P A R T 41

993 43 4
                                    

Baskara yang mendapatkan kabar dari Rachel yang entah kenapa bisa tahu bahwa Ara mengalami kecelakaan langsung melaju kencang ke rumah sakit tempat Ara dirawat. Cowok itu pusing bukan main, pasalnya Ara tak mengabarinya dan sekarang ia celaka seperti ini, Baskara tak dapat lagi menahan emosinya.

Baskara membuka pintu ruangan Ara dan melihat gadis itu terbaring lemah di atas brankar. Hati Baskara luluh digantikan dengan sakit yang teramat melihat kondisi gadis itu. Kepala gadis itu diperban dan kaki tangannya lecet dan memar-memar. Entah bagaimana caranya gadis itu bisa kecelakaan.

Tok.

Tok.

"Baskara?!"

"Mau apa lo, Ta?! Pergi!" Emosi Baskara memuncak saat melihat Sabitha memasuki ruangan.

"Ka, gue..."

"Pergi."

"Gak! Lo harus denger!" Baskara diam, ia takut malah akan menyakiti hati gadis itu.

"Lovi yang buat ini semua. Lovi juga terlibat dalam kecelakaan ini karena dia yang pura-pura jadi supir taksi dan sengaja buat mobilnya kecelakaan."

Mata Baskara menyalang, tetapi ia masih menahan emosinya.

"Lovi.. Meninggal."

Baskara tidak peduli.

"Terus? Gue harus kasian?"

"Gak, Ka. Gue cuma mau bilang aja ke lo, udah gak ada yang bisa gangguin Ara."

"Bagus."

"Ya udah, maafin adek sepupu gue ya, Ka."

"Gue gak pantes buat maafin," Baskara menunjuk Ara, "dia yang pantes mutusin dia mau maafin atau enggak."

"Iya, gue ngerti. Gue pergi dulu."

Baskara duduk di sofa yang berada di samping brankar dan melihat ponsel Ara yang terletak di atas nakas. Baskara mencoba menyalakan ponsel tersebut, ternyata mati. Baskara merutuki gadis itu.

"Ceroboh banget sih, Ra..." Baskara mengacak rambut gadis itu.

Krit.

"Baskara.."

Bahu Baskara menegang, cowok itu tak percaya dengan suara yang di dengarnya dan mengapa orang itu dapat berada di sini.

"Ma.. Mama?" Ucap Baskara sambil menoleh. Ternyata ibunya datang bersama Widya, tak heran.

"Baskara." Ibunya pun langsung memeluk Baskara erat tapi cowok itu tak membalas. Ia masih belum mencerna apa yang sedang terjadi di sini.

"Maaf, lepas."

"Baskara, maafin mama."

"Minta maaf sama papa, Baskara kan udah sering bilang."

"Baskara, ada hal yang harus kamu tahu."

"Gak, ma, Baskara gak mau denger apa-apa." Baskara melangkah keluar ruangan.

"Tentang Ara!" Baskara terdiam, ada hubungan apa antara Ara dan ibunya.

"Tentang Ara menyangkut kematian papa." Baskara semakin tak mengerti.

"Maksud mama apa?"

"Waktu itu..."

Flashback on

"Makasih, ya, udah mau bantu kita buat urus Ara." Ucap Ibu Ara.

"Gak masalah kok, dari dulu saya pengen punya anak perempuan." Ucap Ayah Baskara yang habis menggendong Ara karena gadis yang masih berusia satu tahun itu ingin tidur.

"Duduk dulu, gue buatin minuman." Ucap Ibu Ara.

"Iya, kita santai dulu di depan." Ucap Ayah Ara.

Ibu dan Ayah Ara meminta tolong Ayah Baskara untuk mengurus Ara sebentar saat mereka harus mengunjungi rumah sakit, memang mereka sudah bersahabat baik sejak dulu. Sedangkan Ibu Baskara yang memang waktu itu sedang tidak pulang ke rumah meninggalkan Baskara sendirian dengan pembantu rumah tangga mereka. Ayah Baskara tak pernah membawa Baskara bertemu Ara entah kenapa.

"Gue buatin makanan deh sekalian."

"Gak usah repot-repot."

"Gak apa-apa." Ucap Ibu Ara dan pergi ke dapur sedangkan suaminya dan sahabatnua itu mengobrol di depan.

Sayangnya, saat Ibu Ara menyalakan kompor, muncul api yang langsung merembet di dapur, dan Ibu Ara langsung keluar.

"Kebakaran!"

"Hah?" Ucap Ayah Ara yang tak mengira hal itu.

"Di dapur, kebakaran!"

"Ayo cepat keluar!" Ucap Ayah Baskara.

"Ara ada di dalam, gue bakal jemput dia dulu." Ucap Ibu Ara.

"Jangan, biar gue aja." Ucap Ayah Baskara yang langsung menjemput Ara yang sedang tertidur.

"Ayo kita keluar dulu, cari bantuan." Ucap Ayah Ara.

Sedangkan Ayah Baskara langsung menggendong Ara saat api mulai merambat ke kamar gadis itu. Lelaki itu pun langsung buru-buru keluar tetapi lalu berhenti karena api membakar pintu keluar dan dapat menimpa mereka kapan saja.

"Ara!" Teriak Ibu Ara yang sudah melihat mereka terjebak di dalam.

"Ambil Ara!" Ucap Ayah Baskara dan menyerahkan Ara kepada ibunya.

Naas sekali, pintu menimpa punggung Ayah Baskara sebelum lelaki itu dapat keluar dan seluruh rumah itu ambruk seketika.

Ibu dan Ayah Ara tercengan atas kejadian tersebut. Ibu Ara menangis dengan Ara di gendongannya yang masih tertidur lelap dan Ayah Ara masih terdiam. Tak lama pemadam kebakaran datang dan langsung sigap memadamkan api tersebut.

Mayat Ayah Baskara langsung dilarikan ke rumah sakit sebelum akhirnya dokter menyatakan bahwa nyawanya tak dapat tertolong.

****

Baskara yang empat tahun kemudian tahu tentang kematian ayahnya, menganggap ibunya sebagai pelaku pembunuhan tak disengaja. Karena malam sebelum kedua orangtuanya tidak pulang kerumah, Baskara melihat kedua orangtuanya sedang bertengkar hebat.

Pembantu yang masih digaji oleh Paman Baskara itu akhirnua jujur saat Baskara dan Rachel bertanya terus menerus tentang keberadaan ayah mereka.

Orangtua Ara pun tak pernah tahu bahwa sahabat mereka memiliki anak laki-laki dan mereka pun tak memiliki kontak istri sahabatnya itu. Yang mereka tahu hanyalah hubungan mereka akhir-akhir ini kurang baik.

Seiring bertumbuhnya Ara, orangtuanya pun menjadi kurang perhatian dengan Ara karena luka yang ada di hati mereka. Bahkan tak jarang orangtua nya memaki dan memarahi gadis kecil yang tak tahu apa-apa tentang kejadian waktu itu.

Ibu Baskara yang baru mengetahui hal itu beberapa tahun kemudian pun inisiatif untuk menemui dan menjaga Baskara. Namun cowok itu tak lagi menerima dirinya, ia sadar bahwa ia salah selama ini dan berniat untuk menebus kesalahan.

Ibu Baskara pun menemukan koran atas berita kebakaran tahun-tahun lalu dan menjadikannya bukti untuk anaknya itu bahwa ia bukan pembunuh ayah lelaki itu.

Bahkan ibunya pun mengirim berita tersebut kepada Zersa yang adalah teman Baskara dan berharap kiranya Baskara bisa percaya dengan perkataan teman baiknya. Setidaknya.

Flashback off

Baskara termenung. Ternyata benar apa yang Zersa bilang waktu itu. Baskara sudah tak dapat berekasi, ia pun meninggalkan ruangan teraebut dan pergi. Kemana saja ia dapat menenangkan pikirannya.

****

Jeder.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang