P A R T 50

1.1K 45 17
                                        

(jangan di play dulu mulmednya)

Jika cinta bisa teriak,
Semesta pun tak akan sanggup membendung gemanya.

****

Disinilah Baskara, di pojok ruangan yang sangat ramai memegang gelas champagne dan tak berniat meminumnya. Pikirannya berkecamuk saat ini. Sebelum datang ke rumah Ara, ia datang dulu ke rumah Rachel. Perkataan Rachel lah yang membuat pikirannya tak karuan.

-

"Aska lo mau berangkat?" Tanya Rachel.

"Iya, kak."

"Langsung berangkat?"

"Jemput Ara dulu."

"Hah?! Lo emang udah balikan sama dia? Udah gak jadi tunangan sama Widya? Udah sadar?"

"Gue kasian dia gak ada yang anter."

"Baskara Ganeva!" Teriak Rachel nyalang, Baskara hampir tak pernah melihat Rachel marah sekalipun ia sangat iseng.

"Lo gak bisa gini, lo gak bisa mainin perasaan cewek terus, lo gak bisa buat Ara deket sama lo terus karena itu kenyataannya Baskara! Lo. Sama. Ara. Udah. Putus." Baskara terdiam.

"Lo sebenernya masih sayang kan sama Ara, kenapa harus terima perjodohan mama? Seandainya lo nolak juga mama bakal ngerti, gue yang gak ngerti sama lo sekarang. Mau lo tuh apa sih Baskara?!"

"Lo gak cukup kehilangan papa, hah?! Mau juga kehilangan orang berharga kayak Ara?! Mau lagi?!"

"Lo gak boleh naif, Baskara. Sekarang ya adanya Ara, gak ada papa. Lo harus terima itu dong! Kalau lo nyalahin Ara karena kematian papa, kenapa gak sekalian salahin semesta yang buat papa meninggal?!"

"Lo jangan kayak gini, Baskara yang gue kenal gak gini. Mana Baskara yang dulu? Mati?"

"Kenapa harus Ara, dia baik banget sama lo. Dia nunggu lo terus. Dia tulus sama lo. Dia gak mau duit lo sekalipun dia miskin. Dia lugu. Dia jujur. Dia rela lo bahagia. Dia mungkin juga rela mati demi lo. Kenapa sih, Baskara? Kenapa lo belom sadar juga?" Rachel meneteskan air matanya dan masuk ke kamarnya. Baskara masih bergeming di tempat, ia tak kuasa menahan air matanya. Ia sudah memutuskan. Ia akan memperjuangkan Ara, bukankah ini sekarang gilirannya?

-

Baskara melihat Ara berlari ke backstage, dia tahu bahwa Ara akan menampilkan persembahan di acara ini. Baskara mengikuti Ara, ia melihat seorang panitia yang akan menghampiri gadis itu. Baskara mencegatnya.

"Ara nanti nyanyi?"

"E-eh.. I-iya." Lelaki itu tampak ngeri saat ditahan Baskara. Wajar.

"Bilang ke dia, nanti ada yang iringin gitar. Jangan kasih tau ke dia kalo itu gue."

"O-oke."

Baskara mengintip di balik pilar. Laki-laki berseragam panitia itu sudah melancarkan aksinya. Baskara menghela nafas, apakah Ara masih menerima dirinya?

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang