10

122 9 57
                                    

"Gama," bisik Haura. Dia menepuk sebelah bahu Gama yang duduk di depan mejanya.

Gama menoleh kebelakang, dan mengangkat sebelas alisnya. "Apa?"

"Istirahat aku mau ngomong sama kamu," ucap Haura pelan, agar tak di dengar oleh pak Bagas yang sedang mengajar didepan.

"Soal?"

"Evania, sebentar aja kok,"

"Hmm,"

***

Siang ini Adara nampak bingung memikirkan apa yang akan dilakukannya, dia sangat bosan, dari tadi yang dia lakukan hanyalah rebahan.

Adara menghela nafas berat. "Kenapa gue nggak ke sekolah aja tadi?

Adara berfikir. "Eh.. Jangan-jangan! Kalo gue tambah pusing gimana? Yang ada gue malah ngerepotin lagi." Dengan berat hati Adara menyetujui ucapannya.

Sudah sering sekali dirinya merepotkan orang lain, dia merasa tak enak.

Adara kemudian melirik ke arah meja belajarnya, disana ada figura yang memperlihatkan foto dirinya dan kedua orang tuanya, di sana mereka terlihat sangat bahagia dengan Adara yang berdiri ditengah sambil memegang kue ulang tahun, foto itu di ambil saat Adara ulang tahun yang ke 12, seminggu sebelum Papanya meninggal.

"Papa, Mama Adara kangen," lirih Adara.

Adara berjalan mendekat ke arah figura itu, dia mengambil lalu memeluknya. Seolah-olah dia memang sedang memeluk Papa dan Mamanya.

"Adara janji akan temuin pembunuh kalian, Adara pastiin pembunuh itu dihukum setimpal sama apa yang udah dia lakukan."

Adara memandang sendu figura itu. "Adara kangen, malam ini temuin Adara ya..di mimpi."

"Kalian yang tenang disana, Adara selalu doain Mama sama Papa kok dari sini, biar kalian masuk surga dan di jauhkan dari siksa neraka." Adara kemudian menciumi figura itu di bagian wajah Mama dan Papanya.
"Aamiin.."

"Non," panggil bi Asih dari belakang.

Adara lalu menyimpan kembali figura itu ke tempat asal dan berbalik ke arah bi Asih. "Kenapa Bi?"

"Bibi buatin sup ayam, mau makan lagi nggak?" tanya bi Asih.

Adara menggeleng. "Masih kenyang,"

Bi asih mengangguk, kemudian melangkah hendak pergi keluar.

"Bi," panggil Adara yang menghentikan langkah bi Asih.

Bi Asih berbalik, menatap anak majikannya itu, "kenapa Non?

Adara menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Menurut bi Asih orang yang bunuh Mama itu sama nggak ya sama orang yang bunuh Papa dulu?"

Bi Asih nampak berfikir. "Kayaknya iya, Bibi juga sempet mikir kalo orang yang nabrak mobil Non kemarin juga orang itu pelakunya."

"Masa sih?"

"Kemungkinan Non, pokoknya mulai sekarang Non harus lebih hati-hati lagi." Adara mengangguk lalu bi Asih pergi.

"Apa mungkin sih orang yang nabrak mobil gue kemarin itu pembunuh Mama?"Adara terdiam, mencoba berfikir. 

Sebenarnya ada apa? Kalo iya orang yang membunuh kedua orang tuanya itu yang menabraknya kemarin terus apa tujuan dia mencelakai dirinya? Mengapa juga dia menghabisi nyawa kedua orang tua nya? Apa dia mempunyai dendam? Sepertinya Adara harus mencari tahu segalanya, segera!

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang