Bertemanlah tanpa perlu melibatkan perasaan.
-Sabitha Kristhy****
"Astaga, Baskara! Sudah berapa kali ibu bilang jangan melamun?"
"Maaf, bu."
"Udah sana cuci muka dulu!" Usir wali kelasnya yang kebetulan sedang mengajar itu.
Baskara keluar kelas dengan muka gusar dan lesu. Tangannya sesekali mengacak rambutnya. Kebetulan sekali ada Ara di koridor yang sedang membawa buku cetak teman-teman sekelasnya itu.
"Hai, Aska."
"Hai, Ra."
"Kenapa lesu?"
"Ada masalah." Baskara menunduk, mengistirahatkan kepalanya di pundak Ara. Hal itu membuat Ara sedikit terkejut lalu kemudian tersenyum.
"Aska, berat." Bukan karena berat, hanya saja cewek itu tak kuat menahan degup jantungnya.
"Sebentar lagi." Ucap cowok itu dengan perasaan berat.
"Cerita."
"Gak sekarang." Ucapnya lalu pergi.
Ara memandanginya dari kejauhan. Cowok itu kenapa tak terduga sekali, sih?
Baskara terus melangkahkan kaki hingga di depan gerbang sekolah dan memanjat lewat gerbang itu. Keadaannya tidak memungkinkan untuknya melanjutkan pelajaran.
Tring.
Ardira
Ka, dicariin nih loBaskara G
Gue cabutArdira
Tas lo?Baskara G
Ntr bawaiinArdira
Kunyuk, gue mempertaruhkan nyawa demi bawa tas lo doang gitu?Read
Untung saja Baskara membawa ponselnya di saku celana jadi dia tidak seperti anak hilang di jalanan. Tujuannya kali ini bukan rumah tetapi cafe tempat Zersa bekerja, siapa tahu ia akan menemukan cowok itu di sana.
Saat memasuki cafe, seluruh pengunjung di sana memandanginya dengan pandangan mengintimidasi. Mungkin mereka pikir Baskara adalah anak nakal yang cukup gila untuk bolos sekolah sendirian. Baskara mengalihkan pandangannya ke panggung, dugaannya salah, tidak ada Zersa di sana. Kemudian Baskara memilih tempat paling ujung dekat jendela untuk menikmati segelas cangkir kopi yang akan ia pesan.
"Gue gak nyangka akan ketemu lo di sini." Seorang gadis dengan tas jinjing berwarna putih itu duduk di hadapan Baskara membuat cowok itu menghembuskan nafas.
"Mau apa lo?"
"Duduk, pesen minum, ngobrol."
"Jangan di sini."
"Bolos?" Gadis itu mengacuhkan permintaan Baskara.
"Seperti yang lo lihat. Lo sendiri?"
"Gue gak kuliah, gue lulusan SMA aja, jadi gue bebas."
"Kenapa gak kuliah?" Cowok itu mulai penasaran.
"Males, ngabisin duit."
"Buat pendidikan itu bukan ngabisin duit," Baskara melirik tas jinjing gadis itu, "Kalo belanja yang mahal-mahal baru ngabisin duit."
"Setidaknya gue beli dengan uang gue sendiri."
"Anak lulusan SMA dapet duit dari mana?"
"Gue kerja sampingan, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Teen FictionBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...