Bel pulang sekolah berbunyi dengan sangat kencang hingga membangunkan Adin dari tidurnya. Mata nya terbelalak saat melihat jika dirinya masih berada di UKS hingga jam pulang sekolah, kemudian mata nya beralih ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 3 sore.
Lalu berdiri hendak menuju ke kelas, "Tiara! Kok lo gak bangunin gue sih?" Oceh Adin kepada penjaga UKS yang juga junior nya.
Tiara berlari kecil menghampiri Adin dan menunduk, "Tadi kata Kak Husein senior kelas 3, kalo lo ketiduran jangan dibangunin" Jelas Tiara dengan wajah melas nya.
Adin menghembuskan nafas dengan kasar dan segera pergi ke ruang kelas. Berjalan dengan langkah yang semakin lama menjadi di percepat olehnya, bahkan melewati lapangan futsal outdoor yang sedang digunakan untuk latihan.
"Din! Adin!" Panggil seseorang dari lapangan futsal.
Langkahnya berhenti sambil menghentakkan kaki. Lengan nya ditarik hingga badan nya berputar ke belakang,
"Lo beneran sakit?"
Adin yang sudah kesal dengan Husein, dibuat tambah kesal oleh Shandi yang selalu mengganggu kehidupannya di sekolah semenjak ia bergabung dengan OSIS. Bahkan, Shandi menggenggam erat lengan Adin dan tatapan cemas yang muncul di matanya.
Pelatih futsal pun ikut terheran melihat Shandi yang tiba-tiba keluar dari lapangan lalu berlari menghampiri Adin junior kelas 2. Shandi menggoyang-goyangkan lengan Adin berharap mendapatkan jawaban untuk melepas kecemasannya,
"Kak, Please! Apaan sih lo?!" Bentak Adin yang membuat seluruh pandangan tim futsal dan siswa-siswi yang baru berjalan di koridor beralih ke arah mereka.
"Gue khawatir sama rekan OSIS gue" Jawab Shandi.
"Shandimas!" Teriak Husein yang menggema di lapangan.
Teriakkan Husein tak kalah menggelegarnya dengan suara Adin dan sukses membuat Shandi terkejut hingga melepaskan lengan Adin, Saat itu Adin langsung menoleh ke arah Husein dan mendapatkan isyarat dari Husein untuk segera pergi.
Melihat kesempatan ini, Adin langsung pergi meninggalkan Shandi yang sedang menatap Husein dengan sangat tajam. Shandi kembali memasuki lapangan dan tetap tak melepas pandangannya dari Husein.
Dada nya membusung menabrak dada Husein, "Berani lo teriak nama gue?" Ujar Shandi dengan gertakan gigi nya.
Jedran yang tidak terima pun hendak maju membela Husein namun langkahnya digagalkan oleh Jifran, "Masa lo pikir Husein kalah sama Shandi?" Bisik Jifran pada Jedran.
Husein menatap mata Shandi dengan tatapan tajam tetapi mimik wajah yang santai seperti tak ada ketakutan sedikit pun,
"Lo pikir gue gak ada nyali?" Bisik Husein yang berhasil membuat Shandi panas.
Dengan cepat, kedua pelatih segera melerai Husein dan Shandi yang sudah hampir pukul-memukul, Shandi masih saja menatap nya dengan panas dan tajam seperti ingin menerkam. Sedangkan, Marteen menepuk pundak Husein untuk tetap fokus.
###
Kembali ke kelas yang sudah kosong tidak ada satu siswa selain dirinya. Mengatur nafas sejenak sambil duduk di bangku guru, mengusap punggung bekas memar nya.
"Udah kayak nenek nenek gini gue" Gumam Adin.
Berdiri kembali dan berjalan menghampiri bangku nya, terlihat secarik kertas yang di letak kan diatas buku-buku nya. Satu alis nya terangkat menunjukkan ekspresi bingung.
Tertulis nama Bu Clara di awal isi surat tersebut,
'Adin, besok temui saya diruang lab IPA gedung kelas 1. Saya akan melakukan ujian tertulis untuk kamu, alasan nya besok saya jelaskan. Cepat sembuh ya!'
KAMU SEDANG MEMBACA
SENIOR ; HAECHAN LEE
Fiksi Penggemar"Sejauh dan seberapa lama pun kita pisah, gue bakal tetep cari lo" - Husein Ralendra . . . by DIXLEOH'January 2021