"Adinda kamu kenapa kayak gitu sih, tadi?" Haura bertanya dengan berkacak pinggang pada Adinda.
Yang ditanya hanya diam saja. Haura benar-benar kesal sekarang.
"Jawab aku, Adin!"
Dengan sedikit mengeraskan suaranya, Haura berhasil membuat Adinda menoleh padanya. "Aku nggak tahu, aku lagi kesel aja. Makanya aku sakitin Adara dilapangan tadi," ujar Adinda yang akhirnya mau bersuara.
"Apa, kesel? Tapi kenapa?!"
"Aku cemburu, aku sakit hati. Makanya aku nggak sengaja tendang kaki Adara kuat pas main bola tadi."
"Nggak sengaja? Itu jelas banget kalau kamu sengaja, Adin. Berapa kali kamu tendang-tendang dia, untung Adaranya nggak sampai kenapa-napa."
"Aku beneran nggak sengaja. Itu naluri otak aku aja karena aku lagi kesel sama Adara."
"Naluri otak kamu buruk, Adin." Haura menggeleng-geleng kepalanya heran sambil menatap Adinda tidak percaya. Bisa-bisanya hanya karena sakit hati gadis itu jadi lupa jati diri. Mana Adinda yang selama ini baik dan selalu ceria? Sekarang semuanya malah berbalik. Gadis itu nampak murung seharian, dan gadis itu tega nembuat Adara celaka hanya karena patah hati?
"Aku bener-bener nggak sadar tadi, Ra. Aku nggak nggak tahu kalau ternyata aku berbuat seperti itu pada Adara," Adinda berusaha menjelaskan, karena memang seperti itu kenyataannya. Dirinya benar-benar tidak sadar, mungkin karena merasa kesal makanya dia melampiaskannya pada Adara.
"Aku harus minta maaf deh kayak nya," gumam Adinda.
"Ya iyalah, yang kamu lakukan itu salah. Aku tahu kamu patah hati, tapi yang bikin kamu patah hati kan Gama bukan Adara! Kamu wajib banget minta maaf, sama Evania juga. Kamu juga dorong dia kan tadi?"
Adinda mengangguk lemah.
"Yaudah, kita sekarang ke kelas!" Haura bangkit dari duduknya di meja kantin.
"Iya." Adinda ikut berdiri. Setelahnya mereka berdua pergi menuju kelasnya.
***
Adara, Gama, dan Evania sedang asik bercanda saat ini. Memojokkan Evania yang jomblo membuat Adara dan Gama senang bukan main.
Tapi, kehadiran Adinda dan Haura yang tiba-tiba membuat kegiatan mereka berhenti untuk sesaat.
Adinda melangkahkan kakinya menuju Adara. Gadis itu tiba-tiba saja berjongkok sambil memegang tangan Adara. "Maafin aku, Dar. Aku salah karena udah hampir nyelakain kamu tadi. Aku nyesel, nggak seharusnya aku berbuat itu, tapi aku lagi kesel, Dar. Aku minta maaf ya?"
Adara terkekeh. "Lo kesel sama gue?"
"Iya. E-Eh bukan, Dar."
"Terus, Gama? Atau karena kita sekarang pacaran, hmm?" Adara menaik turunkan alisnya.
Adinda berdecak. "Dua-duanya. Aku nggak bisa bohong, Dar. Aku sakit hati dengernya makanya aku jadi kesel."
"Nggak apa-apa Kok, gue kan baik hati." Adara memegang pundak Adinda. "Gue maafin lo. Nah, sekarang ayo berdiri! Jangan jongkok gitu, apalagi sampai sujud-sujud hanya karena mau minta maaf sama gue."
Adinda memutar bola matanya malas lalu berdiri. "Makasih ya?"
"Sama-sama." Adara tersenyum. "Tapi—"
"Apa?"
"Sekarang lo nggak akan mempermasalahkan hubungan gue lagi kan?" Adara melanjutkan.
"Nggak kok."
Adara menghela nafas lega. "Bagus deh."
Haura tersenyum menatap semuanya. Sekarang tidak akan ada lagi permusuhan diantara kedua temannya ini.
Dia sangat beruntung bertemu mereka semua. Teman-temannya ini sangat baik. Meminta maaf dan memaafkan seolah bukan hal yang berat bagi mereka. Dia jadi iri, teman-temanya yang dulu bahkan tidak pernah berani meminta maaf padanya meskipun kesalahan mereka sama sekali tidak sedikit. Mereka terlalu gengsi, seolah ketika meminta maaf derajatnya menjadi rendah seketika.
Adinda kini beralih menatap Evania. "Aku juga mau minta maaf sama kamu, Va."
Evania mengangguk. "Oke"
"Apasih!" Adinda berdecak. "Simple banget."
Evania mendelik. "Suka-suka gue! Lagian yang lo butuhin kan maaf dari gue, gue udah kasih kan? Nggak guna juga gue ngomong panjang lebar!"
Adinda menghela nafasnya. "Iya, iya!"
"Gue juga maafin lo kok, Din." Gama berujar. Meskipun Adinda tidak meminta maaf padanya, ya sudahlah. Dia akan berbaik hati dengan memaafkannya sendiri.
Adinda menepuk pelan jidatnya. "Eh iya aku lupa! Maafin aku juga ya, Gam?"
Gama mengangguk. Sudah dia duga, Adinda juga pasti merasa bersalah padanya.
Semuanya lantas lanjut mengobrol lagi, waktu istirahat masih bersisa sepuluh menitan lagi. Dan kebetulan jam ketiga kosong, makanya mereka mempunyai waktu yang lama untung mengobrol dan bercanda saat ini.
Keadaan kelas yang tadinya hanya diisi mereka saja kini mulai bertambah. Beberapa mulai menyusul untuk masuk dan menghabiskan waktunya didalam kelas. Sebagian lagi ada yang memilih untuk pergi ke kantin dan perpustakaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...