P A R T 52

1.1K 47 6
                                    

Siang hari ini, Baskara mengiriminya pesan bahwa dia akan menemani Widya untuk menghabiskan waktu hari ini kemana saja Widya inginkan. Widya tersenyum, ia merasa semenjak malam prom itu, Baskara menjadi lebih dewasa dan lebih manis padanya. Apa yang Ara katakan sampai membuat lelaki kepala batu itu luluh seperti ini?

Widya membuka lemari kayu bercat putihnya, memikirkan baju yang akan dia pakai untuk jalan-jalan bersama Baskara siang nanti. Ia akhirnya mengambil kaos putih dan celana kulot dan cardigan yang menyempurnakan penampilannya.

Widya memoles sedikit riasan pada wajah cantiknya. Lalu menyemprot parfum kesukaannya. Dia melirik jam, harusnya sebentar lagi Baskara sampai di rumahnya.

Widya memegangi dadanya yang sedikit sesak. Sudah lama ia tidak kambuh, tapi entah kenapa belakangan hari ini dia kambuh, mungkin kelelahan karena menyiapkan acara prom, karena dialah ketua panitianya yang bekerja dibelakang layar.

Tok.

Tok.

"Widya sayang, itu Baskara nungguin di bawah." Ucap mamanya yang masih sangat cantik itu. Widya membalas dengan senyuman. Gadis itu membulatkan tekadnya, ia akan memberi tahu Baskara sesuatu.

Baskara melihat Widya yang turun dari anak tangga, gadis itu sangat cantik dengan balutan baju casual. Hanya tak biasa, biasanya Widya lebih memilih sesuatu yang lebih feminine.

Baskara berdiri dari sofa yang didudukinya, "Udah, tuan putri?"

Widya nyengir, "Iya, bang jago."

"Tante kita pergi dulu ya."

"Iya, hati-hati ya."

Baskara pun menggandeng tangan Widya keluar dan memasuki mobil hitam Baskara.

"Bawa motor dong kapan-kapan."

"Kenapa?"

"Seru aja."

"Emang kuat naik motor?" Widya mendiamkan Baskara. Gadis itu malas sekali dianggap gadis lemah seperti itu, ya walaupun dia memang lemah.

"Mau kemana nih kita?"

"Ke Mal X aja."

"Oke."

Keheningan menyeruak, Widya sedang melamun dan tak menyadari hak itu. Biasanya gadis itu banyak omong sekali.

"Wid, lo sakit?" Widya masih mendiami Baskara.

"Widya?"

"Widya, kok diem?"

"Widya!"

"E-eh, kenapa?" Ucap gadis itu gelagapan.

"Lo mikirin apaan?"

"Mikirin cowok."

"Barga ya?"

"Gak tau, iya kali." Baskara terdiam. Bukannya marah, ia malah merasa tidak tega karena pertunangan tak diinginkan ini seperti dirinya yang memaksa. Padahal hati Widya masih untuk orang lain, begitupun.. Hati dirinya?

"Aska, kalo kita batalin pertunangan ini gimana?"

"Maksud lo?"

"Lo tahu, gue masih gak yakin tentang hal ini. Waktu itu sepertinya gue pake rasa obsesi gue ke lo. Gue gak bener-bener sayang sama lo, Ka."

"Lo masih sayang sama Barga? Ya.. Gue juga masih sayang sama Ara.."

"See? Lalu kenapa kita harus masih tunangan?"

"Jadi lo maunya gimana?"

"Kita udahan aja, lo juga gak perlu sandiwara kayak lo sayang sama gue, Ka."

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang