38.

289 38 2
                                    

Mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu menggunakan earphone termasuk salah satu kegiatan paling nyaman yang sering Adin lakukan. Bersenandung ria mengikuti irama lagu yang ia dengarkan.

Sementara Dynan, sibuk berguling bolak-balik seperti orang yang sedang menunggu sesuatu. Merengek berkali-kali saat menatap ponsel nya, kaki nya di hentak-hentakkan diatas kasur.

"Dynan! Lo ngapain sih? Simulasi kesurupan?" Sahut Adin yang sudah tak kuat melihat Dynan seperti cacing kepanasan.

"Cowok gue tiba-tiba ngilang gak ngabarin. Katanya tadi ngajak nge-date" Rengek Dynan.

Adin memutar kedua bola mata nya, "Cowo lo buaya kali" Jawab Adin dengan malas.

Dari depan rumah terdengar suara motor Jedden yang memasuki halaman rumah, Adin beranjak berdiri untuk mengambil air putih di dalam kulkas.

Saat keluar kamar, ia bersamaan membuka pintu kamar dengan Bunda nya. Dilihatnya, Bunda nya berlari menuju pintu rumah untuk menyambut Jedden dengan sangat antusias.

Adin menuangkan air putih dingin ke dalam gelas sambil menatap lurus ke arah teras yang terlihat Sahira menyambut anak laki-laki nya dengan pelukan kasih sayang. Kedua nya berjalan memasuki rumah, dan Sahira yang menawari Jedden dengan menu-menu makanan yang ada di rumah.

Dibawah mata Jedden terlihat sedikit memar, Adin menyipitkan matanya untuk memastikan memar tersebut dari kejauhan. Lalu, berjalan cepat ke arah Jedden dan Bunda nya yang sudah terduduk di sofa ruang tengah.

"Siapa yang mukulin lo?" Tanya Adin dengan tiba-tiba sambil menunjuk ke arah mata Jedden.

"Kagak, ini cuma-" Jawab Jedden yang terpotong.

"Cuma kena bola! Kenapa? Bola nya mau lo ajak ribut?!?! Semua aja sana lo ajak ribut! Cewe gak ada manis manis nya sama sekali!" Bentak Sahira dengan sangat ketus pada anak gadisnya.

Adin langsung menunduk, dan berjalan menjauh menuju kamar nya. Memasuki kamar, dan dihampiri oleh Dynan, di usap-usap pundaknya untuk ditenangkan.

Sudah tak mengerti bagaimana caranya untuk akur kembali dengan Bunda. Berbagai cara sejak empat tahun yang lalu sudah dilakukan, tapi tetap saja tidak berhasil juga.

Sahira seperti menyimpan dendam besar pada anak gadisnya yang menurutnya telah membuat suami nya pergi dari dunia.

- Flashback On -

Saat itu tahun 2017, Adin mengikuti Karate Champions dan beroptimis untuk mendapatkan medali emas pada kesempatan itu. Banyak mendapatkan dukungan dari Ayah, Bunda, dan Saudara lainnya.

Meskipun impian nya menjadi atlet Karate dulu sangat ditentang oleh Sahira, Bunda nya, namun pada akhirnya ia mendapatkan banyak dukungan dari Bunda nya. Adin berhasil mendapatkan banyak medali dan penghargaan sertifikat dari hasilnya bertanding.

Hingga muncullah pertandingan Karate Champions yang sangat ditunggu-tunggu oleh Adin. Gadis berusia 13 tahun saat itu memiliki rasa berani yang amat tinggi untuk melawan musuh yang rata-rata berusia diatasnya. Dengan ditemani oleh sang Ayah, Adin menjadi lebih bersemangat dan memiliki rasa menang yang sangat tinggi.

Pada akhirnya ia mendapatkan medali emas pada pertandingan tersebut, ia mendapat banyak ucapan selamat dari Ayah dan Bunda nya. Namun, kemenangan tersebut membawa petaka. Malam itu, Adin, Jedden dan Bunda nya, Sahira menunggu kedatangan Pramono Andhara (suami Sahira sekaligus Ayah dari Adin dan Jedden) yang izin pergi ke Kantor Pusat Inkai untuk membahas perencanaan Olimpiade Karate Adin selanjutnya.

Tetapi, malam yang seharusnya memiliki suasana yang senang dan bahagia menjadi malam paling buruk bagi keluarga Pram. Telepon rumah berdering dengan sangat kencang, Sahira yang saat itu sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan malam spesial pun menyuruh Adin, anak gadisnya yang masih berusia 13 tahun untuk mengangkat telepon tersebut.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang