Ya, kalian jangan kaget kalau Ara sudah diperbolehkan sekolah kembali, ini semua karena dia yang memaksa untuk masuk ke sekolah, hanya untuk menemui cowok dingin Baskara itu, memang dia bucin.
Gadis mungil itu berjalan gontai, lemas dengan perlakuan lelaki yang katanya pacar. Mana ada seorang pacar memperlakukan wanita dengan buruk. Ia membuka ponselnya, pesannya masih tak dibalas oleh lelaki itu, apa dia marah karena Ara terlalu ceroboh? Sekarang ini, sepertinya apa pun yang Ara lakukan adalah suatu kesalahan di mata Baskara.
"Baskara tuh toxic, Ra! Dia cuma mau lo ngikutin kemauan dia tanpa mau tau kemauan lo, gak usah bertahan sama cowok kayak gitu, gak ada gunanya, Ra."
Gadis itu teringat ucapan Carnelie. Hati kecilnya sangat sakit saat ia merasa hal itu benar adanya. Apakah dirinya terlalu gampangan bagi Baskara, sehingga lelaki itu tidak perduli dengan perasaannya?
Tin!!!
Ara tersadar dari lamunannya, ia segera menoleh pada asal suara. Suara itu adalah suara motor Baskara, ia tepat berhenti di depannya membuat Ara melongo kebingungan. Lelaki itu sulit sekali ditebak.
"Naik." Ara langsung menurutinya tanpa menjawab.
Selama perjalanan, tak ada satu pun yang membuka suara. Ara merasa sangat canggung, bahkan hanya untuk memegang pinggang cowok itu.
"Ra, kita putus ya."
Bagai disambar petir di siang hari, gadis itu tak berkutik lagi. Ia pun tak punya energi untuk menjawab, apa salahnya? Apa hal buruk yang telah ia lakukan untuk merubah cowok itu? Kenapa rasanya sakit sekali? Kenapa?
"Ra?"
"Eh, iya." Ara tak dapat berbicara lagi.
Baskara pun terdiam, ia mengharapkan gadis itu untuk menahannya, setidaknya meminta penjelasan atas permintaannya tadi sehingga ia bisa mempertimbangkan. Tetapi jika Ara- gadis tersabar yang pernah ia temui pun sudah terima, Baskara tahu ia telah kecewa. Maka dari itu tak ada yang perlu dipertimbangkan lagi melainkan memutuskan hubungab mereka itu. Baskara cukup bersyukur dengan adanya Ara, setidaknya cowok itu dapat merasakan kembali rasanya dicintai, tetapi mungkin Ara tidak merasakan hal yang sama.
"Udah sampe, Ra. Jaga diri, ya." Ara hanya tersenyum tulus dan masuk ke rumahnya.
Baskara menitikan air mata di dalam helmnya. Ia tak kuat, ia juga mati rasa. Ia segera menuju ke rumah Rachel dengan kecepatan tinggi.
****
"Lo. Bego. Banget. Aska!!" Rachel langsung melempar bantal sofa ketika mendengar adiknya berkeluh kesah.
"Gue jadi cewek lo gak kuat, udah gue putusin duluan. Ngejar aja ilfeel deh gue. Ara sabar banget ya sama lo." Ucap Rachel lagi, sementara Baskara hanya terdiam.
"Sadar gak kalo Ara celaka terus karena lo! Bukan karena dia ceroboh sendiri! Harapan Ara satu-satunya itu cuma lo!"
"See? Gue mau jauh dari dia karena gue tahu orang-orang juga akan mikir gue pembawa masalah dalam hidup Ara, lalu buat apa kita masih sama-sama kalo kayak gitu?"
"Lo egois, Ka. Lo tuh sebenernya kecewa kan, papa meninggal karena selamatin dia, iya kan?!" Rachel benar-benar hilang kesabaran. Sementara Baskara terdiam lagi karena hal itu benar adanya.
"Baskara Ganeva! Lo harus dewasa! Bisa-bisa nya lo nyalahin anak kecil yang gak tahu apa-apa tentang hal itu?"
"Gue bukan nyalahin, tapi sakit buat gue kalo gue deket dia terus!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...