Your love is lie
-Unknown
****Wangi parfum yang baru saja Baskara semprotkan ke kaosnya langsung menyerebak ke udara. Dia berusaha untuk tidak mengacaukan kesannya dengan ibunya. Malam ini dia dan ibunya akan merencanakan makan malam, tetapi sore tadi ibu lelaki itu mengabari bahwa ia harus mengundang Widya sebagai tanda terima kasih.
Lelaki itu turun dari kamarnya, mengambil kunci mobil dari atas nakas di dekat televisi yang bahkan tidak pernah ia hidupkan. Ia melaju ke rumah Widya dengan kecepatan sedang. Ia memutuskan untuk melupakan sejenak masalahnya dengan Cemara dan menjalani makan malam yang sebelumnya tak pernah ia rasakan se damai ini sebelumnya.
Tin.
Tin.
Tak lama gadis dengan balutan gaun off-shoulder putih selutut keluar dari gerbang rumahnya yang berwarma keemasan itu.
"Hai." Sapa gadis itu sebelum masuk ke dalam mobil.
"Pake seatbelt." Peringat Baskara karena gadis itu kebiasaan melupakan hal penting yang mungkin akan menyelamatkan nyawanya jika terjadi apa-apa.
"Hehe. Kita langsung jemput mama?" Widya memang terbiasa memanggil Ibu Baskara dengan sebutan mama karena itu yang dipintanya, jadi tak mungkin Widya berani menolak.
"Gak, nyokap berangkat sendiri, sama Kak Rachel mungkin." Baskara hanya menganggap hal itu lumrah karena rumahnya dan Rachel bisa dianggap cukup jauh daripada rumahnya dengan Widya. Mungkin ibunya hanya kasihan jika Widya berangkat sendiri. Tidak lebih.
"Gue nyalain radio ya." Baskara hanya mengangguk.
Widya mulai bersenandung sesuai aliran lagu dan bernyanyi kecil membuat Baskara sedikit lebih tenang dan tidak kaku.
"Gue putus sama Ara." Tubuh Widya langsung kaku dan menegang.
"Kok bisa?" Widya benar-benar berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Udah ga sejalan."
"Ya dirundingin dulu dong harusnya biar sejalan."
"Gue kasian sama dia."
"Maksud lo?" Widya bertanya-tanya tetapi dia sebenarnya sudah mempunyai tebakan jawaban yang akan Baskara lontarkan.
"Gue gak bisa sama cewek yang secara gak sengaja buat papa meninggal. Setiap gue liat dia, gue akan sakit, dia pun juga. Makanya gue kasian sama dia, jangan sampai karena gue dia malah gak bahagia seperti seharusnya."
"Kenapa lo nyalahin orang lagi sih, Ka?"
Baskara termenung, ia sendiri pun tak tahu jawabannya, "Gak tau, Wid."
"Kemarin mama lo, sekarang Ara. Besok-besok kalo ada kenyataan yang lebih mengejutkan lagi lo mau jauhin orang lagi, Ka?"
Baskara seperti tertampar oleh kata-kata Widya.
"Gue bukan bela Ara, atau lo, atau mama. Gue bilang kayak gini biar lo jadi pribadi yang lebih baik, jangan jahat kayak gini. Lo tuh jahat sama Ara kalo kayak gini."
"Gue sadar kok."
"Apa Ara tahu lo mutusin dia karena hal ini? Gue tebak sih enggak." Cibir Widya.
"Iya dia gak tahu. Gue gak mau dia nyalahin diri sendiri."
"Nyalahin orang gak lebih parah dari nyalahin diri sendiri."
"Gue juga gak mau balik ke dia lagi, yang ada dia bakal sakit hati terus di deket gue."

KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...