50.

95 14 5
                                    

Hunna sudah diperbolehkan pulang ke rumah untuk rawat jalan dan terapi di rumah sejak tadi pagi. Keadaan nya mulai membaik dan jahitan di lengan kiri nya pun akan dilepas tiga hari kedepan.

Usai memarkirkan motornya di halaman rumah, Adin turun dengan sumringah untuk menjumpai sahabatnya yang sudah diperbolehkan pulang.

Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya Adin berkunjung ke rumah Husein dan Hunna. Saat memasuki rumah, Adin hanya tercengang melihat rumah sebesar ini hanya diisi oleh dua orang dan juga dua asisten rumah tangga yang membantu aktivitas keseharian.

"Eh mas Husein, itu non Hunna lagi terapi sama dokter. Ibu katanya pulang agak malam soalnya banyak kerjaan" Jelas salah seorang Asisten Rumah Tangga yang masih terlihat muda.

Mata Mbak Marni mengarah ke arah Adin yang berdiri di belakang Husein sambil sibuk memandangi betapa megahnya rumah Husein.

"Ini...temen--" Ucap Mbak Marni yang terpotong.

"Pacar mbak, masa selucu ini cuma dijadiin temen" Sahut Husein lalu berjalan ke arah tangga.

Adin memelototkan matanya karena terkejut lalu spontan tersenyum ke arah Mbak Marni dan mengajaknya bersalaman, "Saya Adin temen sekelasnya Hunna juga".

Mbak Marni membalas dengan senyuman ramah, "Mau dibikinin minum apa non? Orange Juice?" Tanya Mbak Marni.

"Nggak usah repot-repot mbak, saya bawa minum kok" Jawab Adin berulang kali menunduk untuk menghormati Mbak Marni yang lebih tua darinya.

Lalu Adin menyusul Husein yang sudah menaiki tangga, Mbak Marni tak ada hentinya menatapi sepasang kekasih itu.

"Wis ayu, unggah ungguh e muantep pol! Pancen mas Husein ki puinter lek cari pacar, Mbok Dhe harus tau ini!" Gumam Mbak Marni lalu berlari ke arah dapur belakang.

Husein membukakan pintu kamar Hunna yang penuh dengan stiker stiker lucu. Terlihat Hunna dan dokter psikiater yang sedang membereskan barang-barangnya.

Dokter Viola ahli psikiater menghampiri Husein dan mengobrol sejenak dengannya membahas perkembangan kondisi mental Hunna. Sedangkan, Adin langsung menghampirinya dan memberi pelukan,

"Welcome home, babe" Kata Adin sambil mengusap punggung Hunna.

Disodorkan sebuah kantong plastik hitam padanya,

"Nih es krim tadi gue udah call dokter Dito katanya boleh tapi cuma hari ini doang" Jelas Husein pada adiknya.

Senyum Hunna melebar ketika tahu diberi hadiah es krim oleh kakaknya,

"Tumben banget sampe call dokter" Tanya Hunna curiga.

Husein menunjuk Adin, "Tuh yang maksa gue beliin es krim buat lo"

"Udah deh kalo nggak ikhlas mah bilang aja!" Ancam Adin dengan tatapan tajam.

Husein duduk di sofa dekat jendela sambil menatap ke arah rak meja yang berisi obat-obat an Hunna. Ia merasa iba melihat kondisi adik semata wayangnya yang lebih sakit darinya hanya karena Papa yang tidak bertanggung jawab.

Sementara, Hunna dan Adin berbincang masalah-masalah yang terjadi di sekolah selama Hunna tak ada. Husein pun sudah dua minggu absen tidak masuk kelas karena pelatihan club bola yang ia ikuti sejak umur lima belas.

Kemungkinan Husein akan ditarik tim nasional untuk mengikuti pertandingan U-18 di akhir tahun nanti. Maka dari itu, ia jarang sekali masuk kelas untuk mengikuti pelatihan. Selain menekuni hobi, dari pertandingan sparing ia bisa mendapatkan uang untuk hidup mandirinya mulai dari membayar kos, bensin Jaker, dan kebutuhan lainnya yang sudah diputus oleh Papa nya.

"Mas Husein itu ada teman nya nunggu di ruang tamu" Ujar Mbak Marni yang tiba-tiba memasuki kamar Hunna.

Husein segera berdiri untuk pergi turun ke ruang tamu. Di intipnya dari lantai dua ternyata Jedran yang sudah menunggunya dibawah. Menuruni anak tangga dengan cepat untuk segera menghampiri Jedran yang nampaknya membawa suatu berita.

Melihat Husein berdiri di depannya, Jedran langsung bercerita jika ada masalah dengan Locapone. Ia meminta Husein untuk menghubungi Marteen.

"Ayolah Sen, lo gak bisa kek gini terus sama Marteen. Udah 2 minggu loh jangan kek bocah lah" Ujar Jedran.

Husein berdiri merasa tersinggung dengan ucapan Jedran,

"Gue kek bocah?! Dia kenal gue bertahun-tahun bahkan sebelum kalian semua kenal sama gue. Tapi, bisa-bisa nya kemaren dia bikin gue kecewa dengan ngomongin hal itu!" Teriak Husein.

"Gue tau lo tersinggung soal yang diomongin Marteen pada hari itu, tapi kalo terus terus an kek gini lo mau Wolves jadi pecundang karna gak ada pemimpinnya?" Sahut Jedran yang berusaha tetap tenang.

Hunna dan Adin yang mendengar adanya keributan di lantai bawah pun terkejut, Adin meminta Hunna untuk tetap berada di ranjang. Sedangkan, ia keluar kamar untuk mengintip keadaan lantai bawah dari atas.

Dilihatnya Husein yang sedang berdiri sambil mengepalkan kepala dihadapan Jedran yang terduduk di sofa dengan ekspresi serius.

Tiba-tiba Husein mencengkram kerah baju Jedran dan menariknya hingga Jedran terpaksa berdiri.

"Jangan pernah bilang pecundang dihadapan gue! Lo belum pernah tau apa yang gue lewatin selama ini!" Tegas Husein pada Jedran.

Jedran menghempaskan tangan Husein dari kerah baju seragamnya,

"Gue tau semua yang lo lewatin itu susah, tapi asal lo tau hampir semua anak Wolves hidupnya sama kek lo tapi kita gak ada satupun yang baperan kek lo!" Jawab Jedran.

Jedran menghela nafas, "Jangan lupa, lo kira kita gak kecewa setelah lo nyembunyiin soal Bhea tanpa cerita ke kita? Tapi liat apa kita ngejauhin lo cuma gara gara itu? Nggak Sen! Harusnya lo mikir!" Lanjut Jedran.

Jedran langsung pergi tanpa pamit dengan ekspresi kecewa pada Husein. Husein tetap berdiri terdiam usai mendengarkan ucapan Jedran tadi.

Adin menuruni anak tangga mencoba menghampiri Husein yang terlihat tertegun usai ditegur oleh Jedran. Adin meraih lengan kanan Husein,

"Kak? Are you okay?" Tanya Adin.

Husein terduduk sambil mengacak-acak rambutnya, sedangkan Adin kebingungan untuk menenangkannya.

"Kenapa sih kak? cerita ke aku!" Tegas Adin pada kekasihnya.

Husein mengusap kasar wajahnya sendiri, "Kamu tunggu sini dulu ya, nanti aku jemput lagi terus aku anter pulang" Ucap Husein lalu mencium ujung kepala Adin.

Husein meraih jaketnya yang berada di sofa ruang tamu, lalu pergi keluar rumah mengambil motornya yang terparkir di halaman rumah.

Adin semakin bingung dengan tingkah laku kekasihnya yang semakin hari semakin aneh dan merenggang dengan sahabat-sahabatnya.

.

.

.

.

.

HAI! GIMANA PART KALI INI??

HAVE A NICE DAYY KALIANN <3

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang