P A R T 35

1.1K 53 1
                                    

"Karena gue bukan malaikat, gue bisa jahat. Gue juga bukan iblis, gue bisa baik. Janji sama gue, lo gak akan ragu untuk meninggalkan?"
-

Baskara Ganeva

****

"Ka, kayaknya kita harus dengerin penjelasan Sabitha dulu."

"Gue gak nyangka, orang yang gue percaya bahkan dia pura-pura bantu gue untuk nyari lo biar gue percaya sama dia."

"Ka, gue korbannya aja butuh penjelasan."

"Mau dijelasin gimana juga bukannya udah jelas? Jelas kalo Sabitha ikut campur tangan dalam hal ini?"

Ara tak mengerti dengan jalan pikir cowok itu. Baskara.. Seperti orang yang berbeda dari sebelumnya. Tetap kejam dan tak kenal ampun namun sekarang dalam konteks yang berbeda. Cowok itu dulu terang-terang sementara sekarang terlalu memendam hingga Ara merasa mereka tak sepaham lagi.

"Ka, kok lo berubah sih?"

"Berubah gimana?"

"Lo jadi kayak gini, aneh. Lo jadi terlalu ngelindungin gue dan terlalu memaksakan kehendak lo."

"Gue gak mau kejadian kayak waktu itu keulang."

"Ka, gue rasa kita udah gak sepaham."

Baskara menepikan mobilnya di pinggir jalan, ia tak mau gegabah dan akan melakukan hal-hal yang disesali nantinya.

"Maksud lo apa sih, Ra?" Ucap cowok itu menatap mata Ara.

"Lo sekarang berubah jadi orang yang toxic."

"Gue gak merasa gitu."

"Mana ada orang yang ngerasa kalo dirinya berubah jadi yang lebih buruk dari sebelumnya."

Baskara diam memandangi pemandangan di luar jendela. Ia tak boleh salah bicara, bisa-bisa hubungannya retak hanya karena mereka tak sepaham.

"Ya udah, nanti kita ketemu sama Sabitha."

"Yang gue bicarain tadi bukan hanya tentang hal itu."

"Terus?"

"Gue merasa aneh sama sikap lo yang sekarang, seperti bukan Baskara yang dulu gue kenal."

"Emang sekenal apa lo sama Baskara yang dulu?"

Sekarang Ara yang terdiam. Benar kata Baskara, memang gadis itu tak pernah benar-benar mengenal laki-laki yang ada di sampingnya sekarang.

"Ra, seandainya salah satu dari kita mulai menyakiti, tinggalin, ya."

"Kenapa lo ngomong gitu?"

"Gak ada yang perlu dipertahanin kalau sudah saling menyakiti."

"Aska.. Jangan ngomong gitu."

"Karena gue bukan malaikat, gue bisa jahat. Gue juga bukan iblis, gue bisa baik. Janji sama gue, lo gak akan ragu untuk meninggalkan?"

"Gue sayang lo. Jangan biarkan gue pergi seperti waktu itu, lagi."

"Sayang juga kalo lo sakit terus, gue sakit terus, buat apa dipertahanin? Lo harus lebih mementingkan logika daripada hati."

"Karena cinta itu buta."

"Ga selamanya buta, Ra. Janji, ya?" Baskara mengacungkan kelingkingnya.

"I.. Iya." Mereka pun melanjutkan perjalanan dengan pikiran yang terus memutar di kepala.

"Maaf, ya, Ka. Udah ngomong gitu." Cowok itu tak membalas dan hanya fokus dengan jalan.

Ara merasa, kini dirinya dan Baskara bahkan lebih jauh dari dua tahun lalu. Karena jauh yang sebenarnya adalah jarak dekat tetapi merasa asing.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang