Setelah selesai mandi, Adara turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan ternyata sudah ada semuanya yang sedang menunggunya.
Adara sedikit terkejut awalnya ketika Bi Mpit dan Mang Danu juga ikut makan di meja yang sama. Tapi Om Agis meluruskan dengan ...
"Mereka juga termasuk keluarga kita kan, Dar? Hak manusia itu sama, jangan dibeda-bedakan. Antara majikan dan pembantu bukan perkara yang harus di besar-besar kan."
Adara tersenyum. "Om, Adara nggak keberatan. Malah dengan kayak gini Adara jadi seneng, Adara juga suka makan bareng sama Bi Asih, kok."
"Bagus seh, ayo duduk!"
Setelah diperintah barulah Adara ikut duduk bersama. Setelah itu dia tersenyum untuk sedikit menyapa Bi Mpit dan Mang Danu. Mereka juga melakukan hal yang sama dengan membungkuk sopan.
Setelah beberapa menit, kegiatan sarapan selesai. Adara memutuskan untuk pergi ke dapur sekalian membantu mengangkat piring-piring kotor.
Setelah selesai. Adara jadi teringat dengan ucapan Agis kemarin. Adara memutuskan berjalan ke arah kulkas dan membukannya. Adara mengernyit. Hanya berisi bahan masakan dan beberapa buah dan sayuran segar. Adara memutuskan menghampiri Bi Mpit yang sedang mencuci piring untuk menanyakan. "Bi?"
Bi Mpit menoleh sebentar. "Kenapa, Non?"
"Om Agis kemarin bilang, katanya di dapur ada banyak stok makanan. Tapi dimana ya? Adara lihat di kulkas cuma bahan masakan aja, nggak ada cemilannya."
Bi Mpit terkekeh. "Oh itu. Memang tidak di kulkas itu, tapi di gudang makanan. Oh atau nggak bisa dibilang gudang karena itu bagus dan tertata rapi. Tapi ya sebut aja mini market pribadinya Tuan Agis."
"Mini market? Dimana itu?"
Bi Mpit menunjuk ke arah pintu kaca di sudut dapur. Letaknya memang sedikit bersembunyi karena terhalang rak besar disana. Mungkin letaknya disana memang disengaja.
Adara berjalan ke sana lalu masuk. Benar, dia seperti sedang dimini market tapi mungkin ini versi lebih kecilnya lagi.
Rak-rak berisi makanan dengan beberapa merek tertata rapi dan banyak. Beberapa kulkas juga ada, seperti untuk tempat minuman, susu, dan juga es krim.
Adara segera mengambil yang dia mau. Setelah memilah ini itu dengan lama, Adara akhirnya kembali dengan membawa dua bungkus besar keripik kentang, satu bungkus cokelat, susu cokelat, dan dua es krim.
Saat berjalan menuju ruang tamu dimana Agis sedang berada disana. Adara berhenti sejenak karena Agis tiba-tiba saja menyeletuk.
"Eh, buset! Gercep banget kalau soal makanan, ya?"
Adara menyengir tanpa dosa.
"Kayaknya satu minggu juga udah ludes tuh dimakan sama kamu," ujar Agis.
"Ya nggak lah, Om. Adara nggak serakus itu juga, kok," kilah Adara tidak terima.
"Ya siapa tahu, apalagi yang lagi galau. Pasti banyak makan, butuh tenaga yang lebih-lebih!"
Adara terkekeh. Kemudian tidak memperdulikan lagi Agis dan segera pergi ke arah kamarnya.
Agis menggeleng heran melihat punggung Adara yang semakin menjauh.
***
Keesokan harinya, Adara meminta izin untuk jalan-jalan melihat-lihat kota Yogyakarta seharian pada Agis. Awalnya Agis sedikit tidak mengizinkan, terlebih lagi Adara ingin pergi jalan-jalannya sendirian, tanpa ditemani siapapun.
Tapi Agis sedikit berhasil menegoisasi Adara, jika gadis itu ingin di izinkan, maka Mang Danu harus ikut dan mengantarkan.
Dengan sangat berat hati Adara hanya menurut pasrah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...