"Makasih Gam," ucap Adara saat sudah turun dari motornya Gama.
"Sama-sama,"
"Yaudah sana pulang, gue masuk duluan ya."
Gama mengangguk. "Hati-hati Dar, oh iya! Sebelum masuk pintunya buka dulu ya!"
Adara terkekeh. "Nggak perlu, badan gue bisa nembus kok."
"Iiiihhh." Gama pura-pura bergidik takut. "Jadi selama ini lo hantu Dar?"
Adara tertawa. "Kalo iya?"
"Nggak papa sih, gue tetep cinta kok,"
"Apasih," Adara tersipu. "Yaudah ah, sana pulang!"
"Iya. Lagian gue merinding nih deket-deket hantu."
"Ish." Adara memanyunkan bibirnya, sedikit tidak terima dikatai hantu.
"Bye, Dar. Besok gue jemput, jangan berangkat duluan, awas aja!"
"Iya kalo nggak lupa,"
"Ck. Lo mah gitu ah!" Gama melipat tangannya di depan dada dengan muka yang terlihat kesal.
"Dih. Sana ah pulang!"
"Iya in dulu, baru gue pulang!"
"Iya,"
"Nah gitu dong, kan sama-sama enak!" Gama tersenyum kemenangan.
"Enak nya ke gue apa ya?"
"Ya ... enaklah Dar! Pertama, lo irit bensin. kedua, kapan lagi coba lo diboncengin cogan kayak gue dan ketiga, ya ... biar gue cepet-cepet pulang aja."
"Nah, yang ketiga sih yang bener!" Adara terkekeh.
"Yaudah, gue pulang ya," Gama kembali menghidupkan motornya.
"Yaudah,"
"Tapi gue heran deh, Dar."
"Kenapa?"
"Kok bisa ya gue betah banget lama-lama sama lo,"
"Ya mana gue tahu,"
"Tapi menurut gue, itu karena-" Gama menjeda ucapannya, tatapannya kini beralih sepenuhnya pada Adara.
"Apa?" Adara mengangkat sebelah alisnya.
"Gue sayang sama lo." ujar Gama sambil tersenyum tulus.
Adara terdiam. Pipinya terasa panas, senyum pun sulit sekali dia tahan. "Jangan salting Dar, jangan mudah baper jadi orang, pokoknya tahan perasaan lo jangan sampai Gama jadi kegeeran! "–gerutu Adara dalam hati.
"assalamualaikum sayang." pamit Gama sebelum pergi. Dia langsung melesat begitu saja karena malu sendiri.
"Waalaikumsalam." jawab Adara. Dia tak kuasa lagi menahan senyumnya.
"Akkkhhh Gama gue baper!!!" teriaknya kencang.
"Eh!" Adara menepuk pelan bibirnya. "Apasih! Nggak mungkin!"
"Akhhh," teriaknya lagi. "Apa iya gue mulai suka sama Gama? Tapi–" ucapan Adara terjeda, Bi Asih tiba-tiba saja menghampiri nya.
"Cie ... Non Adara suka juga akhirnya sama Den Gama," ejek Bi Asih yang sudah mendengarkan semuanya secara diam-diam tadi.
"Nggak kok," kilah Adara.
"Masa?" Bi Asih memicingkan matanya pada Adara.
"Apasih Bi!" Adara memalingkan wajahnya ke samping.
"Cie salting nih ya!!" Bi Asih terkekeh.
"Nggak, Apaan si Bi!"
"Iya,"
"Nggak,"
"Iyaaa,"
"Nggak, ya nggak!"
"Cie marah," ejek Bi Asih lagi.
"Tau ah!" Adara lalu meninggalkan Bi Asih dan masuk kedalam rumah dengan perasaan kesal.
***
Setelah mengantarkan Adara pulang, kini Gama baru saja tiba di rumah nya. Dia merasa heran ketika melihat satu mobil berwarna putih yang terparkir di halaman rumah nya, sepertinya dia tidak mengenali siapa pemiliknya.
Dengan rasa penasaran, Gama cepat-cepat masuk ke dalam rumah nya untuk melihat siapa tamu yang datang.
"Assalamualaikum," ucap nya ketika membuka pintu.
"Waalaikumsalam," jawab Papah, Mamah, dan juga– Amara dan Amira? Ngapain mereka kesini, pikir Gama.
"Loh, lo berdua ngapain?" tanya Gama pada dua anak kembar itu.
"Lo kemana aja sih!" kata Amara kesal.
"Iya, gue nungguin lo dari tadi tahu!" sahut Amira.
"Lah?" Gama masih kebingungan saat ini. "Emang lo berdua mau apa nungguin gue?" tanya nya.
Amara membuang nafas gusar. Setelah menunggu hampir dua jam, tetapi Gama masih belum tahu juga apa sebabnya dia datang? Sungguh keterlaluan!
"Lo kan ada janji sama kita Gam," ujar Amira.
"Janji?" Gama masih tak mengerti, sejak kapan dia punya janji dengan dua anak kembar ini?
"Iya! Tadi disekolah lo mau ajak kita jalan-jalan kan pas pulang sekolah?" kata Amara.
"Masa sih?" tanya balik Gama.
"Ish!" Amira mencebikkan bibirnya karena kesal.
"Serius, gue nggak inget sama sekali!" ujar Gama. Dia jadi bingung sendiri, bisa-bisanya dia jadi pelupa. Atau? Jangan-jangan dua anak kembar ini yang mengada-ngada?
"Lihat Mah anak kita–" bisik Dirga pada Erisca.
"Kenapa Pah?"
"Masih muda udah pelupa, heran Papah." Dirga menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ya ... Namanya juga lupa Pah, nggak mengenal usia, lagian wajar dong? Gama kan manusia,"
"Iya juga," Dirga tersenyum paksa. Menurutnya sulit sekali untuk dia menurunkan derajat Gama dihadapan istrinya. Ya ... seolah-olah Gama ini emang paling segalanya!
"Kenapa?" Erisca terkekeh melihat perubahan raut wajah suaminya. Menurut nya Anak sama Ayah ini sungguh lucu! Mereka kadang saling iri hanya dalam sekecil apapun. Terutama Dirga suaminya, dia selalu kesal karena selalu kalah saing dengan Anak nya.
"Yaudah gini aja deh, besok aja jalan nya, ya? Gue cape mau tidur. Makasih atas waktunya, " Gama langsung melangkah kan kakinya menuju kamar.
"Eh Gama!" panggil Amira dengan kesal.
"Udah kalian pulang aja!" Gama masuk ke kamar dengan santainya.
"Ish! Keterlaluan lo Gam! Gue udah nunggu lo hampir dua jam, dan lo dengan santainya nyuruh gue pulang?!" teriak Amira agar Gama mendengar.
"Ngeselin banget sih lo!"
"Gama!!!"
"Woyy kadal!"
Amira terus saja berteriak tanpa tahu malu sedikitpun. Orang tua Gama pun hanya bisa diam menyaksikan, begitupun dengan Amara yang perasaanya sudah tak karuan.
"Lihat aja lo Gam! Gue ini bukan tipe orang yang penyabar ya, gue ini tipe nya orang yang suka balas dendam. Jadi tunggu aja besok pembalasannya!" –batin Amara menggebu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...