P A R T 10

1.8K 84 0
                                    

Ara masuk ke dalamnya, mengendap-endap takut ayah atau ibunya terbangun. Pecahan beling yang berserakan masih berantakan di lantai yang membuat Ara semakin kesulitan untuk buru-buru naik ke kamarnya. Walau hatinya gusar, senyumnya tetap tak lenyap dari wajahnya yang manis itu. Semua dikarenakan cowok dingin bernama Baskara Ganeva. Ara tidak menyangka kalau Baskara akan sebaik itu padanya. Walau Baskara masih tetap saja mencemoohnya, setidaknya Ara tidak dianggap bayangan lagi oleh cowok itu.

KRING

Ara mengumpat dalam hati dan mengutuk siapa pun yang menelfonnya sehingga menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. Ara mematikan telfon itu tanpa ba-bi-bu.

BRUK

Cewek itu membanting tubuhnya ke atas kasur yang sangat empuk miliknya.

Ternyata Baskara yang nelfon, gak jadi gue kutuk deh. Batinnya.

"Halo?" Ucapnya sedikit gugup.

"Aman?"

"Iya, aman."

"Bagus deh." Setelah itu terjadi keheningan beberapa saat.

"Em.. Aska. Makasih ya buat hari ini, udah nyelamatin Ara dari amukkan papa."

"Santai aja, that's what friend do." Ucapan cowok itu membuat hati Ara berbunga-bunga. Penantian panjang yang ditunggunya akhirnya membuahkan hasil.

"Kita teman?"

"Iyalah, lo pikir gue suka sama lo secepet itu apa?"

"Eh? Bukan gitu maksud Ara. Sebelumnya kan Aska gak pernah mau jadi temen Ara."

"Well, sekarang gue punya temen yang hidupnya gak kalah menyedihkan dari gue."

"Hehehe, iya." Kalian tidak bisa membayangkan rasanya jadi Ara. Walau biasanya cewek akan marah hanya dianggap teman, sebaliknya dengan Ara.

"Gue tidur dulu, ngantuk."

"Iya, good night sweet..."

TUT

"...dream."

Ara tersenyum memandang ponselnya yang sekarang menampilkan foto Baskara saat menyetir tadi yang dijadikan wallpaper oleh cewek itu. Untung saja Baskara tidak sadar bahwa Ara sedang memotretnya. Kalau dia sadar, jelas cowok bermata tajam itu akan marah. Kalau dia tidak marah, hanya ada dua kemungkinan, kesatu dia marah besar, kedua dia jatuh cinta.

****

KRING

Ponsel Widya yang berada di nakas berbunyi dan menampilkan nama Baskara di layarnya. Widya sedang benar-benar tidak mau berurusan dengan cowok itu. Widya tidak mau dia terikat dan berketergantungan dengan cowok itu. Walau jika itu terjadi tentu orangtua mereka akan menjodohkan Widya dan Baskara.

Gue mikir apaan sih?! Gak gak gak, sampe gue dijodohin gue bakal bunuh diri aja.

KRING

Widya memandang ponselnya sebentar, menimbang-nimbang akan mengangkatnya atau tidak. Tetapi diurungkannya. Seharusnya dia menunggu telfon dari Barga bukan? Bukan Baskara.

Widya gelisah saat Baskara tidak datang kerumahnya tadi sehabis mengantar Ara. Kenapa Widya begitu egois? Tidak mau kehilangan Barga tetapi di satu sisi lain menanti Baskara yang jelas-jelas ada wanita yang lebih baik diluar sana yang sedang mengejarnya.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang