Maaf banget untuk keterlambatan update, makasih semua yang udah nungguin, luv u all! 💕
****
Baskara duduk termenung di bangku taman yang basah, tentu itu karena tadi hujan deras. Bajunya pun sudah agak kering, tubuhnya tidak dingin, malah cenderung panas. Ia tidak bisa berpikir jernih, kenapa kenyataan menabraknya dengan sangat teramat kejam. Mungkin itu sudah takdir Tuhan kenapa ayahnya meninggal, dan kenapa ia bertemu Ara. Yang ternyata, nyawa gadis itu ditukar oleh nyawa ayahnya.
Baskara mengusap kepalanya gusar, hatinya tak menentu. Ia tidak dapat lagi untuk pura-pura menutup mata. Karena faktanya sudah ada di depan mata.
Ting.
Ara <3
Udh makan?Baskara menutup ponselnya, hanya membaca pesan gadis itu lewat notif. Rasanya ia benar-benar tidak terima akan hal ini, kenapa harus nyawa ayahnya? Katakanlah Baskara egois, tapi dia benar-benar menyalahkan Ara dan kedua orangtuanya. Ia juga menyalahkan ayahnya kenapa harus memedulikan nyawa anak yang bukan anaknya sendiri.
Tring.
Tring.
"Baskara lo dimana?" Tanya Zersa langsung.
"Biasa."
"Ngomong yang jelas, bego."
"Taman biasa."
"Gue kesana."
Tut.
Baskara menggenggam ponselnya dengan tatapan kosong sampai akhirnya Zersa sampai di sana.
"Heh, orang gila." Baskara hanya menengok, tak merespon.
"Alay banget sih lo, kayak cewek abis diputusin aja pake ujan-ujanan segala."
"Kenapa lo ga bilang langsung?" Tanya Baskara.
"Kalo itu Ara? Gue gak mau kali ngancurin hubungan lo berdua, cuma karena masa lalu yang emang udah ditakdirin Tuhan."
"Semesta gak sayang ya sama gue."
"Semesta udah cukup sayang, buktinya dia ngambil bokap lo, tapi ngasih Ara."
"Gue milih bokap daripada Ara."
"Iya gue tahu, tapi kan sekarang adanya Ara. Jangan sampe lo nyalahin dia karena kesalahan yang gak dia perbuat." Zersa mewanti-wanti sahabatnya itu, tahu sifat Baskara.
"Gue gak jamin." Baskara beranjak dari situ.
"Inget, dia udah cukup menderita! Seandainya lo terlalu kecewa sama hal itu, jauhin dia, jangan tarik ulur!" Baskara pergi dari sana mengacuhkan perkataan Zersa.
****
"Aska! Kok lo gak bales chat gue?" Tanya Ara dengan aksen yang masih kaku menggunakan gue-lo dalam komunikasi. Baskara hanya mengedikan bahunya.
"L-lo marah sama gue?"
"Gak."
"Kenapa sifat lo gini?"
"Emang gini dari dulu." Baskara lalu pergi meninggalkan Ara di koridor sekolah dengan penuh tanda tanya.
Dia kenapa sih?
"Ra!" Ara berbalik mendapati Zersa sedang melambai ke arahnya.
"Kenapa?"
"Baskara berubah ke lo?"
"Agak. Lo tahu kenapa?" Zersa menggeleng namun ia langsung bergegas pergi mengejar kekasih Ara itu.
"Ada apa sih?" Ara hanya berharap bahwa kiranya tidak ada yang terjadi diantaranya dan Baskara. Dia tidak siap untuk sakit lagi. Iya, semoga.
Ara pun masuk ke kelasnya sendiri dengan pikiran yang masih berkecamuk.
"Kenapa lo?" Ucap Carnelie yang menyadari bahwa sahabatnya itu terlihat lesu dan pucat.
"Baskara?" Tanya Carnelie tepat sasaran membuat Ara mengangguk dan hampir meneteskan air matanya seandainya kelasnya kondusif.
"Kenapa dia?" Ucap Carnelie sambil menggulung lengan bajunya, mengambil ancang-ancang seperti akan menghabisi Baskara saat itu juga.
"Jangan macem-macem dulu ya tapi." Carnelie tak menjawab, hanya menatap dengan dalam seperti meminta penjelasan.
"Baskara agak cuek gitu kemarin, tadi juga dia ngacuhin gue, padahal gue gak ada salah apa-apa."
"Tuh cowok ya, sifat kayak cewek, badan gede otak sekecil semut. Kenapa sih? Di sini gue cuma ngeliat lo doang yanh berjuang buat dia? Lo rela, Ra, diginiin terus?"
"Capek, Nel."
"Tinggalin, lah! Apa gunanya lo pacaran kalo bisanya bikin sakit doang?"
"Gue sayang, Nel. Dan gue yakin dia punya alasan."
"Alasan yang dia simpen sendiri, apa-apa kayaknya lo terus yang harus mengerti dia, kenapa sih, Ra? Sayang boleh tapi jangan bego dong!" Ucap Carnelie dengan penuh emosi.
"Nel, gak apa-apa, gue bisa ngadepinnya kok."
"Inget, ya, Ra. Lo pacaran buat bahagia, kalo lo sakit terus gara-gara cowok yang bahkan gak seganteng Kim Taehyung, buat apa anjir."
Ara tahu jika sahabatnya itu telah berkata-kata seperti ini pasti ia akan melabrak si cowok, entah langsung atau melalui teks pesan saja.
"Nel, janji jangan teks atau temuin dia."
"Kenapa?"
"Nanti tambah runyam, Nel."
"Tapi lo janji sama gue, sekali lagi dia nyakitin lo, lo pergi, jangan mau ngalah terus. Jangan jadi cewek bego, lo pinter kok masalah akademik, kalo cinta jadi bego."
"Cukup, jangan lagi ngatain gue." Ara tertawa.
"Janji gak?!" Tegas Carnelie galak.
"Iya bawel!"
Stefani tidak masuk sekolah hari ini, jadi tersisa lah hanya mereka berdua, lagi pula walau Stefani masuk, sepertinya dia pun malah akan membuat suasana menjadi canggung.
Semoga tidak ada luka lagi. Batin Ara sangat berharap.
****
Lumayan panjang lah ya ini, thanks all.
Dont forget to vote n comment, it means so much for me!! 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...