12

101 6 0
                                    

"GAMAA," teriak dua gadis sambil berlari menghampiri Gama.

"Waduh!" Gama langsung berlari untuk menghindar dari dua gadis itu.

"Eh?" Bingung salah satu gadis. Dia menambah kecepatan larinya, untuk bisa mencapai Gama.

"Kok malah lari sih!" gerutu gadis yang satunya lagi, dia juga melakukan hal yang sama.

"Gama stop!" teriak mereka berdua.

"Gama!!"

"Awas aja lo kalau dapet!"

"Gama Berhenti!" Mereka berdua berteriak terus agar Gama mau berhenti. Enak saja pikir mereka berdua, pokoknya Gama harus dikasih pelajaran!

Gama menoleh kebelakang, dua gadis itu masih belum menyerah mengejarnya. Gama menambah kecepatannya larinya tapi matanya tidak fokus ke depan, alhasil dia terpental sedikit kebelakang karena menabrak tiang listrik didepannya.

Brughh

Gama meringis. "Sialan!" umpatnya kesal.

"Kenapa nggak pingsan sih!" -batin Gama.

"Gama!!" pekik dua gadis tadi, kaget. Tapi dalam hati mereka tertawa, melihat nasib buruk yang menimpa temannya. Rasakan!

"Lo nggak papa kan?" tanya salah satu gadis, sambil membantu Gama duduk.

Gadis yang satu lagi mengeluarkan minuman didalam tasnya dan menyodorkannya pada Gama. "Nih minum,"

Gama mengambil dan menegak habis minuman itu, jujur dia merasa haus akibat berlari tadi. Dan lagi kepalanya terasa sangat pening, dasar tiang listrik sialan!

"Kok dihabisin sih!" Kesal gadis yang memberikan  minuman pada Gama  tadi. Dia mengerucutkan bibirnya.

Gama mengerutkan kening, bingung. "Emangnya kenapa?"

"Gue juga haus kali habis lari-lari tadi!" jawabnya.

"Siapa suruh!" Gama membanting asal botol minumannya.

"Lagian lo ngapain lari segala!" balasnya.

"Gue takut liat orang gila," ujar Gama, sambil mencoba berdiri.

"Siapa?" tanya gadis satu lagi, sambil melihat-lihat keseliling.

"Lo berdua!" jawab Gama.

"Apa?!" pekik dua gadis itu.

"Berisik!" Gama menutup mulut mereka menggunakan tangannya.

Mereka menepis kasar tangan Gama.
"Masih inget Bandung lo?" tanya Amira Elsa Zipora teman SMA Gama di sekolahnya dahulu, dengan nada menyindir.

"Nggak lupa kan sama kita? " tanya Amara Elsa Zamora teman Gama juga.

Amira dan Amara memang anak kembar, sifat mereka juga hampir sama. Cuman yang membedakan adalah Amara yang selalu memakai kacamata.

"Gue nggak akan mungkin lupa sama kota kelahiran gue!" ujar Gama, yakin.

"Oh iya?" tanya Amira dengan nada mengejek.

"Nggak percaya lo?" tanya Gama.

"Percaya sama lo? Lo aja tukang bohong!" timpal Amara.

"Kapan?" tanya Gama, sebenarnya dia juga tahu. Karena pada dasarnya setiap Manusia pasti pernah berbohong, meskipun demi kebaikan.

"Nggak tahu lupa, keseringan sih!" jawab Amara.

"Lo kenapa pindah ke Jakarta nggak ngasih tahu kita sih?!" tanya Amira, marah.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang