"Gam?" Adara menahan Gama di dalam kelas setelah bel pulang sekolah berbunyi.
"Apa sih, Dar?" Gama memutar bola matanya malas.
"Gue mau lo jujur, lo marah ya sama gue? Kalau gue minta lo maafin gue, lo mau kan?"
"Gue nggak marah, Dar."
"Bohong!"
"Terserah deh."
"Tuh kan!"
"Udah deh, awas!" Gama mendorong sedikit tubuh Adara yang menghalangi jalannya.
Dengan cepat Adara meraih tangan Gama. "Satu lagi, Gam. Gue sebagai pacar lo, minta buat lo jangan terlalu deket sama Amara, bisa?"
Gama terdiam. Saat dia hendak menjawab. Amara terlebih dahulu menyelanya.
"Nggak bisa, Dar." Amara terkekeh. "Dari dulu kan kita emang udah deket, bahkan sebelum dia kenal sama lo."
"Ya tapi sekarang dia pacar gue, nggak seharusnya terlalu deket sama temennya kan? Apalagi temennya cewek, bisa aja kan jadi pada baper nantinya."
Amara terkekeh lagi.
"Ayo, Mara. Gue anterin lo pulang!"Gama menggandeng tangan Amara dan dibalas hal yang sama oleh gadis itu.
Mereka berdua kemudian pergi tanpa basa-basi sama sekali.
Adara hanya cengo menatap hal barusan. Gama bisa mengantarkan Amara pulang, tapi mengantarkan dirinya pulang, Gama tidak bisa?
Pacar macam apa Gama!
***
Adara berjalan lesu menuju parkiran. Setelah sampai dia celingukkan menatap ke sekelilingnya. Tenyata sudah sepi, tapi Om Agis kenapa belum juga menjemputnya?
Lima menit kemudian, Om Agis tiba bersama mobil hitam nya. Tanpa menunggu lama Adara langsung masuk saja.
Amara dan Gama ternyata masih belum pulang. Mereka melihat Adara dan Om-om itu dari kejauhan.
Adara menerima satu bucket bunga dan satu kotak hadiah yang berukuran besar dari Om Agis.
Gama dan Amara bisa melihat itu dengan jelas meskipun Adara sendiri berada di dalam mobil. Untung saja model kaca dari mobil Om Agis membantu aksi pengintipan mereka berdua.
Setelah itu, mereka berdua melihat Adara berpelukan seraya di elus-elus kepalanya oleh Om-om itu.
"Sumpah jijik gue, Gam." Amara bergidik.
Gama dari tadi mengepalkan tangannya, wajahnya memerah menahan amarah.
"Harus gue labrak nggak sekarang?" tanya nya pada Amara.
"Nggak deh, Gam. Mending pake cara halus aja, lo balas perbuatannya."
Gama berpikir sebentar lalu menatap Amara sepenuhnya. "Oke. Mulai saat ini lo pacar gue, Mar!"
Amara terkejut. "Hah?"
"Lo mau kan? Sorry tapi gue maksa."
Amara tersenyum lantas mengangguk. "Gue bakal bantu sebisa gue, gue bersedia kok jadi selingkuhan lo."
Gama tersenyum simpul. "Thanks."
Nggak papa hari ini gue jadi salah satunya, tapi gue yakin suata saat nanti gue bakal jadi satu-satunya. Batin Amara berujar.
Demi cinta kadang kita harus rela berkorban. Tidak masalah jadi yang kedua tapi selalu di utamakan, dari pada yang pertama tapi malah di duakan. Benar begitu kan?
Amara merasa hidupnya penuh warna sekarang. Cinta pertamanya kini sudah resmi dia dapatkan. Meskipun tanpa cinta untuk saat ini, tapi waktu bisa mengubahnya kan suatu hari nanti?
Tolong jangan salahkan Amara soal ini, dia hanya meminta keadilan untuk hatinya yang sudah capek jatuh cinta sendirian. Dia hanya ingin dibalas juga oleh perasaan yang sama. Dia ingin cintanya, yaitu Gama!
Hanya Gama!
Tidak ada laki-laki lain, meskipun Gama sudah milik orang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely
Teen Fiction[TAMAT] Sahabat, teman, kasih sayang, kekayaan, dan kebahagiaan. Semuanya didapatkan oleh seorang Adara Adsilla. Hingga perlahan-lahan semuanya telah berubah, berbanding balik dari sebelumnya. Adara merasa sendiri didunia ini. Dia benar-benar kesep...