"Aska!! Ara mau pulang bareng Aska dong!"
"Gak."
"Ayolah, Aska. Sekali ini aja."
"Gue bilang gak ya enggak!"
"Baskara kia jadi pulang bareng kan?" Itulah Wydia, teman kecil Baskara yang masih bersahabat baik hingga sekarang. Tapi tidak ada isu kalau Baskara mencintai Wydia atau Wydia mencintai Baskara. Yang orang tahu mereka hanya bersahabat.
"Ih, Wydia. Gue mau pulang sama Aska."
"Aska bilang dia ngajak gue pulang bareng."
"Gak usah dipikirin si entok bebek, nih pake." Ucap Baskara memberikan helm pada Wydia namun direbut oleh Ara.
"Ara! Kasih ke Wydia!"
"Udah lo pulang sama Ara aja, gue bisa naik taksi kok."
"Gak bisa! Lo pulang bareng gue, gak ada penolakkan! Dan lo Ara, bukan berarti lo ngambil helm gue dan gue gak bisa pulang." Baskara sudah bertenger di motornya dan mengisyaratkan Wydia untuk segera naik. Setelah itu mereka meninggalkan Ara dengan rasa kecewa yang melanda hatinya.
"Murahan sih, makanya Aska gak mau sama lo!" Celetukan dan sindiran selalu didapatkannya. Mengapa jatuh cinta bisa sesakit ini?
Ara hanya berjalan gontai, menghampiri teman-temannya di halte bus dan menunggu bus atau angkot datang. Hari yang sunyi akan menyambutnya lagi di rumah. Ara membuka pintu rumah dengan kunci yang dia bawa setiap hari, dia menyalakan lampu ruang tamu dan berjalan ke kamarnya. Berhubung besok akan diadakan ulangan, lebih baik dia belajar. Daripada harus larut dalam kesedihan karena Baskara, cinta pertamanya.
Suara telefon yang memecah konsentrasinya membuat Ara kesal sendiri.
"Siapa sih?" Ucap Ara sambil membuka aplikasi chat di ponselnya.
Ardira aded you as a friend
Ardira Galilei
Hai, gue Ardira. Gue temennya Baskara, lo tau kan?
Iya
Lo jangan sedih, Baskara pasti bisa suka sama lo.Gue gak bisa sedih kok hehe :)
Semuanya bohong, nyatanya tidak ada senyum yang tercetak di bibir Ara seperti biasanya.
Gue tahu lo lagi sedih, lagipula lo gak usah khawatir Widya suka sama Baskara, karena Widya udah punya pacar. Khawatir aja sama Baskara yang bisa suka sama Widya.
Lo gak membantu.
TINGSatu notifikasi membuat mata Ara terbelalak lebar.
Baskara Ganeva
Maaf buat yang tadi.
Entah Ara bermimpi apa semalam, bahkan Baskara sudah membuka blokirnya. Ini suatu kemajuan bagi Ara.
Gak apa kok.
Lo pulang naik apa tadi?
Naik angkot :(
Aku sayang kamuh..
Hah? Sama dong.
Dibajak Ardi, gue gak ada niatan buat chat lo.Setelah itu Ara di blokir lagi oleh Baskara. Setitik harapan di hati Ara hilang seketika. Bagaimana bisa Baskara setega itu dengan dirinya, bahkan Ara rela untuk mati demi Baskara.
****
"Lo apa-apaan sih, Ar. Lo kalo mau nembak Ara ya langsung lo chat aja, gak usah pake hape gue. Entar tuh anak makin ngarep sama gue."
"Gue gak suka Ara, cuma lebih baik lo saring kata-kata lo lagi setiap bicara sama dia, dia cewek bukan cowok yang bisa lo perlakuin seenaknya. Kalo lo perlakuin Ara buruk berarti itu sama aja kayak lo perlakuin nyokap lo dan Widya dengan buruk."
"Gak usah bawa-bawa nyokap. Zersa mana sih?"
"Tadi katanya on the way."
"Lima menit gak nyampe, gue tinggal tu anak."
Baskara menunggu dengan Ardira, sepertinya niatannya untuk meninggalkan Zersa benar-benar akan terlaksanakan. Sudah tiga puluh menit, tidak ada tanda-tanda batang hidung Zersa akan terlihat.
"Cabut." Ucap Baskara yang langsung disusul Ardira lalu melajukan motornya masing-masing ke rumah Baskara, yang selalu sepi.
"WOI ANAK CICAK TUNGGUIN!!! GUE LUPA ARAH!!!" Teriak Zersa dari belakang. Sebuah senyuman tipis terukir di bibir Baskara, hampir tidak terlihat. Sudah lama dia tidak menaikan sudut bibirnya.
****
"Wah berasa lagi di istana gue." Ucap Zersa dilebih-lebihkan."Lebay lo ah, hampir tiap hari juga lo ke sini buat minta makan." Semprot Ardira.
"Brisik."
"Maap, bosku." Ucap keduanya.
"Lo gak ada niatan buat masakin gue sesuatu gitu?"
"Gak."
"Cemilan ada kagak?"
"Gak."
"Set dah, ini rumah gede tapi kaga ada makanannya."
"Makan terus sampe mampus." Celetuk Ardira.
"Ga seneng aja lo babon."
"Iya salah lagi gue. Bodo ah." Ardira membaringkan tubuhnya di atas karpet berbulu di ruang tamunya sambil mengutak-atik ponselnya.
"Ka, dipikir-pikir lo kayaknya jahat banget sama Ara."
"Gak usah bahas tuh anak."
"Dia curhat sama gue."
"Gak usah diladenin."
"Dia curhat, katanya dia cemburu ngeliat lo deket sama Widya."
"Bodo."
"Terus katanya dia mau berjuang sampe ngedapetin hati lo." Baskara hanya diam, malas menanggapi.
"Lo bener-bener gak ada rasa sama Ara?"
"Gak."
"Kalo lo sama Widya?"
"Widya temen gue dari kecil, jelas ada rasa."
"Rasa cinta maksud lo?"
"Gak. Gue gak cinta perempuan manapun."
"Nyokap juga enggak?"
"Gak." Baskara hanya melanjutkan permainannya di play station sementara Zersa streaming drama Korea dan Ardira berbaring di karpet, mendengarkan curhatan Ara dengan setia. Baskara tidak peduli dengan Ara. Ara bodoh. Cemara Munarams bodoh. Kenapa harus mengejar dirinya? Lelaki berhati es yang tak tau kapan akan mencair.
****
Nih part yang ditungguin..

KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Roman pour AdolescentsBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...