P A R T 55

1K 38 1
                                    

Malam itu- setelah Baskara mengantar Ara, ia segera pulang kerumahnya. Ia duduk termenung di laptopnya. Ada email dari pihak kampus yang bersangkutan. Tertulis disitu bahwa ia diterima, malah ia mendapat beasiswa berupa tiket pesawat dan biaya kuliah semester 1 gratis.

Baskara melamun, ia juga tak ingin meninggalkan Ara. Tapi sifat gadis itu yang dewasa membuatnya yakin bahwa menuntut ilmu ke Jerman bukanlah suatu hal yang patut disesalkan. Lagipula Ara juga akan menempuh pendidikannya, apa yang akan terjadi?

"Halo?"

"Ma, Aska keterima."

"Wah, bagus lah Baskara. Mama ikut seneng. Tapi kenapa, kok kayak sedih gitu?"

"Baskara dua hari lagi berangkat."

"Se-cepet itu?"

"Iya, ma. Baskara dapet beasiswa juga untuk terbang gratis."

"Ya udah, kamu khawatirin apa? Cemara?"

"Iya, ma."

"Kamu bilang, Ara keterima di PTN kan? Kenapa harus khawatir Baskara?"

"Aska takut nanti hubungan kita bakal renggang kayak dulu."

"Dulu kan gak ada pondasinya. Sekarang kamu udah ngelamar dia Baskara, dia gak akan kemana-mana. Lagipula ada mama, Kak Rachel, Widya."

"Hem.. Iya. Makasih ya ma."

"Iya sama-sama sayang, nanti mama yang anter ke airport ya?"

"Iya, ma. Bye."

Lega.

Dia sangat lega mendengar perkataan ibunya yang sudah pasti benar. Iya, dia sudah melamar Ara. Gadis itu tak akan kemana, Baskara tahu persis. Bahkan gadis itu menanti tiga tahun untuk mendapatkan cinta Baskara. Yang patut Baskara takuti sebenarnya... Dirinya sendiri.

****

Dua hari kemudian

"Ara, hari ini lo ikut mama juga?" Ucap Aska saat dirinya mendapati Ara bersama-sama dengan ibunya itu di mobil.

"Iya, masa gue gak nganterin lo."

"Kalo ada lo, gimana gue bisa pergi?"

"Pergi ya pergi aja kali. Gue mah gak kemana-mana. Lo tuh, bule-bule kan banyak yang cantik, sexy lagi."

"Gue terus aja ya.."

"Menjaga perempuan itu gampang, asal laki-lakinya belajar setia." Ucap mama Aska membela Ara membuat laki-laki itu mengerucutkan bibirnya. Merasa ter-bully.

"Monyong-monyong kayak entok bebek." Ucap Ara. Membalaskan dendamnya saat ia juga pernah dihina seperti itu. Malah lebih parah, 'entok bebek bego'.

"Bales dendam." Ucap Aska. Tidak bertanya, malah seperti pernyataan.

"Jahat sih lo."

"Pacarnya mau pergi malah dihina-hina. Entar udah pergi, nangis.." Ara gemas sekali dengan mulut lemes Baskara, langsung saja ia mencubit lengan maskulin lelaki itu.

"Ralat-, tunangan."

Ara menjadi salah tingkah, bagaimana ia bisa lupa bahwa ia sembilan puluh persen bisa saja menikah dengan laki-laki itu.

BASKARA ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang