P A R T 40

1K 42 0
                                    

"Jadi jalan kan?" Ucap Ara saat bel pulang berbunyi.

"Gue sih jadi. Soalnya gak ada rencana sama yang lain." Sindir Carnelie untuk kesekian kalinya.

"Jadi kok, Ra."

"Gue kira ada rencana sama Virdo."

"Gak, Nel." Ucap Stefany yang sudah lelah, Ara pun menatap keduanya heran.

"Nel, udah. Hari ini girls time, jangan bawa masalah cowok dulu." Carnelie hanya mengedikan bahunya dan pergi ke toilet untuk ganti baju.

"Stef, lo gak ganti baju?"

"Ganti di sini aja, gue udah pake bajunya tinggal buka aja."

"Sadis." Ara pun mengekor di belakang Carnelie.

Saat Stefany sendirian di kelas, Virdo datang ke kelasnya yang sudah tidak ada orang itu.

"Nelie mana?"

"Lagi ganti baju."

"Oh, kalian mau pergi, ya?"

"Iya."

"Entar kalo Nelie ada, tolong kasih ini, ya?" Virdo menyerahkan kotak berwarna pink pada Stef.

"Lo mending kasih sendiri. Tau kan, Nelie lagi sensi sama gue?"

"Dia lebih sensi lagi kalo gue sendiri yang kasih ini."

"Jangan gue, Do. Mending lo nitip ke Ara atau siapa pun, pokoknya jangan gue."

"Ya udah, gak jadi gue kasih."

"Eh, kenapa?"

"Gue deketnya sama lo doang, nanti aneh kalo gue nitip yang lain."

"Ya udah, kasih sendiri aja, Do."

"Oke, Stef, thank you." Virdo pun keluar dan Stef menghela nafas, ia rasa tindakannya sudah benar, walau Carnelie jadi tidak menerima kotak pemberian Virdo. Tidak masalah, yang penting dia tidak kena masalah lagi hanya karena membantu cowok itu.

Carnelie dan Ara yang sedang menguping di luar pun tertegun.

"Lihat, Nel? Stef gak seburuk yang lo pikir."

"Mungkin lo bener. Tapi tetep gue belom bisa percaya."

"Wajar kok, Nel."

"Eh, baru gue mau nyusul." Ucap Stef yang baru keluar kelas.

"Yuk, naik mobil Nelie kan?"

"Iya."

"Skuy! Have fun ya hari ini!!" Ara sangat girang.

Sesampainya mereka di mal, mereka langsung mampir ke toko-toko baju untuk mencari baju yang sesuai untuk mereka kenakan saat prom night nanti.

"Ra, ini oke gak?" Ucap Stef yang menempelkan salah satu gaun elegan ke tubuhnya.

"Oke sih, tapi terlalu simpel menurut gue."

"Nih, Stef, kayaknya cocok." Carnelie menyerahkan gaun yang sangat indah pada Stefany. Gadis itu tersenyum.

"Thanks, Nel. Gue ambil yang ini aja."

"Gak mau dicoba dulu? Siapa tau kesempitan?" Carnelie mencoba sarkastik tetapi itu malah dianggap kepedulian oleh Stefany.

"Pasti muat, jodoh gue sama gaun ini."

"Ayo ke kasir. Gue belom nemu yang cocok nih." Ucap Ara.

Mereka pun beranjak ke toko sebelah untuk mencari baju yang cocok dengan Ara.

"Ra, ini gimana?" Stef menunujukan salah satu gaun.

"Keramean ah."

"Ini?"

"Pendek banget."

"Ini?"

"Terlalu ketat, gila."

"Ini nih, pasti lo suka?" Ucap Carnelie.

"Heh! Ngaco!" Gaun yang ditunjuk Nelie adalah gabungan kelemahan dari gaun-gaun yang ditolak Ara tadi. Gaun pendek, ketat, dan bling-bling yang sangat norak, ditambah lagi belahan yang sangat rendah, sudah pasti Baskara akan mendiaminya selama prom night karena marah. OH IYA! BASKARA! ARA LUPA MENGABARINYA!

Ara cepat-cepat membuka ponselnya, sayang sekali ponselnya mati. Ara pun izin untuk mengecas ponselnya di mesin powerbank yang sudah ada di mal-mal besar.

Batre ponselnya sudah terisi sepuluh persen, tetapi rasanya ia akan langsung pulang saja daripada cowok itu marah karena khawatir. Saat Ara mau beranjak masuk ke dalam toko, ia melihat Stef dan Carnelie yang sedang berbincang dan tertawa lepas di sana sambil mencoba beberapa baju yang... cukup unik.

"Duh, apa gue pulang aja, ya? Biar deh Stef sama Carnelie berdua, siapa tau baikan."

Ara pun memanggil taksi dan meninggalkan Stef dan Carnelie berdua di sana. Saat berada di dalam taksi ia langsung mengirim pesan ke grup chat-nya dan mengabari Baskara bahwa sebentar lagi gadis itu akan sampai di rumah Rachel.

"Lo bakal mati, Ra."

Ara mendongak ke arah supir taksi dan terkejut. Ia berniat untuk membuka pintu mobil tetapi sudah dikunci oleh Lovi.

"KELUARIN GUE DARI SINI!"

"Gak, Ra. Kita bakal mati bareng."

"Gak mau!"

Brak.

Taksi yang dikendarai Lovi pun ia sengaja tabrakan ke arah pohon besar membuat kaca-kaca pecah dan serpihannya menusuk kulit gadis itu dan Ara. Kaki Ara terjepit di kursi mobil sehingga ia tak dapat keluar dari situ. Kepalanya sangat pening dan darah bercucuran.

Saat orang-orang berkerumun, Ara sudah tak dapat melihat apa-apa. Ia pun tak sadarkan diri.

****

No komen.

Iya part ini pendek banget.

Kadang males update udh panjang" ternyata pada sider semua, yaudah deh :)

Semoga kedepannya lebih niat ya!

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang