Setelah Gama pulang, Adara kembali lagi ke kamar. Sekarang ada dua beban yang membebani pikirannya.
Pertama, kasus kedua orang tuannya.
Dan kedua, tentang perasaannya pada Gama."Kenapa sulit banget sih ngertiin perasaan?" Adara berbicara pada dirinya sendiri.
"Gue emang suka sama Gama, tapi masa iya, sih?"
Adara memanyunkan bibirnya kesal. Memikirkan hal itu tidak ada habisnya, dia benar-benar tidak tahu.
"Suka, nggak, suka, nggak, suka–" ujar Adara sambil menghitung jarinya. "–nggak?" hitungan terakhir membuat Adara tambah kesal, tidak?
"Ish. Udah ah! Pusing gue." Adara memutuskan untuk tidur saja. Namun baru saja dia menutup mata nya, bayangan Gama lagi-lagi membangunkannya.
Adara berdecak. Melempar bantal yang tadi di pakainya ke lantai. "Mampus, gue pasti nggak bisa tidur malam ini!"
***
Hari sudah berganti, matahari pagi sudah terbit. Namun, Adara masih terlelap saat ini. Cahaya matahari yang masuk lewat celah jendala pun sama sekali tidak dapat mengusiknya, padahal cahaya itu tepat menyinari wajahnya.
Bi Asih yang khawatir karena Adara belum juga turun meski sudah pukul tujuh memutuskan untuk pergi ke kamar Adara. Hanya memastikan, siapa tahu Adara belum bangun.
Tok ...
Tok ...
"Non, apa sudah bangun?" tanya Bi Asih sambil mengetuk pintu kamar Adara beberapa kali.
"Non?" Bi Asih terus saja mengetuk pintu nya. Dia khawatir jika Adara masih belum bangun, bisa-bisa Adara terlambat lagi untuk kedua kalinya.
"Non, bangun. Udah jam tujuh ini!"
"Non Adara emang nya mau terlambat lagi?"
"Non?!"
Adara yang merasa terusik akhirnya terbangun. Mata nya langsung melirik jam di atas nakas samping kanan kasurya.
"Astaga. Gue telat lagi!" pekik Adara, lalu berlari menuju kamar mandi.
"Non?" Bi Asih yang masih diluar kamar menghela nafas nya. Sudah dia duga, Adara pasti masih tertidur tadi.
"Non, mandi nya cepet! Udah terlambat banget tahu." Bi Asih memperingati.
Setelah itu, Bi Asih turun ke bawah lagi. Mempersiapkan bekal untuk Adara makan nanti. Karena dia yakin, Adara pasti tidak akan sempat untuk sarapan pagi ini.
10 menit kemudian Adara turun kebawah. Sudah telat, tapi tidak apa-apa lah. Yang penting datang dulu, kalau urusan satpam? Dia bisa merayu sedikit-sedikit lah nanti.
***
Adara bersyukur, untuk kali ini Pak Rojali tidak menghukumnya meskipun dia terlambat hampir satu jam.
Pak Rojali bilang, bahwa dia merasa kasihan kepada dirinya karena hari ini terik matahari sangat panas, takut nya hal itu bisa membuat kulit Adara terbakar lalu menghitam.
Pak Rojali pengertian juga ya? Pikir Adara.
Adara masuk ke kelasnya. Ternyata keberuntungan lain memihak padanya. Guru Fisika tidak masuk? Ah! Senang sekali, pikir Adara.
"Lo telat lagi, Dar?" Evania bertanya ketika Adara baru saja duduk di bangkunya.
Adara menyengir. "Baru tiga kali, Va. Biasa aja dong."
"Biasa? Mau bikin sampai berapa kali lo telat, ha?"
"Berapa ya?" Adara berlaga sedang berfikir.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...