Baskara mengendarai motornya diatas kecepatan rata-rata. Sahabatnya itu lagi-lagi drop karena masalah kesehatannya. Untung kemarin dia tidak pulang bersama Ara, kalau tidak, mungkin saja Widya bisa celaka. Pagi ini orang tua Widya mengabari Baskara, kalau kondisi kesehatan cewek itu melemah semenjak masuk sekolah. Baskara merutuki Widya dalam hati, andai saja dia menuruti permintaannya agar istirahat di rumah terlebih dahulu, pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Lagipula, Widya mempunya ijin dari semua guru di sana kalau tidak masuk sekolah. Kalau Baskara jadi Widya, dia akan memanfaatkan kesempatan itu walau tidak ada keperluan mendadak yang mengharuskannya untuk meliburkan diri.
Tidak butuh waktu lama untuk Baskara sampai ke rumah sakit di dekat rumah Widya. Suara sepatunya berdecit nyaring, beradu dengan lantai rumah sakit yang licin dan dingin itu. Dia bergegas memasuki ruangan Widya, menampilkan wanita cantik yang terkulai lemas di brankar. Baskara menatap Widya nanar, hanya Widya satu-satunya cewek yang diperdulikan oleh Baskara. Sisanya tidak. Apalagi cewek bernama Cemara Munarams. Baskara duduk di sofa dekat brankar, menunggu cewek itu membuka matanya yang indah dengan bulu mata yang lentik. Widya memang selalu ceria, walau di dalamnya menyimpan luka.
****
"Ardira! Baskara mana?"
"Dia belum dateng dari tadi."
"Oh, gitu. Kalau udah dateng, Ara nitip kasih ini, ya." Ara memberikan sebuah kotak makan berwarna pink kepada Ardira.
"Ini apa?"
"Brownis cokelat, itu kesukaan Baskara, kan?"
"Iya, ya udah entar gue kasih."
"Oke, makasih ya, Ar." Ara berbalik, berniat kembali ke kelasnya sebelum tangannya dicekal.
"Nanti pulang sekolah bareng, ya?"
"Hah? Kalau ada Baskara, Ara mau pulang sama Aska."
"Kalau dia gak masuk, lo pulang sama gue ya?"
"Ya udah, Ara masuk kelas dulu."
Senyum Ardira tercetak jelas di bibirnya. Zersa yang melihat itu hanya bersiul-siul.
"Oh ternyata sekarang hobinya Ardira itu nikung temen."
"Kan Baskara gak suka dia, terus gue nikungnya di mana?"
"Ya kali bisa Ara suka sama lo."
"Bisa lah, siapa bilang enggak?"
"Gue bilang enggak."
"Gue bakal buktiin kalo Ara bisa suka sama gue."
"Kalo dia gak bisa suka lo, lo minta maaf sama anak sebelah." Sebelah yang dimaksud Zersa adalah kelas XII 3.
"Deal. Lo pikir gue banci? Gak berani minta maaf sama mereka?"
"Gue rasa lo lebih dari itu, makanya gue buat tantangan ini."
"Ehem.." Deheman itu sangat dikenal keduanya, deheman seseorang yang sangat menakutkan karena kesangarannya dengan body yang indah dipandang bagi kaum adam.
"Eh, Ibu Rifa. Makin cantik aja bu, makan apa?"
"Cepat baris diluar! Kamu gak dengar sudah bel? Dan jangan coba-coba kabur!" Ya memang sekolah mereka menerapkan murid-muridnya untuk berbaris di luar kelas dulu sebelum memulai pelajaran.
"Iya, bu. Jangan galak-galak dong sama orang ganteng kayak gini." Ucap Zersa, memuji dirinya sendiri.
"Iya kamu ganteng, kalau dilhat dari monas pakai sedotan!"
"Tega, anda!!" Ucap Zersa nendramatisir dan langsung ditarik oleh Ardira ke barisan sebelum mereka terkena masalah.
****
Pelajaran Bahasa Indonesia, pelajaran yang sangat membosankan bagi Ara. Entah sudah keberapa kalinya dia menguap, berusaha mengendalikan rasa kantuknya sampai benar-benar tak tertahankan. Tiba-tiba dia memikirkan Baskara, kemana cowok dingin itu?
"Ara.. weh.. sstt.. Ara.." Carnelie memanggilnya sambil berbisik-bisik. Ara menoleh dan menampilkan wajah bingungnya.
"Kata Virdo, Widya gak masuk." Virdo adalah pacar Carnelie dari kelas XI dulu.
"Baskara juga gak masuk." Ucap Ara pelan.
"Apa Baskara sama Widya?"
"Gak tahu. Gue harap sih enggak."
"Tapi kata Barga, Widya sakit." Dan Barga adalah pacar Widya.
"Terus Baskara bolos?"
"Pastilah, emang tuh anak ke mana lagi." Ara hanya mengangguk, memaklumi kebiasaan buruk Baskara. Yang Ara pikirkan hanyalah, apa benar Widya berpacaran dengan Barga? Kenapa dia tidak pernah melihat mereka dekat? Malah justru Baskara lah yang selalu ada di sisi Widya.
****
Hai. Komen boleh kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...