P A R T 6

1.8K 95 4
                                    

"Ara!!" Ara menoleh pada orang yang memanggilnya, rasanya aneh melihat Baskara memanggilnya dengan wajah datar. Biasanya Baskara akan memarahinya jika dia memanggil Ara duluan.

"Ara, lo serius suka sama gue?" Baskara mencekal tangan Ara.

"Gak sekedar suka, Ara sayang sama Aska."

"Tapi kenapa muka lo mirip banget sama nyokap gue?"

"Jadi itu alasan Aska benci sama Ara?"

"Itu salah satunya."

"Ara minta maaf ke Aska kalo udah buat Aska risih sama Ara, Ara juga minta maaf udah gangguin hidup Aska terus."

"Lo gak perlu minta maaf, harusnya gue yang minta maaf ke lo tentang sikap gue ke lo selama dua tahun ini."

"Jadi Aska suka sama Ara juga?!" Ara setengah berteriak saking semangatnya.

"Gak." Ara cemberut, membuat Baskara mau tidak mau menunjukan senyum tipis hangatnya itu, hampir tidak terlihat. Senyum yang sudah tidak terbit selama setahun ini.

"Belum. Bukan berarti gak akan terjadi." Sedetik kemudian Ara tersenyum sumingrah dan berlari ke kelasnya dengan muka semerah kepiting rebus. Hari ini sangat baik untuknya, Ara rela untuk menandai kalender sekarang juga. Seorang Baskara tersenyum, dan dia alasannya!

"Heh! Kesambet lo entar senyum-senyum terus pagi-pagi gini." Ucap Stefany.

"Tau tuh, kayak abis ditembak Baskara-nya aja." Carnelie tidak mau kalah.

"Pokoknya Ara harus tandain kalender!!"

"Emang ada apa sih? Kok lo bisa se-seneng ini?"

"Jadi gini ya, Stefany-ku yang cantik.. Baskara tadi minta maaf tentang perlakuan buruknya terus dia bilang dia belom suka Ara, tapi belom berarti bukan gak akan terjadi." Ara sangat antusias bercerita dengan senyum lebar yang terus mengembang di wajahnya. Dia mengingat setiap kata-kata Baskara yang dilontarkan padanya.

"Ya ampun, udah gas terus, Ra." Stefany sangat antusias.

"Iya nih, pokoknya Ara harus deketin Baskara terus biar Baskara bisa suka sama Ara."

"Tapi ya dipikir-pikir, mana ada sih cewek ngejar cowok." Ucapan Carnelie ada benarnya.

"Ya daripada dua-duanya sama-sama malu terus memendam rasa masing-masing terus gak jadian terus mereka pisah terus mereka dijodohin sama orang lain terus.."

"Kebiasaan ya itu mulut kalo ngomong gak ada rem, titik, maupun koma."

"Kebanyakan nonton sinetron lo ah." Cibiran Carnelie mampu membuat Stefany mencebikkan bibirnya.

"Jadi gimana? Ara harus jadi cuek dulu gitu?"

"Iya, Ra. Jadi biar kita liat, Baskara tuh emang udah berubah atau belom." Ara hanya mengangguk saja atas saran Carnelie. Dia akan mencoba cuek dengan Baskara, tapi apa dia mampu?

Teringat sesuatu, Ara berucap kembali, "Kemarin Ardira megang tangan Ara."

"What?!" Carnelie berteriak dengan sangat kencang membuat semua orang di kelas menoleh kepadanya, untung saja guru fisikanya belum masuk ke kelas.

"Tuh kebiasaan sih makan toa setiap hari."

"Eh, Ra. Beneran Ardira megang tangan lo?" Tanya Stefany penasaran.

"Iya, terus Ara bingung gitu. Ara baper sama dua-duanya."

"Pilih Baskara aja sih menurut gue. Kapan lagi Cemara Munarams bisa menaklukan hati Baskara Ganeva si cowok judes sekaligus cuek itu." Ucap Carnelie semangat, sementara Stefany hanya tersenyum simpul.

Stefany sudah menyukai Ardira dari kelas sepuluh sama seperti Ara menyukai Baskara. Namun Stefany tidak seperti Ara yang mengejar Baskara terang-terangan. Stefany tidak berjuang, biarkan saja rasa itu mengalir dengan sendirinya dan perlahan tapi pasti. Tetapi seiiring berjalannya waktu, sepertinya tidak ada tanda-tanda kalau Ardira akan mencintainya kembali. Dan memang ini salahnya karena tidak menceritakan perasaannya yang terpendam pada kedua sahabatnya itu. Biar saja Ara dan Carnelie yang akan tahu sendiri nantinya. Tapi apakah hatinya mampu menahan sakit jika suatu saat nanti Ara benar-benar jatuh hati pada Ardira?

"Kok bengong, lo?" Cecar Carnelie pada Stefany.

"Mikirin kucing gue di rumah."

"Yah, bego. Gue pikir apaan."

"Ara laper, mumpung belom bel, ke kantin dulu, yuk." Membahas Baskara selalu membuat Ara lapar, entah apa alasannya.

****

"Ra!! Aska keciduk minum alkohol di pos belakang!" Ucap Stefany pada cewek itu.

"Hah? Baskara minum?"

"Iya! Cepetan lo susulin tuh ke ruang konseling."

Tanpa membalas ucapan Stefany, Ara berlari kencang menuju ruangan yang sangat ditakuti semua orang itu. Konseling. Mimpi buruk semua siswa. Ara berjengit sedikit untuk melihat Baskara-nya di dalam sana karena tirai ruangan menutupi sebagian dari jendela tersebut. Entah kenapa Ara mengeluarkan peluh, padahal seharusnya Baskara yang panik di dalam sana. Tak lama pintu ruangan terbuka menampilkan siluet lelaki jangkung, dia Baskara.

"Ara?"

"Aska gak apa-apa? Kok bisa ketahuan? Aska suka minum?"

"Iya gue suka. Kenapa? Lo gak suka?"

"Ara gak suka liat Aska minum alkohol kayak gitu. Gak bagus buat kesehatan." Rasanya Baskara ingin marah, itu kata-kata yang sangat persis saat ibunya mengatakan hal itu pada almarhum ayahnya.

"Ini urusan gue, kok lo ngatur?"

"Karena Ara sayang Aska. Coba Aska alihin dengan minum susu."

"Lo kira gue cowok apaan minum susu?"

"Ya pokoknya Baskara boleh minum apa aja asal jangan alkohol, Ara gak... Aska dengerin dulu!!" Ara heboh sendiri karena Baskara meninggalkannya seperti orang bodoh di depan ruang konseling. Baskara sudah cukup mendengar ocehan gadis di belakangnya yang tetap menggaungkan namanya itu. Sementara cewek dibelakangnya itu mngernyit kebingungan, kenapa sikapnya beda dengan tadi pagi?

****

Baskara memasuki mini market di dekat rumahnya, berniat membeli minuman terlarang itu untuk kesekian kalinya. Dia berketergantungan dengan minuman itu, apalagi ketika cowok itu tertimpa masalah, rasa hangat yang menjalar di tenggorokannya seperti mengangkat seluruh bebannya menguar ke udara.

"Karena Ara sayang Aska. Coba Aska alihin dengan minum susu."

Tiba-tiba kata-kata yang terlontar dari cewek bermata bulat bening itu menghantuinya. Baskara melirik sebentar rak minuman keras dan membandingkannya dengan susu di depannya. Baskara mengambil beberapa kotak susu rasa cokelat dan membayarnya ke kasir, dia harus mencoba menghilangkan tabiat buruknya.

"Ini aja mas?" Ucap penjaga kasir dengan ramah.

"Iya, mbak."

"Totalnya dua puluh ribu rupiah." Cowok itu mengeluarkan satu lembar uang dua puluh ribuan dari sakunya dan segera memberinya kepada penjaga kasir tersebut dan keluar dari mini market itu sambil meminum susu cokelatnya. Jika tabiat buruk Baskara hilang, dia harus berterima kasih kepada Ara. Karena ternyata, rasa susu cokelat yang menyegarkan juga tak kalah dari minuman beralkohol yang biasa dikonsumsinya. Baskara melajukan motornya sambil membuang kotak susu yang telah habis tersebut ke sembarang arah, meninggalkan senyumnya pada cewek yang sedari tadi memperhatikannya.

"Yang saling menatap belum tentu akan menetap. Yang tinggal belum tentu tidak akan tanggal.

Semua ada fasenya, yang ada 'kan tiada. Yang hilang akan tergantikan. Dan yang sudah ditakdirkan dalam genggaman tidak akan lupa kemana harus pulang."

****

sorry for long update huh 😥😥

pencet dulu bintangnyaa!!
komen yuk sekaliann!! kelanjutannya mau gimana nih??

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang