping, kekesalannya semakin tinggi mendengar ucapan gadis yang tak memiliki rasa takut sama sekali padanya. Shandimas membuang nafas kasar, lalu menatap Adin kembali sambil tersenyum paksa.
Tangannya sudah melayang dan akan segera menampar pipi gadis yang ada di depannya, Hyrtha hendak menolong Adin namun dihalangi oleh Frido dan Jyrom yang sudah berdiri di depannya.
"Bang Shandi! Jangan cari mati!" Teriak Hyrtha dengan lantang.
Niatnya terurung sejenak saat mendengar teriakan Hyrtha, Shandimas menoleh ke arah anggota Wolves Gank yang sedang ditahan oleh dua anggota gank nya.
"Lo sentuh dia, bang Husein gak bakal ngampunin lo!" Lanjut Hyrtha.
Dahi Shandimas langsung mengernyit dan memasang wajah kebingungan. Menatap kembali ke arah Adin yang masih memejamkan mata bersiap menerima tamparan darinya,
"Lagi-lagi dia mau ngerebut semuanya dari gue" Gumam Shandimas yang terdengar seperti menyedihkan.
'BRAK!' Suara pintu besi yang terbuka dengan keras.
Semua orang yang berada di dalam ruangan sontak terkejut bukan main. Husein dan Jedden datang bersamaan, Jedden mendorong tubuh Harrel hingga tersungkur tepat di depan kaki Shandimas.
Beberapa anggota Locapone membantu Harrel yang sudah babak belur tak karuan oleh-oleh dari Jedden. Mata Husein langsung menuju ke arah Adin yang diikat dan juga menatapnya dengan tatapan sayu, terkejut saat mata jeli nya menemukan luka lebar di sudut bibir Adin yang berjarak kurang lebih 7 meter darinya.
"Maju lo yang udah berani nyentuh cewe gue!" Teriak Husein yang hampir menggema di ruangan itu.
Nyali para anggota Locapone menciut setelah mendengar teriakan Husein yang begitu lantang dan tegas. Tak ada satu pun yang berani maju menghadap Husein yang amarahnya sudah tak tertahan. Jeco, si pelaku sebenarnya tak memiliki nyali untuk berdiri di hadapan Husein.
Jeco menarik lengan baju Ares, memaksa nya supaya mengaku jika Ares yang telah meloloskan hantaman pada Adin.
"Jeco maju lo!" Teriak Husein yang berhasil membuat Jeco terkejut.
Langkah kaki Jeco terlihat bergemetar setelah diteriaki oleh Husein.
"Bawa Adin balik!" Perintah Husein pada Jedden.
Mendengar perintah itu, Jedden langsung bergegas menghampiri saudara kembarnya yang terlihat lemas.
###
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Jedden memberhentikan motornya tepat di halaman rumah, lalu membopong tubuh saudara kembarnya yang masih sedikit tak sadarkan diri. Memasuki rumah tak lupa salam, dan bergegas berjalan melewati ruang tengah yang terdapat Bunda nya masih betah duduk di sofa sambil membaca majalah.
Kedatangan kedua anak nya yang dalam kondisi tidak baik-baik saja, Sahira langsung beranjak dari sofa dan mengikuti langkah Jedden memasuki kamar Adin.
"Kenapa lagi?" Tanya Sahira pada Jedden.
"Di keroyok" Jawab Jedden sambil menidurkan Adin diatas ranjang.
Dynan yang juga terkejut dengan kedatangan Jedden, langsung membantu Jedden menidurkan tubuh Adin di ranjang. Tangisnya semakin jadi saat melihat Adin datang dengan ada luka dan mendengar jika saudara sepupunya dikeroyok.
Muncul rasa bersalah yang sangat tinggi, sudah hampir satu jam lebih Dynan tak ada hentinya menangis di samping ranjang Adin sambil mengompreskan luka di sudut bibir sepupunya.
"Sorry, ini salah gue. Seharusnya gue nahan lo buat gak pergi ke markas Locapone!" Kata Dynan dengan tangisan lebay.
"Udahlah, gue juga masih hidup" Sahut Adin dengan santai.
Dynan memukul lengannya, "Gila lo? Untung aja masih hidup, lah kalo lo keluar udah gak bernyawa mungkin gue bakal ikutan bunuh diri" Oceh Dynan.
.
.
.
.
.
HALO! GIMANA CERITA KALI INI?
JANGAN LUPA VOTE+KOMEN YA!
HAVE A NICE DAY <3
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fiksi Penggemar"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021