P A R T 26

1.1K 54 4
                                    

Baskara butuh pendengar, jadilah seperti itu.
-Sabitha Kristhy

****

Perasaan Ara tak menentu, tadi Ara menghampiri Baskara di cafe, ternyata ia bersama seorang gadis. Setelah memfoto, Ara mengirimkannya ke Stefany. Benar, itu gadis yang Baskara antar pulang waktu itu. Ara ingin mengatakan bahwa dirinya cemburu, tapi nyatanya ia tidak bisa kan? Apa yang akan cowok itu pikir nanti jika bukan siapa-siapa lalu cemburu. Lagipula Baskara dan gadis itu hanya berteman, seharusnya Ara tidak usah begini kan?

Tring.

Incoming call from Baskara G

"Halo?"

"Tumben chat gue di read doang."

"Gak sempet bales tadi."

"Oh, sekarang sibuk, ya?"

"Gak, cuma lagi ngerjain tugas." Memang benar ia sedang berhadapan dengan meja belajarnya.

"Oh, ya udah kerjain tugas dulu aja."

"Kenapa?"

"Mau cerita tadinya."

"Ya udah cerita aja, Ara bisa sambil dengerin kok."

"Tadi mama gue ke rumah sama Widya."

"Terus gimana?"

"Ya gitu, gue masih belom bisa nerima, akhirnya gue berantem sama mama dan Widya."

"Kok gitu sih? Aska harusnya dengerin mama Aska dulu, gak boleh gitu." Di seberang sana Baskara mengernyit tidak nyaman.

"Tap..."

"Aska, apa pun alasannya, Aska harus bersyukur punya mama, punya mama yang masih sayang sama Aska. Aska harus kasih mama Aska kesempatan sebelum terlambat."

"Ra, gue tahu." Ucapnya tegas.

"Maaf, Ka."

"Gak usah minta maaf. Gue tutup dulu."

Tut.

Ara memandangi ponselnya yang hanya menampilkan menu utama ponselnya dengan wallpaper foto Baskara saat memboncengnya, mungkin sampai sekarang cowok itu tak pernah tahu Ara pernah memfotonya.

Di sisi lain Baskara duduk di tepi kasurnya, terus memandangi kontak gadis yang berhasil membuatnya merasa memiliki seseorang untuk mendengar. Baskara menekan tombol hijau dan tak lama panggilan itu tersambung.

"Hai, tumben telfon."

"Gue mau cerita."

"Cerita aja, gue akan denger."

"Tadi mama gue dateng sama sahabat gue, Widya."

"Terus gimana? Setau gue hubungan kalian gak baik, kan?"

"Kita adu mulut, gue masih gak bisa nerima mama."

"Hm.. Gue ngerti. Pasti masih kecewa, kan?" Baskara tersenyum mendengar jawaban gadis itu.

"Ta, ada satu fakta yang harus lo ketahui."

"Apa?"

"..."

"Jadi.. Astaga, Ka. Lo harus cari tahu dulu, sih."

"Iya, gue lagi cari tahu tentang itu."

"Mau cerita apa lagi?"

"Gue kesel sama Ara."

"Kenapa?"

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang