Evania tak sengaja berpapasan dengan Gama ketika memasuki kelasnya ketika bel tanda istirahat berakhir dibunyikan.
"Keren, Gam. Gue suka gaya lo," ujar Evania sambil tersenyum. Terlihat jelas, dia sangat bahagia. Apalagi menyaksikan dari tadi Adara menangis dari pagi bahkan...
Evania melihat ke arah bangkunya, dimana disebelahnya ada Adara disana yang tengah menenggelamkan wajahnya pada lipatan tangan di atas meja.
Mungkin sampai sekarang, pikir Evania.
Gama menatap Evania sebentar. "Makasih pujiannya."
"Iya. Sama-sama," ucap Evania. Kemudian mereka berdua berpisah dan duduk dibangkunya masing-masing.
Adara mengangkat kepalanya ketika merasa ada pergerakkan dari sebelahnya. "Eva?" panggilnya lirih.
Evania menoleh sekilas lalu memutar bola matanya malas.
"Gue salah apa sama lo, ha?" tanya Adara.
"Karena gue nge-date bareng Alfian sama Amira?"
"Lo marah karena itu?"
"Gue minta maaf, Va." Adara meraih tangan Evania dan langsung ditepis detik itu juga.
Adara menghela nafasnya. "Oke. Tapi, Va. Hal itu nggak harus digede-gedein kayak gini kan? Masa cuma gue makan malam sekali aja sama mereka bisa buat hubungan persahabatan kita hancur seketika? Nggak adil, Va."
Evania menatap Adara. "Lo nggak akan ngerti perasaan gue, Dar!"
"Gue tahu. Lo cemburu, Va. Tapi gue nggak berniat bikin lo sakit hati, gue bener-bener nggak mau lo marah kayak gini. Kita baikan ya?"
Evania tersenyum remeh. "Nggak semua kesalahan bisa dimaafkan, Dar. Gue tahu mungkin ini kelihatannya nggak seberapa atau nggak harus digede-gedein seperti yang lo bilang. Tapi gue bener-bener sakit hati, bahkan dari dulu lo selalu buat gue sakit hati, Dar! Gue muak sok baik lagi sama lo! Gue benci! Gue nggak mau sahabatan lagi sama lo! Lo itu penghancur kebahagian gue! Inget itu!"
Evania menggebrak meja keras lalu pergi keluar kelas.
Adara tersentak, dia lalu menangis lagi.
Seisi kelas juga sama-sama kaget. Apalagi beberapa diantara mereka memang ada yang mendengar percakapan Adara dan Evania tadi.
Mereka mulai berbisik-bisik soal Adara. Lagi-lagi tentang keburukkannya yang mereka buat sendiri.
Haura dan Adinda beritikad baik menghampiri Adara untuk menenangkan.
"Dar, kamu nggak apa-apa?" tanya Haura cemas.
Adinda menatap Adara prihatin. Gadis ini sangat menderita sekali hari ini. Pertama, karena ulah Gama. Lalu sekarang, karena ulah Evania.
Punya pacar sama sahabat bukannya menghibur disaat lagi sedih, malah jadi pembuat sedihnya.
"Kita ke UKS aja yuk, Dar? kamu nggak mungkin bisa ikut belajar kalau keadaan kamu kayak," usul Adinda.
Haura mengangguk setuju. "Iya. Aku temenin kok. Mau?"
Adara tak menjawab. Dia hanya menangis saja, bahunya bergetar sangat hebat, dan suara tangisannya tak bisa ditahan lagi seperti yang tadi-tadi.
Semua orang dikelas mulai khawatir, termasuk juga Gama yang diam-diam sedikit menyesali perbuatannya.
"Samperin, Gam!" Lutfi menyenggol lengan Gama.
Gama menggeleng.
"Kasihan tahu, dia butuh lo disaat kayak gini."
"Dia udah punya orang lain."
"Ha?" jawaban Gama membuat Lutfhi teringat akan foto laki-laki yang dilihatnya beberapa hari yang lalu.
"Gam? Bener soal Adara selingkuh sama Om-Om itu?" tanya Lutfhi hati-hati.
Gama menghembuskan nafas kasar. Dadanya selalu sesak mendengar hal itu. Dia sangat ingin menyangkal hal itu, tapi kenyataan punya jawabannya sendiri.
"Lo diem berarti bener? Soalnya kalau nggak bener, nggak mungkin lo biarin gue hidup kalau Adara difitnah kayak gitu."
"Gam?"
Gama masih diam. Tak ingin mengatakan apa-apa, apalagi menjawab hal yang tidak penting seperti ini.
Lutfhi menyerah, seperti tebakkanya tadi. Jika Gama hanya diam, ya berarti benar.
Lutfhi menggelengkan kepalanya tak percaya.
***
Adara berbaring di UKS seorang diri. Haura dan Adinda tadinya ingin menemani, tetapi Adara menolaknya karena lagi pengen sendiri.
Adara masih belum berhenti menangis, tisu yang sebelumya dikasih oleh Haura sudah hampir habis dan bekasnya sekarang berserakkan disekelilingnya.
Sangat kacau! Miris sekali, seperti hatinya.
"Va, lo beneran nggak mau lagi sahabat sama gue?" Adara bertanya entah pada siapa dengan tersedu-sedu.
"Gue selalu bikin lo sakit hati dari dulu? Maksud ucapan lo yang itu apa ya? Gue nggak ngerti, dari dulu gue selalu berusaha buat bahagian lo kok. Tapi kenapa lo bilang kayak gitu?"
"Va ... Gue mau tetep jadi sahabat lo. Gue nggak mau ada kata mantan sahabat, gue mau kita sahabatan selamanya. Gue sayang, gue nggak mau kehilangan sahabat terbaik gue. Nggak bakal ada yang bisa gantiin lo, Va. Lo spesial, lo salah satu orang terpenting dalam hidup gue."
"Semoga kemarahan lo cepet membaik ya? Gue tunggu lo balik lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...