8.

391 52 3
                                    

•HALO!! APA KABAR?!?!
Sorry update nya agak lama, karena aku lagi sibuk pindahan rumah :(

Happy reading!!

Di buka nya tirai itu dan muncul lah laki-laki dengan tinggi 174 cm. Adin mengenalnya melalui permen karet. Husein Ralendra.

"Duduk" Perintahnya dengan singkat.

Adin segera duduk diatas matras, tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang. Wajah nya menjadi kebingungan seperti linglung.

Husein membetulkan perban elastis yang terbalut dengan cara yang salah. Sepertinya, Husein sudah sangat handal tentang cedera seperti yang dialami Adin.

Adin hanya diam tak berbicara apapun dan masih dengan wajah kebingungannya.

Husein hanya perlu waktu 3 menit untuk membenarkan perban elastis tersebut.

Kemudian Husein berbalik menuju ke arah ruangan tadi, "Ganggu jam tidur gue aja." Gumam Husein dengan kaku.

Adin berkedip berkali-kali masih kebingungan akan menjawab apa.

"Ma-makasih kak" Jawab Adin terbata-bata.

Tak ada jawaban dari Husein yang sudah merebahkan dirinya di atas matras lagi.

"Kaku banget kek triplek" Gumam Adin sangat pelan.

"Gue denger!" Sahut Husein dari ruang sebelah.

Adin memutar kedua bola matanya, "Dih kuping ajaib banget" Gumamnya sekali lagi.

Husein membuka tirai lagi dengan wajah kesal.

"Bisa diem gak sih? Ganggu jam tidur gue tau gak" Kata Husein dengan nada sedikit tinggi sambil menatap Adin dengan tajam.

Adin berdiri menghampiri Husein, mendongakkan kepala, memasang wajah kesal juga.

"Kok Lo jadi ngebentak gue? Seharusnya Lo tuh gak ada hak buat ngebentak junior ya! Apalagi gu--" Jawab Adin yang ketus dan terpotong.

Tak mau kalah dengan Junior nya, Husein melangkah maju dan menundukkan kepala. Jarak antara wajah Adin dan Husein sangat dekat. Kurang lebih 3 cm.

"Udah ngomelnya?" Ucap Husein dengan lirih tepat di depan wajah Adin.

Wajah Adin memerah seketika. Spontan Adin menampar pipi Husein yang sangat dekat dengan nya. Husein menjauhkan wajahnya kembali dan memegangi pipi nya yang ditampar oleh Adin.

"Kurang ajar sih Lo!" Ucap Adin lalu pergi dengan kaki yang pincang.

Jalan nya pincang namun tak membuatnya berjalan perlahan. Adin begitu cepat berjalan sambil mengipasi wajahnya dengan telapak tangan.

"Bisa-bisa nya lo salting sampe nampar tuh orang,Din!!!" Gerutunya selama berjalan menuju kelas.

Berulang kali menghela nafas. Wajah merah nya masih saja tidak menghilang hingga sampai di ruang kelas.

Hunna yang melihat teman nya datang dengan wajah merah menyala pun kebingungan.

"Lah? Lu kenapa Din?" Tanya Hunna dengan suara pelan.

"Enggak cuman kepanasan" Jawab Adin sambil mencari buku tulis untuk dijadikannya kipas.

Hunna mengernyitkan dahi, "Kek nya Lo salting. Abis ketemu siapa Lo?" Ejek Hunna dengan diiringi tawa nya.

Adin menoleh ke arah Hunna dan melirik nya dengan lirikan maut, "Canda Din, canda doang" Tambah Hunna setelah menatap lirikan maut Adin.

###

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang