20.

339 49 1
                                    

Berjalan ke tengah lapangan futsal sambil menarik tangan Dynan, "Yang mana?" Tanya Adin pada Dynan.

Dynan menunjuk satu orang yang memang terkenal berandalan seperti anak nakal yang ada di jalanan, Permainan berhenti saat Adin datang. Seluruh laki-laki yang ada di area lapangan menatap ke arah nya, begitu juga dengan Husein dan teman-teman nya.

Adin berdiri di hadapan laki-laki berandal itu, "Ada nyali juga lo godain sepupu gue?" Tanya Adin dengan wajah menantang. Berandalan itu maju selangkah lebih dekat ke arah Adin dengan tatapan menggoda.

"Kenapa? lo juga pengen digoda?" Ujar nya dengan lirih.

Pandangan Hunna beralih ke arah Husein yang sedang berdiri di dekat gawang dan juga sedang menatap Adin yang berbicara dengan berandalan itu sangat dekat. Mata Husein menajam dan kedua alis nya menyatu seperti kesal.

Merasa dirinya sedang di goda, Adin menyentuh dagu berandalan tersebut seperti tak mau kalah, "Emang bisa lo goda gue?" Tanya Adin balik dengan centil.

Adin menaruh kedua tangan nya pada bahu lelaki berandalan tersebut, semua siswa memandangnya aneh. Dynan dan Hunna pun terheran-heran dengan perilaku Adin yang terlihat jauh sangat berbeda.

Tiba-tiba semua mata menjadi melotot sambil menatap Adin yang berhasil menendang kemaluan lelaki berandal tersebut menggunakan lututnya. Wajah nya kembali menjadi garang yang semula nya tertawa kecil.

Lelaki berandalan itu tersungkur ke tanah memegangi kemaluan nya yang terasa mau copot. astaga. Adin menarik kerah baju seragam nya agar dapat menatap matanya,

"Sekali lagi lo godain dia sampe berani nyentuh, gue copot sekalian tuh otong lo" Ancam Adin yang membuat murid laki-laki lainnya bergidik ngeri mendengar ucapan Adin.

Husein menghampiri nya dengan tatapan tajam, "Sok jagoan banget lo" Sahut Husein sambil berjalan ke arahnya.

Semua murid kembali terkejut mendengar Husein menyahuti Adin. Hunna dan Marteen melebarkan matanya karena tidak biasa melihat Husein mencampuri pertengkaran orang lain.

Adin pun berdiri mendongakkan kepala tanpa ada wajah takut sedikitpun.

Tertawa kecil muncul dari sudut bibir Adin, "Kenapa emang? Ngerasa tertantang juga?" Jawab Adin dengan tatapan sombong.

Husein mendekatkan kepala nya ke wajah Adin, "Bukan tertantang sih, tapi lebih ke jijik liat tingkah lo" Ujar Husein dengan lirih.

Berharap Adin akan marah kepada nya dan kalah ucapan dengan nya, namun nyatanya Adin berbanding terbalik dari yang diharapkan nya.

"Kenapa lo harus ngeliat tingkah gue? Gak ada kerjaan lain? Udah kelas 3 masih aja gabut merhatiin junior." Jawab Adin dengan ringan sambil senyum seperti meremehkan.

Seluruh siswa-siswi menikmati perdebatan panas antar dua orang yang sangat di segani di antara para siswa-siswi lain. Kedua nya sama-sama tak memiliki rasa takut sama sekali kepada manusia, bahkan mungkin petinju bisa kalah melawan kedua nya.

Bercanda. Gak mungkin lah.

Langkahnya mendekat ke arah Husein, "Kalo sekiranya lo ada gak enak hati sama gue, ngomong. Jangan perhatiin gue mulu, ntar kalo lo suka sama gue kan ribet" Kata Adin sambil menepuk dada Husein.

Lalu, Adin pergi meninggalkan Husein yang masih terdiam dengan wajah kesal nya yang masih saja menatap Adin tak ada hentinya. Marteen dan Jedran menghampiri Husein yang masih diam mematung,

"Kesambet apaan lo ngurusin idup orang?" Tanya Marteen sambil menyenggol lengan Husein.

Jedran menegak air minum nya, "Halah kayak gak tau orang lagi jatuh cinta aja." Sahut Jedran.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang