12.

348 51 3
                                    

Jedden merengek berkali-kali kepada Adin untuk minta bantuan kepada nya.

"Ayolah din! Bantuin gue biar bisa sama Hunna" Rengek Jedden sedari tadi.

Adin menghela nafas panjang, "Belum aja hidung gue pulih dengan sempurna, udah dipaksa ngecium bau jigong lo yang sedekat ini" Keluh Adin.

3 hari yang lalu Adin menjalani operasi tulang hidung menggunakan uang tabungan hasil memenangkan pertandingan karate yang sudah lama ia simpan untuk masuk perguruan tinggi.

Tak ada hentinya untuk merengek, Adin sangat kesal jam membaca novelnya diganggu oleh Jedden. Dengan segera Adin mengambil handphone nya dan memencet nomor Hunna untuk menelepon.

Terdengar suara Hunna mengatakan "Halo".

"Ah halo Hunna! Jadi ini kan gue lagi baca novel, tapi ada parasit yang gangguin gue daritadi. Kata nya, dia pengen ngomong sama Lo" Jawab Adin lewat telepon.

Jedden senyum kegirangan merampas handphone Adin.

"Halo Hunna cantik" Sapa Jedden pada Hunna lewat telepon.

Adin memukul kepala Jedden menggunakan buku novel nya , "Pergi Lo anak buaya!" Bentak Adin.

Jedden membawa pergi handphone Adin ke kamar nya. Melanjutkan kembali bacaan novelnya dengan sunyi dan tenang.

Sudah 3 hari ini Adin tidak memasuki sekolah. Berkali-kali ia mendapatkan telepon dari Bu Wira dan selalu mendapatkan ucapan,

"Cepat masuk sekolah. Olimpiade sastra sudah dekat." Kata Bu Wira setiap pagi lewat telepon.

Meskipun masuk di kelas IPA, ketertarikan nya pada Sastra Indonesia sangat besar. Dapat dilihat dari hobinya yang suka membaca buku-buku novel.

Terlihat rak buku tingkat 4 yang penuh dengan koleksi buku novel nya. Mulai dari genre romantis, horor, fiksi remaja, thriller dan lain lain.

Tak hanya sastra saja, Adin juga sangat berprestasi dalam bidang fisika. Tak heran jika Bu Clara, guru fisika nya selalu tertarik dengan nya.

Matanya beralih menatap rak buku nya, dahi nya mengernyit seperti sedikit heran melihat buku-buku nya. Beranjak dan mulai menatapi buku nya yang tertata rapi satu persatu.

"Emm... Kok tempat buku catatan fisika gue kosong?" Gumam Adin.

Beralih ke meja belajarnya, dan tak menemukan buku catatan fisika nya. Beralih lagi ke rak yang disamping ranjang nya, masih saja tak ditemukan buku catatan fisika nya.

Membuka pintu kamar dan berjalan menuju kamar Jedden untuk mengambil handphone nya hendak menelepon Hunna untuk menanyakan keberadaan buku nya.

Tanpa mengetuk, Adin masuk dan melihat Jedden sedang fokus menulis di meja belajar nya. Dan juga terlihat handphone Adin yang berdiri menghadap wajah Jedden.

"Tumben banget Lo" Sahut Adin sambil menghampiri Jedden.

Jedden sedang melakukan videocall bersama Hunna. Terlihat Hunna yang juga sedang sibuk menulis.

Adin melotot saat mengetahui buku catatan fisika miliknya ada di meja Jedden dan di coret-coret menggunakan bulpoin.

Sangat kesal dengan Jedden yang mengambil buku catatan fisika nya, Adin memukul kepala Jedden.

"Aduh! Apaan sih Din?!?!" Teriak Jedden.

Adin tersenyum paksa, "Masih nanya?! Ini tuh buku catatan fisika gue yang penting buat tugas Bu Clara, kenapa Lo malah coret coret rumus yang gak jelas gini!" Bentak Adin ke arah Jedden.

Hunna yang melihat pertengkaran dua saudara itu hanya memasang wajah khawatir,

"Ya kan gue cuman mau belajar!" Sahut Jedden.

"Kok Lo nyolot?! Lo kan anak IPS ngapain belajar fisika dongo! Buat apa Lo belajar fisika?! Caper ke Hunna?!?!" Bentak Adin yang berhasil membuat Jedden terdiam.

Jedden menarik napas, "Iya emang buat cari perhatian ke Hunna, puas lo?! Ternyata Lo egois banget sumpah!" Bentak Jedden lalu membanting buku catatan fisika milik Adin.

Baru kali ini Adin melihat Jedden membentak nya dengan kencang, ya meskipun kedua nya memang sama-sama bersalah.

Hunna semakin khawatir melihat kedua nya yang semakin memanas. Berulang kali Hunna mencoba menenangkan tetapi semakin bingung karena ia hanya terhubung lewat virtual.

Adin yang ikut kesal juga pun langsung mengambil buku catatan nya dan juga handphone nya lalu mematikan videocall Hunna dan pergi dari kamar Jedden. Menutup pintu kamarnya dengan sangat kencang.

Dibanting nya kursi meja belajar oleh Jedden. Mengacak-acak rambutnya karena menyesal telah membentak saudara kembarnya.

###

Sudah 3 hari lebih Adin tak kunjung berbaikan dengan Jedden hanya karena masalah buku.

Hunna yang baru saja datang dengan senyum tersirat di bibirnya, langsung duduk di bangku sebelah Adin yang sedang fokus mengerjakan kuis kuis sastra dari kepala sekolah untuk latihan Olimpiade Sastra.

Kepala nya mendekat ke telinga Adin,

"Gue udah jadian sama Jedden dari kemaren" bisik Hunna dengan ekspresi bahagia.

Adin hanya memasang wajah datar dan tetap fokus mengerjakan kuis sastra nya.

Merasa ada yang tak beres dengan sahabatnya, Hunna mencolek lengan Adin.

"Lo masih marah ya sama Jeje?" Tanya Hunna sambil menyebut nama Jedden dengan kata 'Jeje'.

Adin tetap saja fokus pada apa yang dikerjakan olehnya. Hunna berdecak, Adin hanya menoleh sedikit ke arahnya.

"Gue sibuk jadi males interaksi sama dia" Jawab Adin dengan singkat lalu fokus kembali mengerjakan kuis nya.

Terdengar suara pintu kelas yang terbuka, Shandi datang menghampiri bangku Adin.

Shandi menyodorkan satu map berwarna merah,

"Nih kerjain proposal baru. Kalo capek, chat gue aja. Gue bisa bantu kok" Ujar Shandi dengan senyum tampan dan mata sipit nya.

Seluruh siswi dikelas Adin berteriak saat melihat Shandi tersenyum imut. Sedangkan, Adin hanya memasang wajah datar dan berdiri menyodorkan kembali map tersebut ke Shandi.

"Jangan cari ribut di pagi pagi gini. Kalo lo bisa ngerjain kenapa harus gue? Kali ini gue juga punya hak untuk nolak karena gue ada tugas penting untuk ngewakilin sekolah." Jelas Adin dengan tegas.

Para siswi dikelasnya memasang wajah asam saat melihat Adin berbicara.

Adin pergi meninggalkan kelas menuju ke ruang kepala sekolah untuk menyetor kan kertas kuis nya yang sudah ia kerjakan hanya dalam waktu 45 menit.

"Mendingan lo mundur kak, kayak nya si Adin emang gak suka cowo." Sahut ketua kelas Adin.

Hunna memelototi ketua kelasnya, "Lo bilang apa barusan?!" Bentak Hunna.

Akhir-akhir ini setelah mengikuti beberapa pertemuan ekstrakulikuler karate, Hunna menjadi sedikit lebih berani dengan keadaan apapun.
.

.
.
.
.

Hulla! Makasih udah baca sampai bawah~
• Jangan lupa vote comment nya~
• Have a nice day readers😍

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang