44

36 6 0
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi. Gama langsung saja pergi menuju parkiran tanpa menunggu Adara terlebih dahulu. Dia hanya berujar singkat.

"Gue tunggu diparkiran."

Adara ingin protes namun sayang Gama langsung pergi begitu saja. Adara dengan cepat mengemas peralatan sekolahnya lalu menyusul Gama.

"Lo kenapa ninggalin gue sih, kan bisa bareng, Gam?"

Gama mengangkat bahu acuh. Kemudian menyuruh Adara naik ke atas motornya dengan isyarat matanya.

Adara berdecak. Kemudian segera naik ke motor.

Beberapa menit kemudian, mereka berdua sudah sampai di depan rumah Adara.

Adara turun. "Mampir?"

Gama menggeleng. "Oh iya, Dar. Untuk beberapa hari kedepan lo sama Evania aja ya?"

"Lho kenapa?"

"Gue bakal pulang sore terus, gue ikut basket tadi. Lo tahu sendiri sekolah kita mau tanding, jadi bakal sering latihan. " Bohong! Gama sama sekali tidak mengikuti ekstakulikuler basket. Dia hanya ingin menghindar dari Adara selama beberapa hari kedepan untuk menenangkan pikiran dan hatinya.

"Tapi paginya bisa jemput kan?"

Gama menggeleng lagi. "Maaf, tapi gue mau bareng temen gue."

Hanya untuk beberapa hari tidak masalah bukan?

Adara menghembuskan nafas kasar. "Yaudah deh."

"Makasih." Gama menghidupkan kembali motornya kemudian meninggalkan pekarangan rumah Adara.

Adara memasuki rumahnya dengan lesu. Seperti ada yang berbeda dengan Gama. Apa Gama marah karena waktu istirahat tadi Adara tidak memakan batagor pembeliannya ya?

Ah Gama tidak asik!

***

Tok

Tok

Tok

Ketukan pintu, bunyi bel, dan teriakkan seseorang di pintu utama membuat Adara terganggu. Dengan malas Adara memutuskan untuk turun ke bawah dan melihat siapa yang datang malam-malam begini.

"Iya bentar, ah nggak sabaran banget!" sahut Adara dari dalam.

Adara membuka kunci lalu membukakan pintu sedikit untuk mengintip terlebih dahulu.

Om Agis?

Adara kembali merapatkan pintunya. Kemudian berbalik badan lalu mencubit tangannya sendiri. Membuktikan kalau ini bukan mimpi.

Ternyata sakit.

Adara meloncat senang kemudian membukakan pintu itu lebar-lebar.

"Om, ah Adara kangen banget!!!" Adara langsung berhambur ke pelukan Agis.

"Iya, Om juga." Agis terkekeh. Kemudian mengelus kepala Adara lembut.

Adara melepaskan pelukannya kemudian mempersilahkan Om Agisnya ini untuk masuk.

Untuk informasi. Agis ini adalah adik dari ibunya. Sekaligus keluarga satu-satunya yang Adara punya sekarang ini.

Sewaktu ibunya meninggal. Memang Agis berhalangan hadir karena mengurus pekerjaannya yang tidak pernah selesai-selesai. Dan baru hari ini dia bisa kesini lagi, dan Agis memutuskan untuk tinggal disini mulai sekarang untuk menjaga Adara. Agis juga sudah memindakan beberapa pekerjaan penting ke kota ini.

"Om tadi siang bilang mau kesini lusa, tapi sebenarnya Om bohong Adara. Om mau prank kamu niatnya."

Adara mengerutkan kening. "Kapan Om bilang? Adara nggak tahu soal Om mau kesini kapannya."

Sekarang Agis yang mengerutkan kening bingung. "Tadi siang Om kirim kamu pesan, Dar."

"Iyakah?"

Agis mengangguk.

"Tapi Adara nggak tahu, nggak ada notifnya lagi."

"Ah udahlah! Kamu nggak ada niat untuk buatin Om ini minum gitu?"

Adara menyengir kemudian berlari ke arah dapur.

Adara kembali lagi dengan membawa nampan berisi dua jus mangga dan beberapa cemilan.

"Om akan tepatin janji Om kan?"

Agis mengangguk. "Om akan tinggal disini sampai kamu punya pasangan hidup."

"Kenapa nggak selamanya?"

Agis terkekeh. "Emang kamu mau satu rumah sama Om kalau udah punya suami?"

"Ya kenapa nggak?"

"Nggak bisa dong, Dar. Mama kamu aja setelah nikah sama Papa kamu pergi ninggalin orang tuanya. Karena ingin memulai hidup yang baru."

"Lho? Yang nanti nikah kan Adara, kenapa Om yang pergi?"

"Ya nggak apa-apa. Kamu sama suami kamu tinggal dirumah ini, jadi Om yang pergi."

"Om aja yang tinggal disini."

"Emang kamu mau ninggalin rumah ini?"

Adara menggeleng lemah.

"Udah ah kok jadi bahas nikah, kamu aja belum lulus SMA."

Adara terkekeh. "Om, Adara udah ada pacar lho."

"Masa?"

"Iya!" Adara mengangguk kuat. "Namanya Gama Yuda Arkana."

"Gama Yuda Arkana," ulang Agis. "Nama tengahnya ada nama Yuda?" lanjutnya bertanya.

Adara mengangguk. "Nama Papa kan, Om?"

Agis mengangguk lalu tersenyum. "Kenalin sama Om ya?"

"Pasti dong, Om."




LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang