P A R T 13

1.5K 71 0
                                        

Cemara turun dari angkot. Saat Rachel menyuruhnya berangkat bersama Baskara, cowok itu menolaknya. Dengan alasan takut menjadi bahan pembicaraan orang lain, padahal ini bukan yang pertama kali Ara berangkat bersama Baskara. Namun daripada membuat cowok itu marah, lebih baik Ara mengalah.

"Iya, itu cewek yang ngejar-ngejar Baskara." Ara memejamkan mata saat mendengarnya.

"Gak tau diri banget, malu gue satu kelas sama dia." Sahut teman yang lain.

"Dia kan cewek, gak punya harga diri apa?"

Bukan gak punya harga diri, Ara cuma mau memperjuangkan yang Ara rasa patut untuk diperjuangkan. Jawabnya dalam hati.

"Cewek padahal takdirnya dikejar, bukan mengejar." Ujar adik kelasnya.

"Padahal anaknya manis, baik, tapi murahan ternyata." Ara mempercepat langkah kakinya menuju kelas, sudah muak mendengarkan omongan orang-orang yang menyakiti dirinya.

"Pagi-pagi gak usah gibah!" Tegur cowok jangkung di belakang Ara.

"I.. Iya, maaf Kak Barga." Cicit cewek itu takut.

"Lo harusnya minta maaf sama Ara, bukan gue."

"Maaf, ya, Kak Ara."

"Iya." Ara hanya tersenyum.

"Lo gak apa-apa?"

"Lo seharusnya gak harus ngelakuin hal itu." Ucap Ara tenang.

"Gue udah muak, lagi pula, lo gak capek berjuang terus?"

"Capek, tapi membuahkan hasil kok." Ara tersenyum ramah sebelum sosok tubuh menabrakan bahunya.

"Ngobrol jangan di tengah jalan!" Ucapnya ketus.

"Aska! Ini ada roti buat Aska!"

"Makan aja sendiri, gak butuh." Ara tersenyum lemas.

"Itu yang maksud lo membuahkan hasil?"

"Udah gak usah dibahas, Aska lagi bete kayaknya."

"Terserah lo, deh. Kalo lo butuh apa-apa kabarin gue."

"Iya, makasih, ya." Ara tersenyum.

Ada mata yang sendari tadi menatap mereka tidak suka. Rasanya bahkan Barga lebih dekat dengan Ara daripada dirinya.

****

"Barga! Kita perlu bicara."

"Kenapa?"

"Aku mau kamu jauhin Ara."

"Maksud kamu?"

"Aku gak mau kamu deket sama dia."

"Kenapa, Wid?"

"Aku cemburu. Kenapa dia lebih deket sama kamu dari pada aku sama kamu."

"Wid, kamu tuh jangan childish gini lah."

"Kamu juga jangan egois. Bagi waktu kamu juga sama aku."

"Kan aku udah bilang, aku mau ngejar beasiswa Amerika."

"Tapi kita bener-bener gak ada waktu."

"Gak setiap hari kita harus sama-sama terus, Widya. Dewasa lah."

"Kamu sibuk tapi nawarin Ara bantuan?"

"Aku kasian sa..."

"Kamu gak kasian sama pacar kamu sendiri? Aku kemana-mana sendiri, status doang taken tapi serasa jomblo!"

"Terserah kamu, ya, Wid. Aku capek." Barga berjalan menjauh.

"Kamu jalan satu langkah lagi kita putus!" Barga tetap berjalan tanpa memedulikan ancaman Widya.

Widya yang kesal menghentakkan kakinya ke lantai koridor sambil menangis. "Gue udah relain Baskara buat lo, sekarang lo ambil Barga dari gue?"

****

"Aska! Gue mau ngomong."

"Ada apa?"

"Gue putus sama Barga."

"Cowok brengsek!" Baskara langsung tersulut emosi.

"Bukan karena Barga, karena Ara."

"Ara?"

"Cewek yang ngejar-ngejar lo itu deket sama Barga."

"Terus salah?"

"Salah! Barga jadi lebih sering sama dia dari pada gue."

"Widya, gue bakal ngomong ke Ara." Widya tersenyum menang.

"Dengan satu syarat."

"Apa?"

"Lo jangan sentuh Ara sedikit pun."

"Jadi lo udah mulai suka sama cewek itu?"

"Bukan, gue gak mau tangan lo kotor." Widya semakin tersenyum lebar, merasa akan memenangkan perang yang dimulainya sendiri dengan Ara. Ara tidak akan pernah menggantikan dirinya.

****

Maaf pendek banget :) tapi ini benar" sudah di usahakan ditengah kesibukan anak kelas 9 yang penuh dengan TO, USBN, PAS, dan segala macem :)

btw mau curhat deh, ini pengalaman yang bodohnya banget". Jadi dulu gue ga ngerti maksud dari skripsi apa sampe" ulangan biasa gue sebutnya skripsi dan itu malu banget :)

sekian, salam author XX

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang