Dengan senyum yang tercetak jelas diwajahnya, Evania kini dalam kondisi yang sangat bahagia. Tadi pagi, Papanya mengantarkan dia kesekolah untuk pertama kalinya di SMA ini. Sebelum itu juga, Evania memakan sarapan yang dibuat khusus Papanya untuknya. Meskipun hanya sekedar telur mata sapi, tapi rasanya sangat luar biasa karena yang membuatnya adalah Papanya.
"Lo kenapa sih, Va?" Dengan heran Adara menatap Evania dengan tatapan penuh selidik.
Evania hanya menggelengkan kepalanya sambil cengengesan tidak jelas.
"Udah stress nih kayaknya, gara-gara Alfian." Adara bergidik takut.
Evania yang semula menampilkan senyum yang cerah seketika langsung menoleh tak suka saat mendengar Adara menyembutkan nama Alfian.
"Apa?" tanya Adara balik sewot.
"Nggak usah sebut nama si PHP deh!"
"Ha?" Detik selanjutnya Adara terkekeh. "Alfian? Cie ... Cie ... Tuhkan! Apa kata gue, lo itu emang suka sama dia, Va."
"Idih. Gue cuma males aja dengernya, nggak ada sangkut pautnya sama perasaan gue ya."
"Halah. Udah deh ngaku aja!"
"Nggak, Dar. NGGAK!"
"Santai dong!"
"ABISNYA LO NGGAK PAHAM-PAHAM!"
"Santai gue bilang!"
"INI JUGA UDAH SANTAI, DAR! ASTAGFIRULLAH."
"Bener-bener stress sumpah." Karena sedikit kesal, Adara memutuskan untuk pergi ke luar kelas.
***
Ketika Adara ingin pergi ke kantin untuk membeli minuman sebelum jam pelajaran dimulai, dia tidak sengaja melihat Gama yang rupanya sedang mengobrol dengan Alfian. Adara pun memutuskan untuk menghampiri keduanya.
"Hai," sapa Adara.
"Eh, Adara. Hai," sapa balik Alfian.
Adara hanya tersenyum. "Kalian lagi apa?"
"Cuma ngobrol biasa aja," jawab Alfian. "Oh iya. Gue punya permintaan nih, mau nggak lo berdua turutin?"
"Apaan?" tanya Adara dan Gama kompak.
"Gue mau ngajakin kalian double date sama gue." jawab Alfian.
"Eumm. Gimana, Gam?" Adara menatap Gama meminta persetujuan.
"Boleh aja sih."
Adara mengangguk paham. "Oke, Al. Kita mau, kapan dan dimana emang?"
"Nanti aja malam minggu, dimananya entar lo ikutin gue aja. Oh iya, nanti kumpulnya di rumah Adara aja. Nggak masalah kan, Dar?"
Adara menggeleng.
"Yaudah gue duluan ya," pamit Alfian dan segera pergi dari sana.
"Gam?" panggil Adara.
Gama hanya mengangkat sebelah alisnya.
"Gue sebenarnya pengen banget ngajak Evania juga. Tapi inikan double date ya, masa sih gue ajak dia?"
"Ya jangan lah, Dar. Lo nggak kasihan apa sama Evania entar? Disana itu ada Amira, makin cemburu dia."
"Iya juga. Tapi gue nggak enak pergi tanpa ngajak dia."
"Nggak apa-apa, Dar. Nggak usah bilang aja, takutnya dia berharap kita ngajak dia juga. Masalahnya sih, inikan idenya dari Alfian. Dia pasti kaget kalau Evania ikut juga, ditambah Amira pasti nggak akan terima."
"Iya deh, tapi ntar kalau gue mau pergi sama Eva, lo kasih izin ya?"
"Bebas, Dar. Lo jadi pacar gue itu bukan berarti lo jadi nggak punya waktu sama sahabat lo. Gue nggak masalah kok, yang penting lo bahagia. Karena sebelum ada gue, mereka yang selalu ada buat lo."
Adara tersenyum, menatap kagum pada Gama. "Bener ya?"
"Iya."
"Kalau misalnya gue mau berangkat sekolah bareng Evania lagi, apa lo kasih izin?"
"Nggaklah."
"Ish. Katanya bebas."
"Kalau berangkat sekolah itukan rutinitas, Dar. Kalau lo terus-terusan sama Eva, entar gue nya gimana?"
"Pulangnya kan gue sama lo."
"Ah kurang. Kalau bisa, setiap detik pun gue bener-bener nggak mau ngejalanin apapun tanpa lo."
Adara tertawa pelan. "Gombal, dasar buaya."
"Sembarangan! Yang bilang itu tadi gombal siapa? Itu tadi adalah ungkapan perasaan gue yang sebenarnya, Dar. Dan ... Mana ada seorang Gama Yuda Arkana ini adalah buaya?"
"Iya deh, iya." Adara terkekeh. "Ngomong-ngomong, Gam. Lo ini pernah pacaran nggak sebelumnya?"
Gama menggeleng.
"Apa gue ini pacar pertama lo?"
Gama mengangguk.
"Cinta pertama lo juga?"
"Kalau cinta pertama sih bukan, Dar. Dulu waktu SMP gue pernah suka sama seseorang."
Adara mengangguk paham. Sebenarnya ada rasa kecewa sih, yang dimana bagi Adara, Gama ini adalah cinta sekaligus pacar pertamanya. "Kenapa nggak pacaran sama cewek itu?"
"Dulu gue nggak mau pacaran sih, dan sampai akhirnya cewek itu pindah sekolah dan nggak pernah ketemu lagi sampai sekarang."
"Kalau misalnya lo dipertemukan lagi sama cewek itu, apa yang bakal lo lakuin?"
"Putusin lo."
Adara melotot dan langsung memukul bahu Gama keras. "Jahat lo, Gam!"
Gama tertawa. "Ya lo aneh-aneh aja lagian pertanyaannya. Ngapain coba nanya kayak gitu? Emang menurut lo gue ini nggak setia?"
"Ya nggak gitu. Ada yang bilang, cinta pertama itu susah banget dilupain, Gam. Gue takut lo masih ada perasaan sama dia. Mungkin egois ya, tapi gue minta, untuk saat ini dan selamanya lo harus selalu cinta cuma sama gue aja."
Gama menatap mata Adara dalam. "Dar? Gue nggak bisa janji, tapi untuk bukti, gue akan usahain buat menuhi semua permintaan lo tadi."
Adara mengangguk.
Gama tersenyum, lalu menggandeng tangan Adara untuk pergi ke kelas.
Pas sekali. Setelah mereka berdua duduk dibangkunya masing-masing, saat itu juga bel masuk berbunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...