23

59 7 4
                                    

"Kamu mau pergi besok?"

"Iya, Mah."

"Ke mana?"

"Jalan-jalan aja, boleh kan?"

"Eum ... " Wulan masih berfikir untuk memberikan izin pada Evania. "Adara ikut?"

Evania mengangguk. "Iya."

"Oke. Mama kasih izin," ujar Wulan sambil menyeringai. Dia punya ide yang bagus saat ini! Adara? Siap-siap saja.

"Tapi, Mah–" Evania menghela nafas. Dia tidak ingin Mama tirinya ini menghancurkan liburan akhir pekannya.

"Apa?" 

"Jangan suruh Evania buat nyelakain Adara dulu, ya?"

Wulan mengernyitkan dahi. "Kenapa? Kasihan kamu sama dia, hah?!"

Evania mengeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak. Eva nggak mau aja liburan Eva jadi berantakan, Mah."

"Nggak bisa," tolak Wulan. Apa-apaan ini? Kesempatan itu tidak datang dua kali, menurutnya.

"Tapi Mah–"

"Udah!" potong Wulan cepat.

"Eva, dengerin Mamah." Wulan menatap serius anak tirinya itu. "Kamu lupa siapa Adara?"

Evania menggeleng. "Dia anak Om Yuda, orang yang nabrak Mama dulu sampai Mama meninggal."

"Itu kamu tahu!"

"Mah, tapi Adara nggak salah apa-apa."

"Mama kamu juga nggak salah apa-apa, Va. Tapi Yuda nabrak dia, kan?"

"Itu cuma kecelakaan. Lagian kita juga udah balas dendam, kan?"

"Itu nggak cukup!"

"Tapi kalau kita nyelakain Adara, itu berlebihan banget buat balas dendam."

"Seperti yang kamu tahu, Va. Pembalasan itu lebih kejam!"

"Tapi Eva udah nggak benci lagi sama Adara, Mah. Eva udah maafin dia atas apa yang udah dilakuin Papanya dulu."

"Nggak segampang itu buat maafin orang, Va. Yang dibuat Papa nya Adara itu nggak bisa kita maafkan."

"Kita udah bales dendam, Mah. Mama lupa? Kita udah bunuh Papa sama Mama nya Adara. Kita juga udah celakain Adara. Apa masih kurang?"

"Masih! Harusnya kita lenyapin sekalian Adara!"

"Nggak!" Evania menggeleng. "Adara sahabat Eva, Mah. Eva emang mau buat dia menderita, tapi nggak dengan bunuh dia!"

"Mau buat dia menderita?" Wulan tersenyum remeh. "Mama suruh buat nyelakain dia sedikit aja kamu nolak."

"Itu dulu, sekarang Eva nggak mau lagi. Eva udah maafin Adara."

"Bohong, Mama tahu apa yang ada dihati kamu, Va."

"Serius. Suatu saat nanti, Adara pasti hancur dengan sendirinya tanpa Eva repot-repot melakukan sesuatu."

"Maksud kamu?" tanya Wulan yang tidak mengerti.

"Lihat aja nanti, Mah." Evania tersenyum licik. Ya ... Dia memang sudah memaafkan Adara. Tapi jika ada orang lain yang akan menghancurkan Adara, ya biarkan saja. Biar tahu rasa!

Wulan tersenyum bangga. Anak tiri nya ini memang  sama persis seperti dirinya. Manis dibibir saja, yang lainnya penuh dengan dusta.

***

Gama menatap dirinya dicermin sambil bergaya ala-ala model. "Ganteng juga, gue!"

Gama terkekeh. Pantas saja Adara tidak bisa menolak pesonanya. Ya ... Biarpun dalam waktu yang lama, tapi dia yakin, Adara pasti akan jadi miliknya.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang