Just try to get my man's attention, if you get it, he's yours.
-Cemara Munarams****
Stefany yang melihat keributan antara Aldo dan wanita berambut pirang yang sudah pasti di cat itu mengernyitkan dahi saat Baskara terlihat membela gadis itu, bahkan sampai mengantarnya pulang. Stefany mengambil ponselnya setelah berada di belakang panggung untuk menghubungi Ara.
"Ra, tadi Aska nganterin cewek pulang."
"Siapa?"
"Mantannya Aldo, deh, kayaknya."
"Aldo siapa? Temen tongkrongan?"
"Iya. Lo tau?"
"Tau kalo Aska nongkrong, lagian paling cuma sebatas nganterin pulang, Stef."
"Gue sih ngasih tau lo doang, perempuan itu keliatannya gak beres."
"Iya, Stef. Makasih, ya."
"Anytime, Ra."
Di seberang sana, Ara menimang ponselnya. Kenapa rasanya gelisah? Harusnya ia biasa saja kan? Apa karena dirinya mengetahui bahwa Baskara tidak mudah mengantar orang sembarangan, apa lagi orang yang baru dikenalnya. Rasanya tidak nyaman seperti ini. Ia memutuskan untuk menelfon Baskara.
"Halo?" Jawab cowok itu di seberang telefon.
"Halo, tadi abis nganterin mantannya Aldo?"
"Iya."
"Oh.. Ya udah."
"Kenapa?"
"Nanya doang."
"Tau dari Stef?"
"Kok tau?"
"Kan cuma Stef di sana yang deket sama lo." Pikiran Ara meng-iya kan.
"Gak usah khawatir." Sambung Baskara.
"Khawatir apa?"
"Gak usah khawatir gue berpaling. Seandainya iya, lo gak boleh sedih karena lo pantes kehilangan cowok kayak gitu."
"Ya udah, Ara mau tidur dulu."
"Baru jam berapa, Ra."
"Ngantuk, abis baca buku."
"Oke, sweet dream."
"Makasih." Ara menutup telfonnya.
Dekat seperti ini dengan Baskara dahulu menjadi impiannya. Setelah dekat, kenapa rasanya Ara ingin sesuatu yang lebih? Ara tidak akan pernah berani untuk menyatakan bahwa dirinya cemburu, karena ia bukan siapa-siapa Baskara. Ara menenggelamkan wajahnya di bantal dan tidak lama kemudian terlelap.
Sementara di seberang sana Baskara duduk di balkonnya sambil memeggangi ponsel. Ia sangat bimbang, di satu sisi ia merindukan ibunya tetapi di satu sisi masih tak memaafkan ibunya walau kesalahan itu tak pernah ada buktinya, hanya cowok itu yang menyimpulkan sendiri. Bagaimana jika memang kepergian ayahnya bukan karena hal itu?
Baskara mengacak rambutnya gusar, kemudian ponselnya berbunyi dan menampilkan nomor yang tidak terdaftar.
"Halo?"
"Hai, Aska." Baskara memutar bola matanya, malas.
"Lo dapet nomor gue dari mana?"
"Rahasia."
"Gak penting gue matiin."
"Eh, iya-iya. Dari Ardira." Baskara menggeram, cowok itu bisa-bisanya memberi tahu nomornya pada gadis menyebalkan ini. Pantas Aldo tak tahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
BASKARA ✅
Dla nastolatkówBaskara Ganeva, cowok ganteng idaman para wanita di SMA Belvado. Si cuek, dingin, ganteng, tinggi, putih, dengan muka yang hampir sama dengan tembok. Baskara membenci perempuan semacam Ara. Yang pecicilan dan salah satu yang berani mengejar cintanya...