P A R T 17

1.6K 67 2
                                    

Cinta adalah rasa sakit yang tertunda -Cemara Munarams

****

Mereka berdua menjalani hari-harinya seperti biasa. Tanpa saling menyakiti, tanpa menunda rasa sakit yang akan terjadi kedepannya. Tanpa tegur sapa yang biasanya Ara lakukan. Tanpa makian yang biasa Baskara lontarkan. Semuanya terasa damai, bagi hati keduanya, bagi orang-orang yang menyaksikannya.

"Aska, lo marahan ya sama Ara?" Tanya Widya.

"Bukan urusan lo." Bahas Baskara dingin, karena Widya juga ikut ambil alih atas kerenggangan hubungannya dengan Ara.

"Aska belom maafin Widya?"

"Udah, lebih gue maafin lagi kalo lo diem." Ujarnya tajam sebelum meninggalkan Widya sendiri di kelas.

Ara, lo udah merenggut semuanya dari gue.

Tak lama Widya melihat Ara melintas di depan kelasnya. Dengan ide cemerlang Widya segera mengikutinya.

****

"Ara, tolong kamu ambil bola kasti dan tongkatnya ya di gudang." Ucap guru olahraganya itu.

"Iya, pak." Ara segera berjalan menuju gudang.

Tanpa niat ingin berlama-lama, Ara segera mengambil barang yang diperlukannya. Tapi sebelum ia dapat keluar, pintu gudang tertutup rapat dan terkunci dari luar. Ruangan sempit itu seakan menggilas paru-paru Ara yang semakin sesak itu. Dia benci tempat sempit dan gelap seperti ini.

"Siapa pun, tolong!" Ara menggedor-gedor pintu gudang dengan sisa tenaganya.

"Tolongin Ara!!!"

"To.. Tolong..." Rintihnya.

Ara sempat mendengar pertengkaran di depan gudang sebelum akhirnya pandangannya berubah menjadi gelap.

****

Bau minyak kayu putih langsung menyengat indra penciuman gadis yang terbaring lemah di brankar itu. Ara menoleh ke samping dan mendapati Barga berada di sana, padahal hati kecil nya masih mengharapkan Baskara.

"Barga.. yang tolongin Ara tadi?"

"Iya, Ra."

"Siapa yang berbuat kaya gitu sama Ara?"

"Tadi Baskara ada di depan gudang, bawa kunci. Siapa lagi kalau bukan dia pelakunya?"

"Beneran?"

"Iya, Ra. Udah lo diem-diem aja di sini. Jangan deket-deket sama Baskara."

"I.. Iya." Hati nya menolak percaya bahwa Baskara merupakan pelaku semua ini tetapi mengapa logikanya mendesak untuk percaya? Masuk akal jika Baskara membenci Ara dan ingin membalas dendam padanya karena sudah mengusik kehidupan cowok itu semasa lalu.

"Barga, bukannya masih ada pelajaran."

"Ah, itu, gue bolos."

"Kenapa bolos? Barga.. Ara gak mau jadi penghalang jalan orang lain lagi.."

"Lo gak jadi penghalang jalan gue kok, gue yang akan nyamperin lo."

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang