Hunna datang dari arah barat berlari diikuti dengan Jedden di belakangnya sambil membawakan tas ransel nya. Ekspresi cemas tergambar di wajah Hunna, ia berlari seperti orang ketakutan menghampiri ke arah Husein yang duduk di kursi panjang depan ruang UGD.
Melihat kedatangan Hunna, Husein berdiri memegangi adiknya. Hunna menatap Husein sambil menangis,
"Mamah gimana bang?!" Tanya Hunna sambil menangis terisak-isak.
Husein mengusap lengan adik nya dan air mata yang jatuh bersamaan. Bagaimana bisa dia mencoba menenangkan adiknya jika dirinya sendiri saja masih belum merasakan ketenangan. Jedden mengajak kedua nya untuk duduk terlebih dahulu,
Husein merapatkan kedua tangan nya dengan kaki yang bergetar. Adin keluar dari ruang UGD dan terkejut melihat Hunna yang sudah datang dengan menangis terisak-isak. Menghampiri Hunna dan memeluk nya,
"Nyokap lo udah mendingan kok. Lo juga udah bisa masuk buat jengukin" Kata Adin yang sedikit membuat Hunna lega
Tiba-tiba Husein beranjak dari tempat duduk, dan berjalan seperti ke arah taman belakang rumah sakit. Adin dan Jedden menatap heran melihat reaksi Husein yang malah pergi dan tidak menjenguk Mamah nya yang baru saja siuman.
Hunna memegang telapak Adin, "Tolong samperin abang gue ya?" Pinta Hunna.
Adin seketika mengangguk meskipun terpaksa.
Beranjak hendak menghampiri Senior nya yang berada di taman. Mata nya menatap ke seluruh area untuk mencari sosok Husein. Terus berjalan hingga ke tengah-tengah taman pun ia tidak menemukan Husein.
Tercium bau asap rokok dari belakang pohon yang dekat dengan sebuah perosotan berwarna biru laut. Adin menghampiri bau rokok tersebut.
Dan benar saja, Husein sedang duduk dikursi yang ada di belakang pohon besar bersama tukang bakso yang juga merokok dengan nya. Melihat Husein merokok, Adin segera merampas putung rokok tersebut dan di injak nya di tanah.
Menarik lengan Husein untuk menjauh dari pohon dan duduk diatas rerumputan. Husein mendongakkan kepala dan menatap Adin yang masih berdiri dihadapannya dengan wajah galak,
"Ngapain sih lu ngerokok segala?" Ujar Adin.
Husein mengangkat satu alis nya.
"Lo pikir dengan ngerokok lo keliatan keren? Dih! Gue kasih tau aja, ini tuh Rumah Sakit, bukan tongkrongan atau kafe ya." Oceh Adin yang tak ada habisnya.
Jiwa disiplin nya terlalu lekat dengan dirinya hingga tak sadar yang ia omeli adalah Senior nya.
Husein menarik lengan Adin dan berhasil membuat Adin terduduk di samping nya, "Duduk dulu. Gak baik ngoceh sambil berdiri" Kata Husein.
Adin mengernyitkan dahi, "Bukan nya gue ngoceh ya! Tapi gue tuh ngingetin, lo yang lebih sekolah daripada gue seharusnya tau dong peraturan Rumah Sakit." Lanjut Adin.
Husein hanya menatapi Adin yang sedang mengomeli nya. Tak ada ekspresi apapun di wajah nya, hanya terus saja mengangguk mendengar setiap ocehan Adin,
"Ngapain liat gue kayak gitu?" Tanya Adin dengan sinis.
Husein tersenyum kecil di sudut bibir nya, "Salah?" Tanya Husein.
"Ya enggak sih." Jawab Adin.
"Lanjutin" Sahut Husein.
"Apa nya?!?!" Jawab Adin dengan ketus.
Husein tak melepas tatapan nya, "Ngomel nya" Kata Husein.
Adin mengalihkan pandangan nya, dan tiba-tiba saja merapikan rambutnya. Tingkah nya seperti tak tahan melihat tatapan Husein, "Gue gampar nih kalo masih liatin gue!" Ancam Adin.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fanfiction"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021