21.

318 53 0
                                    

Tidak ingin ikut campur persoalan yang ada di hadapannya, Adin berjalan saja melewati perempuan paruh baya yang terlihat sedang kesulitan meladeni tukang ojek yang terus saja memaksanya.

Namun, jaketnya ditarik oleh perempuan paruh baya tersebut seperti memberi kode untuk meminta bantuan ke Adin. Adin memang sedikit terkenal dikalangan para tukang ojek dan tukang bajaj yang ada di pasar dekat rumahnya itu.

Adin membuang nafas dan tidak bisa menahan lagi untuk tidak membantunya. Di tepisnya tangan tukang ojek itu dari tas perempuan paruh baya ini,

"Eh elo lagi bocah" Ujar tukang ojek itu.

Adin mengangguk dan menyuruhnya pergi. Tetapi, tukang ojek itu tetap saja tidak mau pergi dan malah memelototi Adin, "Kenapa sih lo selalu aja ikut campur urusan tukang-tukang ojek disini?" Bentak laki-laki yang berprofesi sebagai tukang ojek itu.

Teman-teman ojek nya menarik tubuhnya agar tidak menyerang Adin.

"Saya udah pernah bilang ya, kalau cari duit tuh yang bener. Jangan suka maksa orang lain sampe bikin takut kayak gini. Mau sukses nggak?" Teriak Adin memperingati tukang-tukang ojek yang ada disana.

"Kenalin dulu. Gue Farid, disini gak ada yang berani ngingetin gue apalagi ngebentak gue kayak lo gini! Lo tuh bocah bau jahe jangan sok jago!" Jelas tukang ojek yang sedari tadi membuat emosi Adin tertahan.

Tangan Farid sudah beranjak untuk memukul Adin, Ibu paruh baya yang berdiri di belakang Adin pun menutup mata ketakutan. Sayangnya, respon Adin lebih cepat dari yang dia kira. Tangan Farid diputar hingga berbunyi dan membuatnya meringis kesakitan.

"Maaf om kalau terlalu sakit. Tapi saya lihat dari tadi, om ngeselin banget sumpah" Bisik Adin.

Tiba-tiba saja genggaman erat perempuan yang ada dibelakang Adin mulai melemas sepertinya ia akan pingsan karena cuaca yang sangat panas ini. Adin melepaskan Farid dan menangkap tubuh wanita tersebut lalu dibawanya ke tempat yang dingin dan tidak terkena panas.

Di sandarkannya tubuh wanita tersebut di tembok tempat pangkalan ojek yang ada di samping gerbang pasar. Disodorkan air mineral yang diambil dari tas nya,

"Atur nafas tante. Tarik... Buang..." Intruksi Adin dengan perlahan.

Perempuan tersebut mengikuti nya, "Tante habis belanja?" Tanya Adin dengan lirih.

Perempuan itu menggelengkan kepala, "Saya mau nyari anak saya" Jawab perempuan itu dengan suara yang pelan.

Menyodorkan ponselnya ke arah Adin dan meminta tolong kepada Adin untuk menelepon ke kontak yang diberi nama 'Abangnya Mamah'. Adin pun memenuhi permintaan nya dan semakin panik saat melihat perempuan paruh baya ini nafasnya mulai tak teratur.

"Iya halo? Emm gue gak tau siapa nama lo pokoknya ini gue di Pasar Indah Jaya sama nyokap lo yang hampir pingsan. Lagian lo tuh kemana sih? Bukan nya nganterin emak nya malah ngeluyur aja lo---" Ucap Adin yang tak sampai selesai telepon nya sudah diakhiri oleh anak dari perempuan tersebut.

Adin melotot kaget, "Kurang ajar banget. Eh tapi ngapain juga gue ngomel yak? Kan gue gak kenal anjrit" Gumam Adin.

Kembali lagi mencoba menenangkan perempuan yang ada di depannya dengan berbagai cara. Adin juga mengipasi perempuan tersebut dengan buku lks nya, paniknya semakin menjadi-jadi saat perempuan ini hanya memejamkan mata dan tidak bereaksi.

Berulang kali Adin memanggilnya tetapi tidak ada balasan. Perempuan tersebut benar-benar sudah pingsan, mata Adin menoleh ke kanan dan kiri untuk mencari wujud dari batang hidung anak perempuan ini.

"Ya ampun ayo tante bangun dong . . . Gimana gue jadi dokter kalo liat orang pingsan aja udah panik anjim" Gumam Adin berkali-kali.

Seseorang dari kejauhan berteriak menyebut 'Mamah'. Adin segera menengok asal dari suara tersebut dari arah kiri, dilihatnya seorang laki-laki berseragam SMA yang sama dengannya.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang