43.

262 38 7
                                    

Matahari mulai memaksa menerobos masuk melewati jendela demi memberikan sinar matahari untuk gadis yang sedang terbaring di ranjang dekat dengan jendela. Mata nya sayup-sayup terbuka saat matahari sedang menyapanya.

Tak hanya matahari yang mengganggu jam tidur nya di pagi buta dengan kondisi yang kurang sehat hari ini. Ponselnya yang berada diatas meja belajar berbunyi sangat kencang hingga membuatnya kesal di pagi hari.

Adin, gadis 17 tahun ini terpaksa beranjak dari tempat tidur nya dan berjalan menuju ke arah meja belajarnya. Meraih ponselnya, lalu dengan pandangan yang masih sedikit kabur ia menatap layar ponsel. Muncul notifikasi 2 panggilan tak terjawab dan 5 pesan yang belum terbaca.

'Kak Husein 3 IPS 4 : Gue di depan'

Membaca pesan tersebut Adin masih belum bisa mencerna kalimatnya. Matanya sedikit terpejam sambil berjalan kembali menuju ke arah ranjang, satu kaki nya sudah menaiki ranjang. Ia sontak terkejut saat mencerna kembali isi pesan dari notifikasi Husein.

Adin langsung merampas karet rambut hitam yang ada di meja, membuka pintu kamar, lalu berlari tergopoh-gopoh menuju keluar rumah. Jedden yang baru saja membuka pintu kamarnya hendak pergi ke kamar mandi terkejut melihat Adin yang berlari secepat kilat di depannya.

Memutar kunci pintu rumah sambil mengintip sedikit dari balik gorden jendela. Terlihat Husein yang sudah berdiri bersandar di sepeda motornya tepat di depan pagar rumah Adin.

"Lah anjrit beneran didepan!" Gumam Adin lalu mendorong gagang pintu kebawah.

Berlari menuju pagar rumah sambil mengikat rambut hitam panjangnya. Husein menatapi juniornya yang masih memiliki wajah bantal dan mengenakan baju hitam oversize, kolor pendek hampir selutut.

Adin mulai berkontak mata dengan seniornya yang memiliki tinggi lebih darinya, kaos hitam, rambut acak-acakan, jaket hitam serta celana jeans hitam berdiri dihadapannya menatapnya dengan tatapan tajam.

"Kenapa dateng tiba-tiba? Mau ketemu Jedden?" Tanya Adin dengan suara berat.

Husein menggeleng, "Mau ketemu elo" Jawab Husein berekspresi santai.

"Kok gue? Lagian ini tuh masih pagi buta, mana spam call terus spam chat juga. Seharusnya ntar siangan aja kal-" Oceh Adin yang terpotong karena perhatiannya teralihkan oleh luka di wajah Husein.

Adin menangkup pipi Husein dan mendekatkan wajahnya, Husein tentu kaget bukan main melihat perilaku Adin yang menjamahnya dengan spontan.

"Luka lo banyak banget, Kak!" Kata Adin yang panik.

Husein mengelak dari tangkupan tangan Adin, "Udah bias-" Jawab Husein.

Ditariknya lengan Husein, lalu di ajaknya pergi ke teras rumahnya. Terduduk di kursi teras dengan tatapan yang masih terkejut,

"Lo diem disini!" Tegas Adin pada kekasihnya.

Kekasih Husein masuk kedalam rumah tanpa memberi pamit, hanya memberikan perintah kepada ketua gank yang paling ditakuti ini. Memasuki dapur, menjelajahi rak untuk mendapatkan sebuah baskom.

Tak lupa mengambil air dari keran dan menambahkan es batu ke dalam baskom tersebut. Setelah menjelajah dapur, Adin beralih memasuki kamar kembali. Menjinjitkan kaki nya agar dapat menggapai kotak P3K yang ada diatas rak buku.

Setelah dapat meraih kotak P3K, ia kembali ke dapur mengambil baskom berisi air dingin beserta kain basuh untuk digunakan sebagai kompres. Berjalan cepat menuju ke teras rumah, lagi-lagi Jedden kebingungan melihat saudara kembar nya yang sedari tadi tergopoh-gopoh.

Duduk di samping Husein, diletakkannya baskom berisi air es dan kotak P3K diatas meja.

"Hadap sini!" Perintah Adin.

SENIOR ; HAECHAN LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang