P A R T 21

1.4K 57 1
                                    

Kalau kebahagiaanku bukan karenamu, lalu karena siapa?
-Cemara Munarams

****

Hari-hari di sekolah kembali menyenangkan lagi rasanya. Sudah terdengar gelak tawa Baskara dan teman-temannya, Ara sudah kembali tersenyum lagi, Stefany dan Carnelie kembali bergosip lagi, semuanya kembali normal.

"Eh, lo kok bisa deket sama Ardira?" Tanya Carnelie penasaran.

"Gak deket, temen doang." Ucap Stefany. Tiba-tiba nadanya berubah.

"Sorry, salah pertanyaan, ya?" Ucap Carnelie mengerti.

"Gak apa-apa. Kalo lo, Ra, gimana sama Baskara?"

"Gak gimana-gimana."

"Dia udah nembak lo?"

"Belom, lah!" Ucap Ara, kaget.

"Loh kok kaget gitu?"

"Baskara emang suka sama Ara?" Tanyanya.

"Sukalah! Bego!" Ucap kedua sahabatnya bersamaan.

"Kan bisa aja kayak dulu, Aska cuma kasih Ara harapan karena bosen."

"Tapi gue yakin seratus persen deh kali ini dia serius." Ucap Carnelie yakin.

"Tapi Ara belom siap untuk sakit lagi."

"Yah, itu sih, pilihan lo." Ucap Stefany.

"Emang temennya Aska dukung?" Tanya Ara lesu. Ia tahu tidak pernah terjadi hubungan diantara kelas XII 2 dan XII 3.

"Ardira sih dukung." Ucap Stefany sedikit ragu.

"Yakin?"

"Em... Gak tahu, sih. Harusnya dia dukung kalo emang sayang sama lo." Ucap Stefany tiba-tiba. Sadar akan omongannya, Stefany menepuk jidat.

"Aduh, keceplosan."

"Ardira suka sama Ara?" Stefany hanya mengangguk menanggapi Ara.

"Dan Ara tebak Stefany suka sama Ardira?" Tanya cewek itu penuh selidik.

"Iya. Tapi gak bisa dipaksain, kan?"

Ara menggebrak meja, "Astaga, Stef! Jadi ini kenapa Stef sedih kalau Ardira jutek sama Stef?!"

"Jangan kenceng-kenceng!!" Untung keadaan kelas sedang sepi karena sedang istirahat.

"Sabar, gue ke toilet dulu. Kalian jangan lanjutin pembicaraan ini sampai gue selesai, oke?" Ucap Carnelie tiba-tiba.

Saat tinggal keduanya di dalam kelas, keduanya terjebak dalam zona canggung.

"Em, Stef, lo gak apa-apa?"

"Gak apa-apa, Ra. Santai aja."

"Gimana Stef bisa tahu kalo Ardira suka sama Ara?"

"Dia yang bilang sendiri ke gue." Sementara, Stefany terbang lagi ke dalam pikiran masa lalunya.

****

Saat mobil Ardira sudah sampai di depan rumah Stefany, cewek itu tidak langsung keluar membuat Ardira menoleh kearahnya dengan tatapan tanya.

"Udah sampe." Peringatnya.

"Gue tahu." Ucap Stefany.

"Terus kenapa gak turun?"

"Ada yang mau gue omongin."

"Apa?"

Stefany menghembuskan nafasnya, bahkan ia tak yakin akan bernafas lagi setelah mengatakan hal ini pada Ardira. Cewek itu sudah bertekat bulat, ia akan memberitahu Ardira yang tidak peka itu tentang perasaannya. Stefany tidak dapat menahannya lagi, selama ini dia hanya terjebak dalam zona 'bimbang sendiri' karena pikirannya itu.

"Gue suka sama lo." Ucapnya dengan satu tarikan nafas.

"Hah?" Jujur, jawaban cowok itu sangat mengecewakan.

"Gue suka sama lo, Ardira." Ucap Stefany yang lalu memberanikan diri menatap cowok yang tengah memandangnya datar.

"Gue denger, maksudnya gue minta penjelasan."

"Oh." Stefany menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga karena malu.

"Apa yang harus dijelasin?" Kata Stefany.

"Kenapa lo bisa suka sama gue?"

"Dari dulu, dari semenjak Ara suka sama Baskara, gue jadi sering liat lo. Lo sering ketawa bareng Baskara sama Zersa dan gue suka ngeliat senyuman lo, apa salah kalo gue suka sama lo?"

"Salah."

"Apa yang salah?"

"Karena gue suka orang lain." Ucap cowok itu tetap tenang. Ardira ini lebih menyeramkan daripada Baskara.

"Gue cuma mau nyatain perasaan gue, bukan gue mau lo suka sama gue balik. Walau emang gue pengen itu, tapi gue gak nuntut hal itu sekarang."

"Masalahnya berbeda. Gue suka sama sahabat lo, Ara." Stefany tertegun walau sebelumnya dia memang sudah menduga hal ini. Tetapi saat Ardira sendiri yang mengatakan langsung, entah kenapa terasa semakin sakit.

"Gue tahu." Suara cewek itu sudah bergetar.

"Stef.."

"Udah, gak usah ngomong lagi. Makasih tumpangannya." Setelah itu cewek dengan kaos abu-abu itu keluar dari mobil Ardira dengan lelehan air mata yang terus menerus keluar sementara cowok di dalam mobil itu hanya tertegun, kehabisan kata-kata.

"Gue harap lo gak mengejar gue. Gue gak mau cewek sakit karena gue." Ucapnya pada udara di dalam mobil sebelum benar-benar pergi meninggalkan rumah Stefany dan gadis itu dalam duka.

****

"Stef, kok lo nangis sih?" Ara panik dibuatnya.

"Gak apa-apa, Ra. Gue keluar dulu." Carnelie yang baru masuk ke dalam kelas itu memandang Ara dengan tatapan tanya dan yang dipandang hanya mengedikan bahunya.

"Nih susu coklat sama roti buat lo dari pangeran." Ucap Carnelie dan menaruh barang-barang itu di meja Ara.

"Dari Baskara?"

"Iya, lah, siapa lagi yang mau ngasih lo gituan." Ara tersenyum.

Ia bahagia saat ini, tetapi Stefany sedang dalam keadaan duka. Ara harus meluruskan hal ini dengan Ardira. Dia tidak mau persahabatannya rusak hanya karena hal ini.

****

disukain sama gebetan temen gak enak banget sumpah 😞

RIP legend 😞💔

Btw itu mulmed lagunya sedih banget, ngewakilin Stefany, jadi masukin aja deh :)

Part ini agak pendek ya :(

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang