26.

296 49 2
                                    

Jari Adin memutar-mutar pulpen dengan sangat cepat sambil melamun menatap buku tulisnya yang terisi penuh dengan catatan rumus-rumus matematika. Hunna disibukkan dengan rutinitas mempercantik kuku yang ada di jari lentiknya.

"Hun! Emang gue beda ya?" Tanya Adin dengan sangat tiba-tiba hingga membuat Hunna hampir salah coret pada kuku cantiknya.

Ditoyornya kepala Adin dengan keras, "Bisa gak sih lo tuh kalem dikit aja! Kalo kuku gue ke gores bisa berabe nih!" Oceh Hunna dengan wajah yang sangat kesal.

Adin menutup wajahnya menggunakan buku agar tidak terkena cipratan liur Hunna yang terus membeludak saat mengoceh. Hunna duduk kembali di kursi nya dan melanjutkan aktifitasnya, sedangkan Adin terus saja menggaruk kepala nya.

"Et! Samuel!" Panggil Adin pada Samuel yang sedang berjalan di barisan bangku nya.

Samuel menghampiri nya dengan wajah datar, "Emang gue beda ya?" Tanya Adin yang membuat Samuel semakin kebingungan.

Sambil menyatukan kedua alisnya, "Dih! Iya! Lo kan setengah perjaka" Jawab Samuel disusul dengan tawa teman-teman nya.

Adin segera menampar mulutnya yang sedang menertawainya. Lalu, pergi keluar kelas sambil menatap Samuel dengan ketus. Berjalan di koridor yang terlihat ramai banyak siswa-siswi yang menongkrong di depan kelas karena para guru yang sedang melaksanakan rapat.

Berulang kali Adin berpikir tentang kata-kata Husein semalam di pasar malam. Terus berpikir, apa yang beda dari dirinya dan wanita lain?. Berjalan entah akan kemana sambil membawa ponsel nya saja dan memutari semua gedung yang ada di sekolah.

Dengan wajah melas nya, Adin berjalan sambil menundukkan kepala. Tiba-tiba, ia menabrak seseorang yang sedikit lebih pendek darinya. Langsung mendongakkan kepala dan dilihatnya bet wanita yang ada di depan nya menunjukkan kalau wanita tersebut adalah seorang senior kelas 3.

Senior yang ada dihadapannya beserta ke 3 teman dibelakangnya menatap Adin dengan jeli sambil mengernyitkan dahi. Adin hanya menunduk sebentar seperti berpamitan, setelah itu ia berniat melangkahkan kaki. Namun, lengannya ditarik kembali oleh salah satu dari 4 orang senior itu.

"Lo Adin?" Tanya Senior yang menabraknya tadi.

Adin menganggukkan tanpa ragu dan menatap matanya,

"Kok lo gak nunduk?!" Teriak senior lain yang berdiri di belakang.

"Saya? Kan lagi diajak ngobrol, gak sopan kalau nunduk." Jawab Adin dengan sangat santai.

Senior wanita yang berdiri paling depan menarik ujung bibir kanan nya, "Gue Beanya Charliessa, biasa dipanggil Bhea. Senior baru disini dan followers gue 1,2k" Ujarnya dengan wajah meremehkan.

Adin hanya mengangkat satu alisnya karena bingung melihat sikap senior barunya ini.

"Udah tau nama saya kan? Permisi saya pamit dulu" Jawab Adin yang masih dengan bahasa sopan kepada senior.

Meninggalkan 4 seniornya yang masih terdiam, dan Adin pun melanjutkan perjalanannya untuk berkeliling.

"Jadi dia yang rebut Husein dari gue?!?! Sumpah, pengen gue jambak aja rambutnya!" Teriak Bhea di tengah koridor.

###

Pada akhirnya, Adin memilih ruang lapangan indoor yang sepi tak ada siapapun untuk membaca novel barunya. Duduk di arena penonton sendirian di ruangan yang sepi membuatnya sangat tenang saat membaca novel.

Mata nya tak ada lelah menatap tulisan yang ada di dalam buku sambil sesekali menegak air mineral yang ia bawa dari rumah. Tak lupa dengan earphone yang terpasang di telinga nya, memutar playlist lagu mellow nya, ponselnya yang sedari tadi berdenting notifikasi dari Hunna pun diabaikan.

Segerombol siswa tiba-tiba memasuki lapangan indoor. Lagi-lagi Adin tak mengetahui kedatangan segerombol lelaki itu akibat earphone yang menempel pada telinga nya. Dengan posisi nya yang sedang telungkup sambil mengepak-ngepakkan kaki nya mengikuti irama nada lagu yang terputar melalui earphone nya.

Husein yang menjadi salah satu dari segerombol lelaki itu mengetahui keberadaan Adin. Melihat Adin yang mengepak-ngepakkan kaki nya hingga membuat rok nya sedikit terangkat, Husein segera lari menaiki tempat duduk penonton agar bisa mencapai ke venue paling atas, tempat Adin yang sibuk membaca.

Dengan cepat Husein melepas jaket hitam adidas nya untuk menutupi rok juniornya itu. Adin yang merasa jika ada seseorang dibelakang nya pun langsung melotot dan menoleh ke belakang dengan tergesa-gesa berdiri.

"Kak Husein?!?!" Teriak Adin sambil mencopot earphone nya.

Segerombol laki-laki yang berada di bawah pun langsung menoleh arena penonton yang sepi, hanya ada Adin dan Husein.

"Lo ngapain disini?!?!" Tanya Adin dengan panik.

"Mau latihan." Jawab Husein dengan santai.

Adin masih saja melotot, "Lo liat?!" Tanya Adin sekali lagi memastikan apakah Husein melihat dalamannya.

Husein menggeleng sambil tersenyum, Adin yang terkejut melihat Husein tiba-tiba senyum pada nya pun langsung mundur beberapa langkah sambil memelototi Husein. Husein yang kebingungan pun maju satu langkah,

"Kak, berhenti! Stop! Udah jangan maju lagi" Teriak Adin sekali lagi yang sangat menggema.

Husein mengernyitkan dahi nya, "Kenapa?" Tanya Husein.

Dengan segera Adin langsung berlari turun dan keluar dari lapangan indoor. Berjalan cepat sambil menengok terus ke arah belakang.

"Sial! Kenapa gue ketemu kak Husein sih?! Deg-deg an mulu liat wujudnya!" Gumam Adin sambil berjalan cepat menuju kelas.

Sampai di depan kelas pun ia tetap saja menoleh ke belakang, takut jika Husein tiba-tiba muncul di belakang nya. Namun, setelah mengatur nafas tepat dihadapan nya . . .

Muncul Hunna yang sedang memelototi nya. Teriakan Adin kali ini lebih kencang karena terkejut dengan munculnya Hunna.

"Dari mana aja lo?!" Tanya Hunna dengan sinis.

"Lapangan indoor. Baca novel bentar. Eh tapi sini deh" Ajak Adin untuk duduk kembali ke bangku.

Adin mengajak Hunna menundukkan kepala, "Emang apa yang beda dari diri gue sih? Kek nya gue harus berubah deh!" Bisik Adin pada Hunna dengan hati-hati.

Hunna memutar kedua bola matanya, "Berubah jadi ultramen maksud lo? Ultramen mana ada yang cew--" Ujar Hunna yang terpotong karena Adin yang langsung memukul kepala nya.

"Seriusan ini, babi!" Sahut Adin sambil melotot.

Sambil mengusap kepala nya, "Siapa yang bilang lo beda?! Spill ke gua!" Jawab Hunna.

"Abang lo." Kata Adin dengan singkat tetapi sukses membuat Hunna terkejut.

Hunna menutup mulutnya menggunakan telapak tangan. Seolah-olah terkejut melihat apa yang dikatakan Adin barusan, matanya kembali melotot seperti tak percaya.

"Bilang apa dia?!?!" Tanya Hunna yang tidak sabar mendengarnya.

"Gak akan gue spill!" Jawab Adin yang membuat Hunna kecewa.

Adin dengan segera kembali fokus kepada buku novelnya dan membiarkan Hunna yang sedang terdiam dengan dihantui rasa penasaran. Mendengar berita tersebut, Hunna menyimpan rasa curiga kepada saudara laki-laki nya.

Senyum mencurigakan saat ini tergambar pada wajahnya. Baru kali ini, ia mengetahui saudara laki-laki nya mengatakan hal itu pada seorang gadis lebih muda dan bahkan teman dekatnya. Hunna menatap ke arah Adin sambil tersenyum mengejek dan mencolek Adin berulang kali.

.

.

.

HAI! APA KABAR?

MAAF SEMPET HIATUS BENTAR :(

BUT NOW, I'M BACK !! SELAMAT MEMBACA !

HAVE A NICE DAY, GUYS !

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang