P A R T 32

1.1K 54 2
                                    

Mungkin.. yang hilang tidak usah diharapkan untuk pulang dan yang pergi tak perlu dicari lagi.

****

"Gimana kemarin?" Tanya Zersa penasaran saat Baskara baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi.

"Ara ketemu."

"Terus? Ya ilah lo cerita pelit amat."

"Kepo amat."

"Ara beneran diculik?" Tanya Ardira.

"Ia." Jawab Baskara singkat, masih tak menyangka apa yang telah ia lakukan kemarin malam.

"Irit ngomong amat lo, ngomong satu kalimat gak akan mati kok." Ucap Zersa dengan senyumnya yang mengerikan.

"Gue ngelakuin hal bodoh kemarin."

"Bukannya emang lo udah bodoh?"

"Kemarin lebih bodoh lagi."

"Gue tebak lo jadi baper sama Sabitha." Ucap Ardira santai.

"Kok lo tahu?"

"Pasti bakal kejadian."

"Kenapa pasti?"

"Pernah denger, kalo naluri cowok itu akan tetap ada walau dia udah punya pasangan?"

"Gak. Kayaknya lo ngawur deh." Ucap Zersa.

"Lo yang sempit ilmu." Celetuk Ardira.

"Intinya, lo tetep cowok gimana pun juga, Ka. Lo punya naluri cowok ke seorang cewek."

"Tapi kan harusnya cuma Ara yang ada di hati gue."

"Sabitha gak ada di hati lo, kok. Dia cuma merasuki pikiran lo aja."

"Lo bener, gue harus tahan."

"Kalo lo gak tahan, kacau."

"Hari ini gue mau bawa polisi ke sana."

"Goodluck."

****

Baskara, Sabitha, dan beberapa aparat polisi lainnya sedang berada di depan gedung itu. Beberapa polisi mendobrak gedung itu dan menerobos masuk. Baskara langsung naik ke lantai atas, ia tak menemukan apapun selain secarik kertas yang terletak di atas meja kayu tua.

          Bodoh. Aska. Bodoh banget. Gue tahu lo semalam di sini. Lo gak akan nemuin cewek lo ini kalo lo bawa rombongan. Ayo ketemu berdua, tanpa cewek yang nemenin lo itu. Lalu kita diskusi.

Baskara menyerahkan surat itu pada polisi. Polisi pun menggeledah gedung itu dan mengambil beberapa cap sidik jari yang memungkinkan.

"Ka.. Sorry, Ara gak bisa cepet ketemu." Tangan Sabitha mengambil ancang-ancang untuk mengelus pundak Baskara tetapi langsung ditepis cowok itu.

"Gak apa. Ayo pulang."

****

Baskara melempar kunci mobilnya asal di atas meja makan rumahnya. Baskara mengacak rambutnya frustasi sambil menaiki tangga. Sehabis mengantar Sabitha pulang, ia benar-benar kalap. Ternyata ucapan Ardira benar, Baskara masih memandang Sabitha layaknya seorang laki-laki diluar sana.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang