14

66 6 4
                                    

"Kenapa?" tanya Aldo bingung.
Semuanya menggeleng kecuali Amira dan Amara yang juga terlihat bingung, sebenarnya ini ada apa?

"Gue duluan ya," pamit Adara dan segara menarik tangan Evania membawanya pergi ke kelas.

"Kenapa sih Dar?" tanya Evania. Kini mereka berdua sudah duduk di meja nya.

"Kayak ada yang aneh sama Aldo, dia kok jadi gitu?"

"Gitu gimana?" heran Evania.

"Ya gitu, tadi lo lihat sendirikan? Sejak kapan coba Aldo jadi tukang gombal gitu?"

"Iya juga ya, jangan-jangan Aldo suka lagi sama Amira atau Amara?"

"Bisa jadi, mereka berduakan cantik-cantik,"

"Iya," Evania mengangguk setuju. "Udah ah! Masalah si Aldo berubah aja kok kita ribetin."

"Iya juga ya, males banget gue urusin dia!" Adara tertawa garing.

"Dar, lo nggak takut apa?" tanya Evania.

"Takut kenapa?" bingung Adara.

"Ya ... Kalau Gama suka sama Amara atau Amira gitu?"

"Dih, ngapain juga gue takut? Itu urusan Gama kali!"

"Yakin? Lo nggak suka gitu sama Gama?"

"Nggak lah," Adara terkekeh, dia tidak menyangka Evania punya pemikiran seperti itu, Adara menyukai Gama? Yang benar saja!

"Masa sih? Lo kan sama Gama udah deket, apalagi Gama ini perhatian, lo nggak baper gitu?"

"Nggak lah! Lagian yang perhatian sama gue bukan Gama aja kali! Bi Asih, Alfian, dan lo juga kan?"

"Iya sih, tapi kan–"

"Udah deh!" potong Adara cepat.

Evania hanya berdecak sebal. Dan mendoakan Adara diam-diam supaya suatu saat nanti Adara akan mencintai Gama saat Gama sudah mempunyai pasangan. Hahaha ... Penyesalan itu selalu datang terlambat bukan? Maka biarlah Adara menderita dengan penyesalannya nanti.

***

Gama, kini dia sudah menjabat menjadi seorang pengawal pribadi dua anak kembar. Ya... Siapa lagi jika bukan Amara dan Amira. Mereka berdua terus saja didatangi oleh para laki-laki yang sekedar ingin berkenalan, dan itu semua membuat Gama kewalahan. Satu banding puluhan? Ya... Jelas lah dia kalah! Apalagi si kembar itu terus-terusan membuatnya menjadi tumbal. Dia harus berdiri paling depan untuk melindungi si kembar dari desakkan kerumunan orang yang menghalangi jalan.

"Pokoknya lo berdua harus bayar jasa gue! Gue nggak mau kerja gratisan, gue bukan cowok murahan!" ujar Gama menggebu ketika baru saja mendudukkan dirinya disalah satu meja yang ada dikantin. Sungguh bukan perjuangan yang biasa saja, dia bahkan beberapa kali harus menerima dorongan oleh para laki-laki yang ingin berkenalan dengan dua anak kembar ini. Dasar gila! Mereka hanya belum tahu saja aslinya dua anak ini, jika mereka sudah tahu, Gama yakin mereka semua tidak akan  melakukan hal bodoh macam ini!

"Iya. Tenang aja! Gue bayar lo kok, tapi lo harus menjamin gue nggak di ganggu lagi sama cowok-cowok itu!" ujar Amara.

"Sumpah nyesel gue pindah! Segitu nya banget sih mereka? Apa mereka belum pernah lihat cewek cantik apa?!" timpal Amira.

"Lo sih! Udah gue bilang kan, jangan pindah kesini!" ujar Amara kesal. Dia menatap tajam adiknya.

"Ya ... Tapi kan gue mau ketemu sama Alfian. " kata Amira tidak mau disalahkan.

"Alfian! Alfian! Mana dia hah?! Lo kesini mau ketemu dia kan, tapi mana?!" Ujar Amara marah.

"Ya gue nggak tahu," Amira menunduk takut.

"Udah deh! Ini semua udah terjadi. Kalian udah pindah ke sekolah ini, dan semua resikonya harus kalian hadapi." kata Gama menengahi.

Amara menghembuskan nafas kasar. Rasa kesal masih dia rasakan. Tapi benar kata Gama, ini semua sudah terjadi. Mau tak mau harus tetap dihadapi.

"Tapi, Gam. Alfian mana ya?" tanya Amira.

Gama mengedikkan bahu tanda 'tidak tahu'

"Mati kali!" sahut Amara.

"Apansi lo! Jangan ngomong sembarangan deh." kata Amira kesal. Apasih yang membuat Kakak nya sangat tidak Menyukai Alfian? Ganteng? Iya, tajir? Iya, keren? Iya, perfect banget kan?

***

"Dar,  lihat deh!" tunjuk Evania pada Gama yang sedang menjaga Amara dan Amira dibelakang punggung nya.

"Kenapa?" tanya Adara yang tidak mengerti.

"Sekarang Gama sibuk sama mereka, biasa nya kan dia pasti nyamperin lo, ngajak makan dikantin bareng, tapi sekarang? Gama lebih milih mereka dibanding lo, lo nggak cemburu?"

"Nggak lah!" kilah Adara. Sebenarnya ada sedikit rasa sakit hati sih yang dia rasakan ketika melihat Gama dengan mereka. Tetapi apa iya dia cemburu?

"Kalo lo udah suka sama Gama, saran gue lo cepet-cepet bilang ke Gama. Gue takut nya lo nyesel nanti, inget Dar! Se cuek apapun lo ke cowok, nggak se cuek itu lo ke Gama. Gue yakin, secara nggak sadar lo udah mulai suka sama dia."

"Gue nggak tahu,"

"Dari jawaban lo, gue bisa nyimpulin satu hal. Lo masih dalam keraguan, kan? Oke gue paham, emang nggak mudah ngertiin perasaan. Tapi jangan sampai lo sadar pas udah terlambat!"

Adara terdiam, mencerna ulang perkataan Evania. Memang, dia pernah merasakan debaran jantung saat berada di dekat Gama, sakit hati ketika Gama mengacuhkannya, dan senang jika Gama ada didekatnya. Tetapi, apa iya dia sudah jatuh cinta pada Gama? Tolong katakan pada Adara, dia sangat bingung, dia tidak mengerti apa-apa soal cinta.


Hay, kangen aku nggak sih?
Nggak ya, ya... Aku sedih nih:(

Oke. Aku mau ngingetin kalian,
Jangan lupa VOTE sama KOMEN ya! bye sayang-sayang aku:)

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang