Baskara turun dari motor hitamnya. Kali ini ia malas untuk mengendarai mobil, apalagi cuaca yang sangat bagus sedang terjadi saat ini. Ia masuk ke dalam gedung perkantoran, dimana ia akan menyerahkan dokumen-dokumen untuk keperluan kuliahnya di Jerman. Memang kuliahnya di Jerman, tapi mereka mempunyai kantor cabang khusus di setiap negara-negara yang bekerja sama dengan mereka. Jadi jangan heran kenapa kampus tersebut banyak diminati orang-orang.
Hari ini pula Ara menerima hasil tes masuk dari suatu universitas negeri terkenal di kota ini. Ara belum tahu tentang rencana Baskara, ia akan menunggu waktu yang tepat untuk memberi tahu Ara. Ia juga tak mau egois untuk memaksa Ara untuk ikut dengannya. Tidak. Dia tidak akan sanggup.
Terlepas dari hubungannya dengan Ara yang mana sudah jauh lebih serius, ia juga masih memikirkan tentang perjalanan hidup mereka masing-masing.
"Baik, karena datanya sudah lengkap, kami akan proses secepatnya ya. Karena kamu telat menyerahkan datanya, jadi jika kamu diterima, kamu akan langsung berangkat pada jadwal yang sudah ditentukan, yaitu dua hari lagi. Harap segera mengurus itu karena melihat nilai kamu, sepertinya kamu akan diterima."
"Baik, terima kasih." Baskara lalu meninggalkan gedung itu. Ia akan bertemu dengan Ara di cafe yang sudah mereka rencanakan.
Tak butuh waktu lama untuk sampai, Baskara mengedarkan pandangannya dan melihat Ara disitu dengan baju sabrina berwarna putih dan rambut yang diikat setengah membuat perempuan itu sangat manis. Baskara menghampirinya dan meletakan bunga yang sudah dibelinya di meja.
"Hai." Sapa gadis itu manis.
"Gimana? Keterima?" Ara tak langsung menjawab, matanya mulai berkaca-kaca membuat Baskara khawatir.
"Gue..." Gantungnya.
"Ih, kenapa?"
"KETERIMA!!" Senyum sumingrah langsung di tampilkan gadis itu. Baskara ikut bahagia melihatnya.
"I know you can do it." Ucap Baskara sembari mengelus rambut Ara.
"Lo ada rencana kuliah dimana, Ka?"
"Jerman." Ara yang sedang meminum smoothies-nya terbelalak.
"Bercanda lo?"
"Engga, bener kok. Tadi gue baru anter data-datanya."
"Oh..."
"Kenapa, Ra?"
"Semoga keterima ya, gue khawatir aja tadi, but i know you can do it too!"
"Khawatir kenapa?"
"Ya... Kita jauh lagi. Tapi tenang, gue gak akan ngerengek biar gak ditinggalin lo kok."
"Iya gue tahu, Cemara yang sekarang udah kuat ya."
"Gimana gak kuat ngadepinnya modelan orang macem lo." Sinis gadis itu.
"Cih, nyindir."
"Eh lo mau makan apa? Gue yang traktir." Ucap gadis itu.
"Minum air putih aja, masih kenyang." Baskara sebenarnya lapar, hanya saja ia tak mau gadis itu menghabiskan banyak uang untuk dirinya.
"Makasih, ya, bunganya. Cantik kayak gue." Ucap Ara sambil mencium bunga yang dibawakan Baskara.
"Pede banget lo."
"Suka-suka gue."
Baskara menghabiskan air putih yang baru saja datang di hadapannya dalam satu tegukan. Dia haus.
"Kek gak dikasih minum dua tahun." Cibir Ara.
"Nyinyir mulu kerjaan lo."
"Cih, ketularan lo nih. Makanya jangan judes-judes."
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Roman pour AdolescentsBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...